“Aku ingin jatuh cinta, De,”
Dea memutar bola matanya, kemudian menyesap chocolate caramel hangat miliknya. Ditatapnya gadis yang tengah bermain-main dengan gelas berisi coffee latte itu. Tampak tak bersemangat.
“Lalu?”
“Aku serius, De.” sungut gadis itu kesal.
Dea menghela nafas panjang, “Kau juga mengatakan hal yang sama 3 minggu yang lalu, Olia. saat kau bilang kau ingin menikah. 2 minggu yang lalu saat kau bilang kau ingin punya pacar, dan 1 minggu yang lalu saat kau bilang kau ingin punya anak. Dan oh, jangan lupa 3 hari yang lalu saat kau bilang ingin hamil.” cibir Dea tanpa ampun.
Olia menunjukkan deretan gigi-gigi kecilnya.
“Kali ini apa yang kau tonton atau kau lihat?”tanya Dea lagi seolah sudah tahu tabiat sahabatnya itu.
“Drama korea.”
“What? Apa hubungannya drama korea dengan jatuh cinta?”Dea terlihat bingung, tapi hanya sekian detik, setelahnya Dea menghembuskan nafas bosan,”jadi kali ini apa? kau mau menjadi siapa? Gil Ra Im? Atau Cha Eun Sang? Oh, kau tidak se-defisit ekonomi seperti mereka,”
“Defisit ekonomi? Maksudmu miskin?”
“Oh itu kasar, Honey. Sebut saja defisit ekonomi. Lebih keren, meskipun aku sendiri tidak yakin dengan makna sebenarnya,” Dea mengendikkan bahunya tak peduli, sementara Olia terkekeh pelan.
“Tapi setidaknya ponsel mereka lebih baik dari ponsel kita,” lanjut Dea lagi sambil menatap ponselnya dengan tatapan prihatin, Olia kembali terkekeh.
“Hahaha, tidak, bukan itu maksudku. Kim Joo Won dan Kim Tan bukan seleraku, aku lebih menyukai Choi Yoon atau Lee Jung Rok? Setidaknya Kim Do jin juga lucu,”
Dea memutar bola matanya,”Kau berubah haluan menjadi penyuka Om-Om?”
“Hahaha, mereka Om-Om yang lucu, De...”
“Oke. Back to topic, jangan bilang kau inginkan lamaran ala drama korea seperti yang dilakukan Kim Do Jin pada Seo Yi soo?”
Olia tertawa lagi,”Ah, tidak…tidak. Itu berlebihan sekali, De.”
“Lalu? Apa yang membuatmu tiba-tiba ingin jatuh cinta—lagi?”
Olia tersenyum malu-malu,”Entahlah aku hanya rindu. Ehm, kapan terakhir aku merasa jatuh cinta? 4? 5? Ah 5 setengah tahun yang lalu.”
“Hanya karena itu?”
Olia kembali menyesap coffee latte-nya, lebih pelan, mendalami karakternya sebagai seorang penikmat kopi, bukan peminum.
“Akhir-akhir ini setiap menonton drama korea aku jadi sedikit iri. Bukan karena main castnya yang tampan atau alur ceritanya yang manis. Hanya saja…setiap karakter yang diceritakan jatuh cinta terlihat…”
