Aku, Kau, dan Dia

11.5K 297 18
                                    

*Note : Buat yang pengen dialog tanpa narasi lagi. draft lama yang akhirnya terbongkar. Hahahaha. semoga enggak bingung ya...by the way, ini hanya percakapan 2 orang cewek. selamat membaca ^^

***

“Dia… melakukannya lagi?”

 “Lagi? maksudmu dia pernah melakukan hal itu pada orang lain? Astaga! Jangan bilang dia melakukan hal itu padamu, Len,”

“Sayangnya...Iya.”

“Astaga! Lalu? Apa kau menerimanya?”

 “Menurutmu?”

“Kau sangat suka uang, tapi apa mungkin kau mengorbankan cintamu hanya demi uang?”

“Kau pikir kau makan dengan cinta? Kita makan dengan uang,”

“Hah? Jadi kau benar benar mengambilnya?”

“Kau pikir aku menjadi seperti ini sekarang karna apa? Tentu saja karna uang dari ibu Radit,"

“Lalu bagaimana dengan Radit? Maksudku, kalian benar-benar berpisah karena uang?”

“Kau pikir siapa yang menyuruhku mengambil uang itu dan menggunakannya untuk kuliah hingga aku menjadi seperti sekarang? Hm? Tentu saja orang yang mempunyai pikiran paling realistis diantara yang lain yang seumuran dengannya. Cih aku benci mengulang kalimat itu, tapi itu yang selalu ia katakan,”

“Hah? Radit? Huah…kalian benar benar pasangan gila!”

“Mantan pasangan. Dan ingat kalau sekarang dia itu pasanganmu."

“Tetap saja kalian pernah menjadi pasangan gila."

“Itu sebabnya kami tak bersama. Apa jadinya kalau kami benar benar jadi pasangan? Tapi aku juga bukannya tak punya harga diri, sekarang ini, aku sedang dalam upaya mengembalikan uang yang kupinjam,”

“Apa?”

 “Kau pikir Radit membayar setiap konsultasi yang ia lakukan denganku? Itu adalah salah satu cara mencicil hutangku padanya.”

 “Hah? Ish! Kalian ini benar benar...Katakan padaku, apa yang Radit katakan padamu saat ibunya memberimu uang agar putus dengan putranya yang menyebalkan itu?”

“…kita masih sangat muda, aku baru 20, sementara kau baru 17. Perjalanan kita masih panjang. Aku tidak bisa menjamin aku bisa setia dan masih mencintaimu sampai nanti kita menikah, karna aku juga tak berniat  menikah di usia muda. Lalu apa kau pikir setelah ini ibuku akan membiarkan kita? terutama kau, dan aku juga tak mau melepaskan apa yang kupunya sekarang hanya demi kau. Hidup dengan tenang? jadi pergilah dan ambil uang itu, gunakan itu untuk kuliahmu. Lalu kembalikan padaku saat kau bisa mengembalikannya. Anggaplah kau meminjamnya. Seperti itulah kata-kata dari kekasihmu yang menyebalkan itu, Nona."

“Eiy, Bagaimanapun dia pernah menjadi kekasihmu juga, Nona."

“Itu sudah lebih dari 10 tahun yang lalu. Satu-satunya hal yang tak pernah aku sesali pernah menjalin hubungan dengannya adalah aku bisa sampai seperti ini dengan uang dari Ibunya, hahaha. Selebihnya, kurasa otakku sedang dalam keadaan tidak baik-baik saja karena mau saja menjadi kekasihnya,"

“Dasar kau! Lalu menurutmu sekarang aku harus bagaimana?”

“Apa Radit sudah tahu kalau Ibunya mendatangimu?”

Belum. Ia masih ada urusan di Thailand. Mungkin minggu depan ia baru pulang. Hei!  beri aku solusi, Kau mengerikan saat tersenyum miring seperti itu, Len!”

“Ah, aku hanya penasaran dengan apa yang akan Radit lakukan. Kurasa ia tak akan begitu saja melepasmu. Ia yang paling bernafsu untuk menikahimu, Dear, Hahaha,”

“Berhenti menertawaiku, Len!”

“Kau mau saranku? Baiklah. Ambil uang itu dan carilah laki-laki yang lebih manis dibanding Radit,"

“Hey!”

“Nah, Kan. Kau tak mau? Kalau begitu tunggu saja dia pulang dari Thailand. Aku yakin ia punya rencana yang lebih absurd untuk kalian.”

“Ck, kau sama sekali tak membantu."

“Oh, Maaf sekali, Nona.”

“Wajahmu sama sekali tak menunjukkan penyesalan,”

“Ahahaha benarkah? Ah! Sudahlah, ini sudah jam makan siang. Aku ada janji makan siang dengan Fandy. Dan kau...”

 “Apa?”

“Karena kau datang di jam kerja, ini juga termasuk konsultasi, jadi berikan bayaranku sekarang,”

“What?!”

***

End

OneshootTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang