2

13.5K 546 9
                                    

Wasiat Terkutuk

Sebulan sudah berlalu sejak hari ulang tahun Nara. Hari ini seperti biasanya, selesai home schooling, Nara pergi ke sekolah umum untuk bertemu dengan teman-temannya. Saat itulah tiba-tiba ponsel disakunya bergetar.

"Hallo, disini Nara. Ini siapa??"

"Hallo, Nona Nara. Ini Dyon, Alexanders Dyon. Asisten Tuan Nero. Saya ingin memberitahu kalau saat ini Tuan Nero masuk rumah sakit."

"APA!!!"

"Tuan Nero baru saja masuk rumah sakit. Kalau bisa anda segera kemari."

"Rumah sakit mana??"

Nara memacu mobilnya secepat mungkin menuju sebuah Rumah Sakit swasta terbesar di London. Nara benar-benar shock mendengar Nero masuk rumah sakit. Nara belum siap kalau dia harus kehilangan keluarga yang tinggal satu-satunya itu.

"Kenapa Paman bisa masuk rumah sakit?? Dia sakit apa??"tuntut Nara pada Dyon saat menemui Dyon di depan pintu ruang ICU.

"Kata dokter, Tuan Nero terkena Angina Pectoris Unstable. Dan itu merupakan penyakit mematikan. Mungkin Tuan Nero gak akan bisa bertahan lebih lama."jelas Dyon.

"Kenapa baru sekarang??! Paman gak pernah bilang kalau dia sakit. Paman selalu terlihat sehat..."ucap Nara dengan suara bergetar,"Dan... Dan... Paman gak pernah pergi check up ke rumah sakit. Paman selalu terlihat sehat..."

"Karena Tuan Nero gak ingin Nona khawatir. Tuan Nero gak akan pernah mengatakan apapun yang bisa membuat Nona khawatir. Hal terakhir yang tidak diinginkan Tuan Nero adalah membuat Nona khawatir,membuat Nona cemas. Apalagi sampai membuat Nona sedih."

Nara memandang Nero dari kaca. Tidak seorang pun yang boleh masuk ke ruangan itu, termasuk keluarganya. Hampir sekujur tubuh Nero dipasangi alat-alat kedokteran, mulai dari ventilator, cardiac monitoring, sampai DC shock sudah tersedia di sana. Entah berapa lama waktu Nero yang tersisa untuk bertahan hidup, mengingat penyakit yang dideritanya menempati urutan penyakit paling mematikan.

"Paman gak boleh pergi!! Cuma Paman keluarga Nara yang tersisa. Nara gak mau kehilangan Paman juga. Paman gak boleh kalah... Nara sayang Paman... Bertahanlah untuk Nara, Paman. Jangan pernah tinggalkan Nara..."ujar Nara sambil terisak-isak."Nara janji gak akan membantah Paman lagi. Nara janji akan lebih bersikap sopan dan feminine. Nara janji akan menjadi seperti yang Paman inginkan. Nara akan melakukan semuanya, Paman. Karena itu, Paman gak boleh pergi ninggalin Nara..."

Nara sama sekali tidak ada pulang untuk istirahat di rumah sejak hari itu. Nara bahkan menghubungi semua gurunya dan mengatakan untuk batas waktu yang tidak tetap, Nara tidak bisa belajar untuk sementara. Nara mengambil alih semua pekerjaan Nero. Dan sampai saat itu pula Nero belum boleh dikunjungi siapa pun. Nara tidak putus asa, dia tetap menunggu di Rumah Sakit setelah pulang kerja. Bagi Nara tidak ada masalah kalau harus menangani urusan bisnis. Karena sejak sekolah menengah, Nara sudah dilibatkan Nero dalam masalah perusahaan. Dan kalau Nero lagi kumat-kumatnya malas menghadiri rapat dewan direksi, Nara-lah yang menggantikannya.

Seminggu lamanya Nero dirawat di rumah sakit sebelum akhirnya Nero menghembuskan nafas terakhirnya tanpa sempat sadar sekalipun atau meninggalkan pesan pada Nara.

"Paman jahat! Paman gak sayang Nara... Paman pembohong! Paman tega pergi ninggalin Nara sendirian... Paman jahat!"isak Nara saat jenazah Nero telah dimakamkan.

Hari itu juga Nero meninggal di usianya yang baru 31 tahun, meninggalkan Nara seorang diri dalam nama dua keluarga besar. Nara menghapus airmatanya yang sempat keluar saat jenazah Nero dimakamkan. Nara tidak mau terlihat lemah dihadapan orang-orang. Nara ingin memperlihatkan kalau keponakan yang dibangga-banggakan Nero adalah gadis yang tegar. Gadis yang sanggup menerima kematian Pamannya dengan tabah. Bukan gadis kecil yang akan menangis melihat keluarganya pergi.

Love and FamilyWhere stories live. Discover now