Memakai Pakaian [Ferian]

26.7K 351 40
                                    

Rating: 21+

Aku keluar dari kamar mandi dan berjalan menuju ruang ganti. Ketika kubuka pintu, aku sudah melihat Ian tengah duduk dengan santainya di bangku rias dengan beberapa helai pakaian di tangannya.

“Ian, aku buru-buru,” kataku yang tidak ingin meladeni permainannya. Tapi tetap berjalan menghampiri Ian yang langsung saja memeluk pinggangku serta melucuti handuk yang kupakai.

Ini kegiatan yang cukup rutin di antara kami. Di mana aku dan Ian saling membantu memakaikan pakaian masing-masing. Hanya saja jika aku membantu Ian dengan kemeja, dasi atau membantunya memakai blazer. Ian sangat suka membantuku dari nol. Yang bukan cuma dari pakaian dalam. Tapi juga membantu membaluri tubuhku dengan lotion atau memakaikan parfum di tempat-tempat tertentu.

Biasanya aku mengikuti kemauan suamiku itu, namun seperti yang kukatakan tadi. Aku sedang terburu-buru. Aku tidak ingin melakukan permainan ‘Ayo pakaikan Nina pakaian’ dengan Ian, karena semua itu akan berlanjut ke hal lain. Yang berarti morning-sex untuk kesekian kalinya pada hari ini. Menghancurkan usahaku untuk menghemat waktu dengan mencegah Ian untuk masuk ke kamar mandi tadi.

“Jika saya dizinkan untuk tahu, kapan kau akan berangkat?” tanya Ian dengan kalimat bernada formal khasnya, sambil mengolesi tanganku dengan lotion beraroma bunga.

“Sembilan,” kataku dan bersiap mengantipasi rentetan argumen.

“Masih ada waktu. Saat ini baru pukul tujuh lewat empat puluh menit.”

Benar kan dugaanku, Ian mencari peluang dengan pertanyaan tadi. “Ian, aku tahu dengan baik. Walau satu jam itu cukup lama, itu tidak cukup untukmu dan rencana yang aku tahu sedang berputar di otakmu yang cabul itu. Dan aku tidak mau menghadapi pada kanibal itu dengan kondisi lelah. Kamu mengertikan?”

Aku membujuk Ian agar melupakan apa pun niatnya sampai aku dan ia pulang. Hari ini akan ada rapat dengan para pemegang saham yang sama—atau lebih—kejam dengan kanibal. Aku tidak ingin menghadapi mereka dengan keadaan mengantuk ataupun berpostur tubuh janggal akibat kelelahan menghadapi seorang maniak seks di pagi hari.

Anehnya, tidak ada sanggahan apa pun dari Ian. Yang malah membuatku takut akan apa yang ia lakukan selanjutnya. Tapi apa yang kunanti tetap tidak datang. Ian masih sibuk membaluri sekujur tubuhku dengan lotion dalam gerakkan lambat.

Sangat lambat. Aku pun sadar apa yang direncanakan suamiku.

Ia ingin membuatku memohon padanya. Dengan cara merangsangku hingga ke titik didih. Seperti saat ini, ketika ia menjelajahi tubuhku secara lambat dengan jemarinya yang sensual. Tubuhku yang memang sensitif akan sentuhannya membari respon yang ia inginkan.

Napasku tersenggal-senggal, padahal Ian hanya menjelajahi tubuhku tanpa menyentuh daerah-daerah sensitif yang ia kenal baik. Bahkan leherku pun tidak ia sentuh, tapi aku sudah seperti ini. Kini Ian mulai merambah ke bagian paha.

Aku menjerit kecil saat buku jarinya terlihat secara tidak sengaja menyentuh pangkal paha. Aku mengatakan begitu karena tahu hal tersebut di bawah perhituhan matang Ian. Dengan tegang aku menunggu jari-jari itu masuk ke sana. Alih-alih masuk, Ian malah menambahkan lotion ke tangan dan meratakannya. Lalu beralih pada bagian betis dan menjalar ke mata kaki.

Ingin rasanya aku mengucap pemohonan pada suamiku itu. Tapi bukan kah ini yang kuinginkan? Bersikap wajar tanpa ada cumbuan permulaan untuk seks yang panas. Baru berpikir seperti itu, aku kembali menjerit ketika kedua buah dadaku diremas lembut.

“Ian ...,” bisikku lirih. Ketika Ian menarik lembut puncak payudaraku.

“Selesai.” Pada detik kemudian tangan Ian melepaskanku. Mengambil botol parfum dengan aroma kesukaan Ian. Aku yang masih tercengang dan sedikit bernafsu. Hanya memandangi Ian yang sedang menghidu aroma dari botol tersebut.

Disemprotkan parfum itu di bagian belakang telinga, leher, dan di antara payudara. Ian mengembalikan botol ke meja rias, lalu mengambilnya kembali. “Ada bagian yang tertinggal.” Tangan Ian membentangkan kakiku dan menempatkan botol di pangkal paha.

“Ian!” Aku berseru kembali ketika ujung logam penyempot parfum menyentuh kewanitaanku.

“Maaf, Nina. Saya tidak sengaja melakukannya.” Pembohong! Kutatap ia dengan tajam untuk menyampaikan maksudku dalam diam. “Saya sungguh tidak sengaja melakukannya,” kata Ian melihatku seperti itu.

Kini Ian memasangkan bra berwarna putih dengan pita hijau. Aku diam saja sementara ia mengaitkannya. Kupikir ia sudah tidak akan lagi menggangguku setelah ini. Tapi aku tetap saja merasa was-was. Dan benar saja, saat bra itu sudah terpasang rapi.

Bibir Ian mengecup payudaraku yang tersembul dan meninggalkan jejak merah ciuman. Ian masih berlagak seakan ia tidak melecehkan aku dan mengambil celana dalam yang serasi dengan bra. Dimasukkan kedua kakiku dalam lubang celana.

Aku meraih pakaian dalam itu untuk mempercepat proses menyebalkan ini. Baru saja aku menyentuh celada dalam itu, tangan Ian langsung menepisku. Kali ini Ian tidak lagi berpura-pura. Ditinggalkannya celana dalam di tengah paha dan memasukkan jarinya ke dalam liang kewanitaanku.

Ia memainkan jari-jarinya hingga aku mengerang dan menjeritkan namanya. Seakan itu belum cukup tangan satunya membelai tulang ekorku, yang merupakan bagian paling sensitif di antara yang lain. Aku menyandarkan diri pada bahu Ian dan mencengkram rambutnya. Orgasme siap menyambutku.

Eh!? Aku binggung saat jari yang semula memenuhiku hilang. Celana yang semula bertengger di tengah paha dinaikkan menutupi kewanitaanku yang belum puas. Aku gagal mencapai orgasme.

Aku tahu dengan baik sifat sadis Ian, tapi aku tidak pernah menyangka ia sejahat ini. Kupandangi Ian yang sedang mengulum jari-jarinya—yang semula ada di dalamku, dengan nanar bercampur frustasi. “Ian ...,” kataku yang hampir terisak.

Ian mengecup pipiku sebelum berkata, “Kemari Nina, saya pakaikan kemejamu. Jika tidak kau akan terlambat menghadiri pertemuan.”

Pria jahatku memang tidak membuatku lemas dan kelelahan akibat berhubungan seks. Tapi sebagai gantinya, ia menyiksaku dengan membuat aku mendambakannya sepanjang hari hingga malam nanti.

Memakai Pakaian - Selesai

Kisah Rahasia [Rangkaian Keluarga Wijaya]Where stories live. Discover now