Panglimaku

13.3K 522 45
                                    

Thanks a lot buat @_mumu_ yang sudi buatin fiksi ini buat saya gegara saya kelewat naksir sama Mas Ipang (serendipity) kyaaaaa love you tante, muaach! muaaach!

***

Meta menatap suaminya dengan pandangan bingung---antara mau membicarakan sesuatu atau tidak. Dia menginginkan sesuatu tapi sulit untuk mengucapkan hal apa itu. Dia malu untuk meminta.

Ipang yang sedang sarapan menyadari kebingungan istrinya. Dia berhenti menyuap omelet, dan mulai terfokus pada Meta.

Ditatapnya Meta dalam diam. Dia sedang memberikan kesempatan pada Meta untuk memulai pembicaraan.

Meta yang mendapat tatapan mata sayu dari pria hitam manis di depannya ini semakin bungkam. Kulit wajahnya mulai terlihat bersemu. Bukannya memulai pembicaraan, Meta malah menundukkan wajah. Errr, tatapan Ipang seperti laser ang mampu melumerkan persendian. Bahkan lidahnya menjadi kelu. Dia malu.

Ipang mengernyitkan dahi. Mengapa istrinya menunduk? Apa ada yang salah darinya? Atau mungkin istrinya akan mengatakan hal yang menyedihkan.

"Kenapa, dek?" tanyanya kemudian. "Ada yang ingin dibicarakan, ‘kan?"

Meta malah semakin menunduk. Dia malu. Malu yang berbeda kali ini. Bukan malu mengucapkan sesuatu, tapi malu karena suaminya ini seakan bisa membacanya hanya dari raut wajah.

Sejak dulu tak terlalubanyak kata yang keluar melewati bibir tipis ipang. Komunikasi mereka lebih banyak dari tatapan dan saling pengertian tentang apa yang masing-masing mereka butuhkan. Terlebih ekspresi Meta begitu jelas menggambarkan apa yang dia pikirkan. Ipang pun dengan mudah menelaah tanpa perlu bertanya banyak.

Meta terus menunduk. Kepalanya terasa berat untuk diangkat. dia malu. Ya, malu, meski pernikahan mereka sudah memasuki bulan kedua. Ini memang lucu, tapi begitulah kenyataannya.

"Dek?" todong Ipang. Matanya menatap lurus pada Meta.

Meta perlahan mengangkat wajah. Tatapan Ipang seakan menembus tulang tengkoraknya. Bagaimanapun, dia tidak boleh membiarkan Ipang menunggu kalimatnya terlalu lama.

"Saya ..." Meta menggantung kalimatnya.

Ipang terus menatapnya, menanti jawaban.

"Saya ... Hmm ... saya ..." Meta gelisah ingin melanjutkan kalimatnya atau tidak.

Tatapan Ipang terus mendesak. Terlihat sekali suaminya itu penasaran.

"Saya ... Saya pingin makan kwetiaw," ucapnya langsung menunduk. Kulit wajahnya sudah sangat merah.

Tawa Ipang membahana di ruang makan. Meta melongo dibuatnya. Baru sekali ini dia melihat suaminya tertawa begitu heboh.

"Ya, Allah, dek! Mau makan kwetiaw saja susah sekali ngomongnya." Ipang berbicara diantara tawanya. "Mau sekarang?"

Meta mengangguk sambil menunduk dengan tangan sibuk memilin ujung blouse-nya.

OneshootTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang