Permainan [Ferian]

10K 303 35
                                    

Rating: 17+

“Ayo Ian, coba ngomong aku. A … ku …,” ucap Nina seperti mengajarkan bayi yang baru saja belajar berbicara. Saya hanya mengamati Nina tanpa menirukan ucapannya. Membuat bibir Nina mencebik atas perilaku membangkang yang saya lakukan.

“Ian! Ayo ngomong aku!” Nina memerintahkan saya untuk menurutinya. Mengucapkan kata ganti pertama yang tergolong tidak terlalu formal seperti yang saya gunakan saat ini.

Itu salah satu dari banyak permainan yang sering Nina dan saya lakukan; Membuat Ian Tidak Lagi Berbicara Formal. Yang diragukan akan keseriusan Nina tentang keinginannya mengubah cara saya berbicara. Karena Nina memang melakukan itu hanya sebagai lelucon dan ejekan untuk saya.

“Memang apa yang saya dapat jika mengatakan itu?” tanya saya mencoba mengikuti permainan yang sedang dimainkan oleh Nina.

Nina diam seakan berpikir serius. Detik selanjutnya ia berkata, “Aku akan menciummu.”

“Itu tidak terlalu mengiurkan atau menyenangkan bagi saya.”

“Kau tidak suka mencium atau dicium olehku, Ian?” Nina menatap saya dengan sorot mata polos namun nada yang ia gunakan syarat akan godaan.

Sebagai respon akan perkataan Nina yang ditujukan untuk menggoda, saya menciumnya. Awalnya hanya kecupan kecil yang seperti sebuah sentuhan. Berlanjut pada ciuman bergairah yang membuat posisi Nina yang semula duduk di atas tubuh saya berpindah ke bawah.

“Bukan saya tidak menyukai ketika mencium atau dicium oleh kau. Hanya saja hal itu mudah untuk saya dapatkan. Bahkan hal yang lebih dari itu.” Saya meremas bagian atas tubuh Nina untuk menegaskan pernyataan itu dan mendapatkan sebuah erangan manja Nina sebagai balasan.

“Sepertinya kau tidak serius dengan niat untuk mengubah cara bicara saya,” Kalimat itu saya tambahkan bersamaan ketika bibir yang mengucapkan menyentuh nadi Nina di lehernya. Juga tangan saya yang masuk ke dalam gaun tidur yang sering orang sebut sebagai lingerie.

“Me ... mang,” jawab Nina sedikit terputus oleh engahan, “karena menurutku itu sangat menggoda; Pria yang berbicara kaku dan formal saat melakukan hal-hal nakal. Seperti saat kau memberiku kepuasan dengan jari-jarimu di ruangan kerja, sementara caramu berbicara seakan menghadapi terdakwa dalam sidang.”

“Saya tidak menyangka Anda senakal itu, Nyonya Karenina Wijaya.” Saya mengatakan itu dengan nada serius dan sedikit menegur. Meski dalam hati, saya menyukai apa yang dikatakan Nina.

“Aku memang nakal Pak Pengacara. Tapi lebih nakal suamiku yang membuatku merasa seperti itu. Menurutmu, Pak Pengacara, apa hukuman yang cocok untuk pria yang mencemari perilakuku sampai sedemikian nakal?”

Saya memasang raut serius. Berpura-pura memikirkan hukuman apa sesuai untuk suami nakal Nina, sementara tangan saya malah sedang sibuk meloloskan gaun tidurnya hingga tubuh Nina hanya tertutup secarik renda yang terikat dengan pita di setiap sisi. Yang kemudian saya tanggalkan hingga ia sepenuhnya telanjang.

“Bagaimana jika Anda memerintahkannya untuk bercinta hingga Anda lemas?” kata Saya seolah sedang menghadapi klienyang meminta saran.

“Itu bukan hukuman!” sergah Nina dengan renggutan manja, “tapi itu ide yang cukup bagus.”

Kemudian tangan Nina menggapai leher saya untuk menarik lebih dekat ke arahnya.

Permainan - Selesai

Kisah Rahasia [Rangkaian Keluarga Wijaya]Where stories live. Discover now