Ready to Run [hs A.U]

lima belas - Harry S.

Harry menatap daratan yang dilalui oleh pesawat, lalu setelah beberapa detik, dia mengalihkan pandangannya.

Hari ini dia meninggalkan Kanada, untuk sementara waktu. Harry memperbaiki posisi duduknya, dan dia berencana untuk tidur sepanjang perjalanan.

Ketika dia ingin memejamkan mata, dia teringat akan gadis itu. Harry merogoh saku jaketnya, melihat tiket yang sebenarnya sudah dia beli untuk Clay. Tiket itu tersimpan rapi, dan Harry tidak berminat untuk membuangnya sama sekali. Kembali dia memasukkan tiket itu ke dalam saku, dan kali ini dia mengambil ponselnya.

Harry menarik nafas dalam, sebelum membaca pesan yang dikirim oleh Clay untuk keseribu kalinya, dan dia masih tidak mengerti. Ingin sekali Harry menelefonnya, mengirim pesan balasan, tapi dia tidak melakukannya.

Harry menghela nafas panjang, dan memasukan ponselnya ke dalam saku jaket. Dia menatap awan-awan yang pesawat ini lewati, dan pikirannya melayang pada Clay.

Harry kesal, kecewa, emosi. Tentu saja. Tapi dia memutuskan untuk tidak melihat ke belakang. Mungkin dia tidak ditakdirkan untuk bersama dengan Clay, ataupun kalau mereka ditakdirkan bersama, waktunya belum tepat.

Harry tersenyum kecil, senyum setengah sakit hati dan lega. Dia termasuk tipe orang yang tidak terlalu memikirkan banyak hal, tapi Harry rasa dia perlu waktu untuk benar-benar meninggalkan memori dua harinya bersama Clay.

Dia tidak akan melupakannya, tidak akan. Dia akan mengukirnya sebagai pengalaman yang tidak akan pernah dia lupakan.

Karena baik bagi Harry maupun Clay, keduanya adalah cinta pertama masing-masing.

Dari kejadian ini, keduanya sama-sama belajar.

Cinta pada pandangan pertama memang bisa terjadi, tapi kelanjutannya, tidak ada yang tahu. Ada yang memang ditakdirkan bersama, ada yang tidak.

Harry tersenyum, menutup matanya, dan tertidur sepanjang perjalanan sambil mengimpikan seorang gadis dengan rambut coklat yang duduk di bangku kapalnya, menikmati semilir angin.