Final Chapter

1.5K 120 9
                                    

When your soul finds the soul it was waiting for
When someone walks into your heart through an open door
When your hand finds the hand it was meant to hold
Don't let go
Someone comes into your world
Suddenly your world has changed forever

No there's no one else's eyes
That could see into me
No one else's arms can lift
Lift me up so high
Your love lifts me out of time
And you know my heart by heart

When you're one with the one you were meant to find
Everything falls in place, all the stars align
When you're touched by the cloud that has touched your soul
Don't let go

Someone comes into your life
It's like they've been in your life forever

 No there's no one else's eyes
That could see into me
No one else's arms can lift
Lift me up so high
Your love lifts me out of time
And you know my heart by heart

So now we've found our way to find each other
So now I found my way, to you

 No there's no one else's eyes
That could see into me
No one else's arms can lift
Lift me up so high
Your love lifts me out of time

And you know my heart by heart.

**

4 Juni

Adriane

Jadi, ini terakhir kalinya kan? Maksudku, aku gak akan ketemu Niall lagi kan? Dia bakal pindah, meninggalkan aku di sini, bahkan aku belum sempat bilang kalau aku suka padanya. Tadi pagi dia meneleponku, mengundangku datang ke rumahnya. Katanya ayah dan kakaknya sudah datang. Dari jauh aku bisa lihat sebuah mobil warna merah di depan rumah besar bercat putihnya. Tepat di depan rumahnya, aku turun dari mobil.

“Makasih ya ma, udah nganter.” Aku melambai saat mobil ibuku menjauh.

Niall keluar dari dalam rumahnya. “Adriane!” panggilnya.

Ia memberi isyarat agar aku langsung masuk.

Di ruang tamunya, ada seorang pria yang pasti ayahnya Niall. Wajahnya tepat seperti yang kulihat di foto. Aku bisa melihat senyum Niall dalam senyum ayahnya.

“Siang, om.” Sapaku dan menyalaminya. Niall menghampiriku bersama dengan seorang cowok berambut cokelat yang lebih tinggi dari Niall. Sudah pasti kakaknya, Greg. Aku juga menyapanya.

“Wih, cengos banget lo sekarang, bawa cewek,” Greg berkata pada Niall dan menyikutnya, dan Niall menjauh, menarikku yang salah tingkah ke arah halaman belakang.

**

Niall

Jujur, aku nggak mau hari ini ada. Aku mau liburanku dan Adriane berlangsung selamanya, dan kita bebas mau melakukan hal gila apa lagi berikutnya. Cuma aku dan dia, having fun. But this world isn’t a wish-granting factory. Kita nggak bisa minta gitu aja. Semua udah ada takdirnya, meskipun hati kecil kita memberontak.

Aku nggak mau ini terjadi.

Kenapa aku harus pasang topeng ceria di depan Adriane sementara kami mengobrolkan hal biasa? Karena aku mau dia kuat. Aku nggak mau dia tahu bagaimana aku merasa bersalah harus meninggalkannya. Apa yang harus aku lakukan sekarang? Kenapa kami malah bertingkah normal? Aku tahu dia tahu, tapi aku tidak yakin apa dia merasakan penderitaanku. Dan saat itulah aku sadar,

Aku tak mau berpisah dengannya.

Aku belum siap. Menyatakan perasaan sekarang justru menjadikan segalanya lebih sulit. Mungkin memang aku tidak pernah ditakdirkan untuk bisa mengatakannya. Mungkin kita memang cocok hanya sebagai sahabat.

30 Days of Niall [Adriall #1]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang