Chapter 2

3.5K 262 8
                                    

5 Mei (Day 1)

Niall

Mungkin aku baru saja menemukan apa yang kucari.

Akhirnya.

Buku yang bagus.

Aku turun dari motor, mengecek dompet lalu memasuki toko buku. Sekarang, aku sudah tahu harus kemana. Aku sudah tahu cara menghabiskan liburan disini. Aku menyiulkan lagu kesukaanku di dalam hati. Sisi kanan dan kiri eskalator berupa kaca, I have to take a look.

Lookin’ fine, Niall.

Saat berjalan melewati tumpukan-tumpukan buku, dari ekor mataku aku menyadari satu hal. Cewek yang waktu itu ada lagi, duduk di tempat yang sama sehingga kalau bajunya masih sama dia pasti terus duduk disana dari hari itu. Tapi kali ini dia tersenyum. Uh, maksudku, tersenyum karena sesuatu di bukunya. Aneh, memang. Tapi aku tahu persis rasanya.

Sebuah buku, bisa membuat orang mengalami ketidak stabilan emosi, menderita penyakit senyum senyum sendiri, dan mengeksplor dunia baru dalam waktu bersamaan.

Aku mengintip judul buku yang dibacanya. Hmm, oke. Sepertinya bukan hanya cewek yang baca buku seperti itu. Kuhampiri rak, mata mencari-cari buku yang dibaca gadis itu, buku meraih lanjutan buku yang kemarin kubaca. Nah, ketemu dua-duanya.

Aku berbalik dan… jantungku serasa mau copot. Cewek itu berdiri tepat didepanku. Alisnya terangkat sebelah. Pandangannya berpindah-pindah dari buku ditanganku, bukunya, buku di tanganku yang satunya, lalu pindah ke wajahku. Aku menelan ludah.

“Hey,” kataku, “uh.. aku lihat kamu hari Rabu kemarin. Aku, uh, liat kamu nangis—“ alisnya turun. “—uh, baca buku ini. Jadi aku baca juga. Makasih ya, rekomendasinya.”

Alis kanannya terangkat lagi. Aduh, apa yang baru kukatakan, sekalian saja bilang ‘hei, aku lihat kamu nangis, mengikutimu sampai rumah, dan aku tahu apa makan malam keluargamu kemarin’. Selamat, kau baru saja membuat dirimu sendiri terlihat seperti seorang stalker, Niall.

“Cowok kayak kamu,” dia memulai, “suka baca buku ginian?”

“Uh, iya.” Alisnya terangkat dua-duanya. Gimana dia melakukan itu, sih? Dan, apa yang salah dengan pernyataanku? Apakah itu salah? Aku merapatkan bibir.

“Aku Niall,” kataku akhirnya, mengulurkan tangan.

“Adriane,” balasnya menjabat tanganku dan tersenyum. Deg. Senyumannya manis juga.

Ia melanjutkan, “Aku ga nyangka ketemu cowok yang suka baca novel.” Aku nyengir.

“Yah, aku suka cerita dan bahasanya. Kamu tahu buku lain yang kemungkinan bakal aku suka?”

“Yang kamu pegang itu bagus banget.” Katanya. Aku mengangguk.

“Sebenarnya, kita bisa ngomongin hal ini sambil makan siang.”

30 Days of Niall [Adriall #1]Where stories live. Discover now