Bab 20

33.7K 854 72
                                    

Bab 20

Darius berjalan dengan cepat ke arah Panti setelah menemukan bahwa rumah kontrakan Vero dalam keadaan terkunci. Lampunya tak ada yang menyala, ia menduga Vero masih berada di Panti. Sejak kejadian tadi pagi sesungguhnya ia khawatir karena tak dapat menghubungi istrinya. Bahkan ia pergi tanpa pesan. Tadinya ia berniat membangunkan Vero tapi tak tega karena ia terlihat begitu lelah.  

Dengan tergesa ia pergi, berpikir akan menelepon Vero. Hanya saja nomor telepon Vero tak dapat ia hubungi. Ia tak berpikiran untuk mencari nomor telepon Panti. Bahkan tadi ia juga tak menitipkan pesan ketika mengambil mobilnya. 

Semua karena meeting yang harus ia kejar. Saat ia menenangkan diri, Frans mengabarinya bahwa kolega bisnis yang saat ini sedang perusahaannya harapkan pada akhirnya akan memberi keputusan akhir. Karena itu, ia menyuruh Frans untuk segera menyiapkan semua bahan dan mengecek persiapan akhir.  

Sementara ia memutuskan untuk mengejar meeting tersebut dan akan kembali secepatnya. Tapi ternyata meeting itu memakan waktu yang cukup lama, meski akhirnya tender besar itu berhasil didapatkan perusahaan Darius. Kali ini ia tak bisa mengandalkan Frans untuk mengabari Vero karena Frans sendiri ikut dalam meeting itu.  

Keadaan Panti cukup sepi, mungkin karena ini jam untuk belajar malam. Darius berjalan menuju ruangan Ibu Kepala untuk menanyakan di mana istrinya.  

Namun, kata-kata Ibu Kepala ketika melihatnya malah membuatnya bingung.  

"Bukannya Anda sudah pergi?" 

Pergi .... Darius mengernyit. 

"Tadi Ibu Stefa bilang bahwa Anda pergi. Kali ini anda yang meninggalkannya." 

"Di mana istriku sekarang?" Tanya Darius cepat begitu paham apa maksud perkataan Ibu Kepala." 

"Siang tadi ia memutuskan untuk pergi. Ia telah mengambil keputusan, tapi saya tak berani bertanya apa keputusannya. Cuma sebelumnya ia berkata bahwa mungkin ia akan kembali ke Jerman." 

Darius tersentak, ia tak punya waktu lama. 

"Saya permisi." 

Ia segera berlari sambil menelepon sopir yang tadi ia minta untuk mengantarkannya agar menjemputnya di Panti. Setelah masuk ke mobil ia memerintahkan sang sopir untuk melesat menuju Jakarta. 

"Aku harus ke Jerman dengan penerbangan besok. Aku tak mau tahu bagaimana caranya, aku akan pulang untuk mengambil passport dan dokumen yang kuperlukan. Sisanya kau yang urus." Perintah Darius pada Frans. 

Darius tahu, ia akan sangat merepotkan Frans. Berbeda dengan Vero yang bisa pulang kapan saja karena ia memiliki kewarganegaraan Jerman. Mungkin semua akan mengira Vero adalah WNI, karena struktur wajahnya mirip dengan ayahnya yang asli Indonesia dan lancar berbahasa Indonesia. Namun, sejak Vero cukup umur, ibunya mengganti kewarganegaraannya menjadi Jerman.  

Sebaliknya, Darius meski separuh darahnya adalah Jerman, bentuk fisiknya serupa dengan ayahnya yang asli Jerman. Tapi ia seorang WNI seperti ibunya yang asli Indonesia karena ayahnya memilih menjadi WNI. 

Dalam perjalanan pulang Darius merenung. Ia menyesali tindakannya yang begitu saja pergi tanpa pesan. Wajar jika Vero meninggalkannya.  

Ia mengepalkan tangannya, marah pada takdir yang membuatnya seperti ini. Membuatnya terpisah dari orang yang ia cintai terus menerus hanya karena kesalahpahaman.

~ ~ ~

Meski dengan kecepatan maksimal, tetap saja Darius sampai ke rumah pada tengah malam. Macet menghambat perjalanannya. Celeste dengan sigap membukakan pintu.  

My Husband My EnemyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang