Will think of you-again

13.9K 462 26
                                    

Yang belum tahu couple ini, boleh tuh intip 'Will think of you' dulu

Delia POV

“Sayang, belum selesai?” tanyaku sambil melongokkan kepala, mengintipnya dari balik pintu. Reval mengalihkan pandangannya dari laptop dihadapannya dan menatapku sambil tersenyum.

“Sebentar lagi, Sayang.” Jawabnya pelan kemudian kembali menunduk menatap layar laptopnya. Saya masuk kemudian menutup pintu dari dalam.

“Kok belum tidur?” tanyanya, meskipun matanya masih memelototi laptop dihadapannya tapi aku yakin pertanyaan itu ditujukan untukku.

“Gimana mau tidur kalau guling idupnya nggak ada,” ucapku jahil. Kuletakkan susu hangat untuknya di meja dan berdiri di sebelahnya, sekedar melihat apa yang sedang dikerjakannya meskipun aku sama sekali nggak ngerti.

Reval tersenyum geli, ia menoleh kemudian memundurkan kursinya, menepuk- nepuk pahanya mengisyaratkan agar duduk di pangkuannya. Aku menurutinya, duduk di pangkuannya sambil menautkan kedua lenganku di lehernya. Dan ia memeluk pinggangku posesiv. Ia mendongak sehingga mata kami beradu pandang.

Jangan tanya sejak kapan kami menjadi sebegini manis, mengingat awal-awal pernikahan kami yang penuh kecanggungan aku tak menyangka kami bisa jadi sebegini mesranya. Sudah 6 bulan sejak pernikahan kami, ia makin menunjukkan betapa bertanggungjawabnya ia sebagai seorang suami dan juga calon ayah bagi bayi yang sayangnya masih sedang kami usahakan.

“Istirahat, Sayang,” ucapku sambil menangkup kedua pipinya. “ Sudah berapa jam didepan laptop begitu?” lanjutku sambil menunduk menatapnya, kemudian mendekatkan wajah kami. Matanya terpejam dan bibirnya sudah maju-maju minta dicium. Haha, dia pasti mengira aku mau cium bibirnya, tapi aku justru mendaratkan bibirku di kedua kelopak matanya, “Matanya kelelahan ntar kalau lama-lama didepan laptop,” ujarku lembut kemudian menjauhkan wajahku darinya.

Mata Reval terbuka menatapku sambil tersenyum simpul,

“Pippo-pipponya mana?” tanyanya jahil. Haha, aku pengen ketawa sebenarnya kalau Reval sudah mulai mengungkapkan kode rahasia kami berdua. Kami—atau lebih tepatnya aku yang mengusulkan—menggunakan kata kode ‘pippo-pippo’ untuk kegiatan “ciuman—bibir—“ kami.

“Enggak mau pippo-pippo. Ntar malah lanjut nananina,” jawabku nggak kalah jahil. Nananina juga kata kode kami yang lain untuk ‘kegiatan khas suami istri’ kami.

Reval memicingkan matanya,” Siapa bilang?”

Oh enggak mau nananina? Tumben.

“Emang enggak?” tanyaku curiga.

Reval menarik sudut bibirnya, “ Ya pasti iyalah. Apalagi suasananya mendukung begini,”

Tuuuh kaaaan.

“Disini?” tanyaku ragu mengingat ini adalah ruang kerjanya.

“Kita belum pernah coba, kan?” matanya menatap nakal.

“Terus? Mau coba?”

Reval memutar bola matanya,” Pintunya sudah di kunci, kan? Aku nggak suka nanggung.” Jawabnya serius. Aku tergelak.Semakin mengenalnya aku semakin tahu bahwa dibalik wajah seriusnya ia juga memiliki selera humor yang cukup bagus.

end

OneshootTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang