Bab 14

25.7K 567 27
                                    

Bab 14

Seorang dokter dan beberapa perawat berlari mengikutinya, tak lama Vero dibawa ke ruang pemeriksaan. 

Darius menunggu dengan gelisah, ia tak bisa diam, bergerak mondar-mandir. Ia tak diperbolehkan berada di ruangan itu. Waktu terasa berjalan berabad-abad lamanya ketika akhirnya dokter memanggilnya ke dalam. 

"Nyonya Stefano mengalami pendarahan yang hebat, kami tidak dapat menyelamatkan janinnya. Kini ia harus dikuret untuk mengeluarkan janin itu dari dalam rahimnya". 

Darius menunduk pasrah, ia begitu menyesal, dan kini ia harus kehilangan bayinya. 

"Kami belum memberitahunya, kami rasa Anda sebagai suami yang lebih tepat untuk memberitahunya"dokter itu memberikan tepukan di bahunya sebelum melangkah pergi. 

~ ~ ~

Vero terdiam di ranjang, matanya nanar menatap dinding rumah sakit. Perhatiannya teralihkan oleh kedatangan Darius. Ia melihat wajah suaminya itu tertekuk, seperti habis menangis. Darius menarik kursi di sampingnya, ia menarik jemari Vero lembut. Mengecupnya sesaat kemudian menempelkannya di pipinya. 

"Kita kehilangan bayi kita." 

Vero terdiam, ia tak sanggup menjerit, hanya airmata yang menetes deras, sementara di bawah, ia merasakan airmata Darius menetes ke jemari yang menempel di pipinya.  

~ ~ ~

"Aku rasa kita harus bercerai"Vero memecah kebekuan di antara mereka. 

Mereka baru kembali dari rumah sakit, Vero tampak lemah, sedangkan Darius tampak acak-acakan. 

Ia tak pernah tidur, ia selalu menemani Vero, terlebih di malam-malam di saat tiba-tiba Vero menjerit histeris teringat bahwa ia kehilangan bayinya. 

"Kumohon Darius, kita harus bicara" 

"Tak akan ada perceraian, beristirahatlah"Darius mengecup rambut Vero, kemudian meninggalkannya sendirian. 

Ia harus menyingkir, jika tidak Vero akan membahas masalah itu terus menerus. Seperti halnya Vero, ia merasa kehilangan yang teramat dalam. Ditambah lagi ia merasa, ia adalah penyebab semuanya. Dan kini, berani-beraninya Vero meminta sebuah perceraian.  

Ia memilih tidur di kamar tamu, mengistirahatkan sejenak badannya.  

~ ~ ~

Bukan tanpa sebab Vero menginginkan perceraian. Ia merasa Tuhan menghukumnya dengan mengambil kembali bayi yang dititipkan padanya. Semua karena kebohongan yang ia lakukan. Pernikahan ini benar-benar merupakan sandiwara, yang ia dan Darius perankan dengan baik. Karena itu semua harus dihentikan.  

~ ~ ~

Alex begitu terpukul mendengar putrinya mengalami keguguran, ia sedang berada di luar negeri ketika Darius mengabari berita itu. 

Meski ia tidak menyetujui pernikahan putrinya, namun mendengar Vero kehilangan bayinya membuatnya merasa kehilangan juga. Calon cucunya, penerus keluarganya. 

Secepat mungkin ia mengunjungi Vero di kediaman Darius sepulangnya ia dari perjalanan dinas. 

Pengurus rumah tangga Darius mengantarnya ke depan kamar Vero, dengan perlahan ia memasuki ruangan itu. 

Ia melihat putrinya sedang melamun memandang jendela dengan tatapan kosong. 

Vero menoleh menyadari keberadaan ayahnya, ia merentangkan tangannya berharap ayahnya menyambut pelukannya. 

"Ada yang,,,,,,,harus Papa tahu"kata Vero setelah tangisnya mereda. 

Vero menceritakan semua yang ia tahu, mengenai Alexis dan Darius. 

My Husband My EnemyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang