19

8.3K 358 5
                                    

The Treasure

"Nar... Ngapain kita kesini? Lo yakin lo gak pa-pa??"tanya Revin serius saat Nara mengajaknya dan Diaz ke kamar Nero.

"Udah tenang aja. Aku gak pa-pa koq."sahut Nara,"Uhm... Mana yah?"gumam Nara sambil memandang keseluruh bagian kamar Nero yang sangat luas itu.

Diaz dan Revin saling berpandangan bingung. Mereka sama sekali gak nyangka kalau mereka akan diajak ke kamar Nero. Masalahnya, cara Nara menyampaikan keinginannya tadi seperti orang yang ingin mengajak pergi jauh.

"Ah itu dia!!"ujar Nara setengah teriak saat melihat tali panjang di tiang tempat tidur Nero.

Tanpa memberitahukan apapun pada Diaz dan Revin, Nara langsung menarik tali itu. Nara menunggu beberapa saat tapi sama sekali gak ada perubahan di kamar itu.

GRRETEK GRRETEEKK GRETEEEKK

"Apa'an tuh?? Rumah lo koq bisa bunyi-bunyi kayak gi..."belum selesai Revin bica, tiba-tiba langit-langit kamar turun hingga menyentuh lantai dan membentuk tangga ke atas.

"WOW!!"ucap Diaz dan Revin bersamaan.

Tanpa mengatakan apa-apa, Nara langsung menaiki tangga itu diikuti oleh Diaz dan Revin. Ternyata ada sebuah ruangan yang sangat luas disana. Ruangan itu didekor seperti galery pribadi. Nara memperhatikan kesekelilingnya. Nara benar-benar gak menyangka saat melihat isi ruangan itu.

"Pantesan gak pernah ada barang Mama sama Papa di manapun di rumah ini walaupun aku sudah mencarinya. Ternyata Nero menyimpan semuanya disini. Aku... Aku benar-benar gak menyangka..."ujar Nara lirih sambil mengambil sebuah pigura yang berisi photo seorang pria dengan seorang wanita sedang menggendong seorang anak perempuan yang ternyata adalah Nara.

"Ini... Barang-barang orang tua lo??"tanya Revin sambil memperhatikan sebuah lukisan pria dan wanita yang tergantung di dinding.

"Tante dan Om... Mereka benar-benar mencintai kamu."ucap Diaz saat melihat sebuah surat yang sengaja dipasang di frame.

Nara...

Kami gak tau kapan kamu baru membaca surat ini... Mungkin surat ini baru kamu baca saat kami sudah gak ada...

Ya... Itu pasti... Karena kami memang mengatakan pada Nero kalau terjadi apa-apa pada kami... Dia harus memberikan surat ini untukmu... Dan seandainya hal itu gak terjadi sampai kamu dewasa, kami sendiri yang akan mengatakannya padamu...

Nara...

Kami sangat mencintaimu... Kami menyayangimu... Sampai kapanpun... Walaupun pada saat itu kita berjauhan, tapi kami akan tetap mendoakan kebahagiaanmu...

Nara...

Kami gak tau, apakah nantinya kenangan yang kami tinggalkan cukup buatmu atau tidak... Tapi untuk itulah kami menulis surat ini...

Nara...

Seandainya kami memang begitu cepat meninggalkanmu... Kamu sama sekali gak boleh sedih... Karena ini sudah jalan yang ditakdirkan untuk kami... Ingatlah semua kenangan yang sempat kami berikan... Karena hanya itu yang bisa kamu miliki untuk selamanya... Harta yang abadi... Yang gak akan bisa direbut oleh siapapun...

Nara...

Kami gak berharap kamu akan meneruskan jejak kami dengan meneruskan perusahaan... Kamu boleh memberikan perusahaan itu pada siapa saja yang kamu percaya... Karena satu-satunya hal yang kami harapkan darimu adalah kebahagiaanmu semata... Kami gak ingin apa-apa lagi...

Nara...

Kami tau, seandainya kami meninggalkanmu terlalu cepat... Kamu pasti akan dibesarkan oleh Nero... Kamu pasti akan menjadi gadis yang baik... Karena kami percaya, kamu akan tumbuh dengan baik di tangan Nero...

Love and FamilyWhere stories live. Discover now