sepuluh - love at first sight.

583 98 9
                                    

Semilir angin yang sejuk gagal membuat Clay tersenyum kali ini. Dia hanya memandang tanah lapang datar berbukit, yang di sebelah bukitnya terdapat menara yang dimaksud Harry.


Menara itu tampak begitu tua, tapi misterius dan menarik, namun  sayangnya Clay tidak begitu memperhatikannya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Menara itu tampak begitu tua, tapi misterius dan menarik, namun sayangnya Clay tidak begitu memperhatikannya. Dia memikirkan terlalu banyak hal. Kalau ayahnya membeli tempat ini, berarti dia akan segera ditemukan? Clay tidak tahu harus lari kemana lagi. Lebih-lebih Harry bilang dia akan pulang, dan Clay masih berbohong padanya.

"Ayo Clay." Harry menggenggam tangannya tanpa basa-basi, dan Clay tidak menolak. Dia membiarkan Harry membawanya ke menara itu, dan semilir angin meniup wajahnya, membuat rambutnya menjadi berantakan. Tapi Clay tidak peduli.

Menara itu tidak memiliki pintu, atau lebih tepatnya pintunya telah rusak. Ketika mereka masuk ke dalam, sinar matahari dari beberapa jendela dan atap yang lubang masuk ke dalam, membuat suasana tidka begitu gelap. Harry tidak mengatakan apa-apa, dan membawa Clay menaiki tangga melingkar yang memang ada di menara itu. Menara ini memang adalah menara pengintai sehingga tidak memiliki ruangan lain di dalamnya.

Anak tangganya juga tidak banyak. Clay bahkan tidak sadar kalau mereka sudah sampai di puncak, ketika angin dari luar menerpa wajahnya melalui sebuah jendela besar. Dia mengangkat wajahnya, melihat pemandangan di sekitarnya. Dari ketinggian, tampak sangat indah, tapi entah kenapa Clay tidak bisa tersenyum.

"Clay," Harry memegang kedua pundaknya dari belakang, dan meremasnya perlahan.

"Nikmati anginnya dan aku akan bercerita. Kau keberatan?" Clay menggeleng pelan, dan Harry menghirup nafas panjang. Jari-jarinya tanpa sadar bermain dengan rambut Clay yang ditiup-tiup angin, tapi keduanya tidak peduli. Mereka menikmatinya.

"Aku pergi, bukan karena aku tidak suka lagi dengan tempat ini, atau karena ulang tahun pernikahan orang tuaku. Aku cinta pada mereka, tapi itu bukan alasan utamaku." Harry memulai, dan Clay mendengarkan dengan tenang. Jemari Harry terus bermain di rambutnya, membuat Clay merasa nyaman.

"Pihak swasta akan datang, dan tentunya mereka akan merubah tempat ini. Aku tidak ingin melihat proses perubahannya." Harry menekankan pengucapan kata 'perubahan', dan Clay mengerti. Untuk sejenak dia melupakan fakta bahwa perubah tempat ini adalah orang tuanya sendiri.

"Aku datang ke sini enam bulan yang lalu, dan berencana mengabiskan hidupku disini, dan kurasa aku salah."

Ketika Harry mengucapkan itu, mata Clay langsung terbuka. Dia menoleh, menatap Harry, menunggu kelanjutan dari ceritanya.

"Aku masih muda, dan masih banyak tempat yang harus aku kunjungi. Aku tidak bisa melakukan apa-apa tentang pihak swasta, jadi setelah kupikir-pikir, aku akan terus berkelana." Harry tersenyum lembut, kali ini lesung pipitnya terlihat. Clay, pelan-pelan merasakan kehangatan yang menjalar ke seluruh tubuhnya, dan memahami maksud Harry. Dia juga jadi mendapat sebuah kunci, semuanya tidak akan berakhir di sini. Mungkin masih ada Danau Capulet dan Pulau Tunel lain di dunia ini.

"Jadi, Clay," Harry menyambung, "Jangan lihat ini sebagai akhir. Ini awal dari sesuatu yang baru, dari sesuatu yang tidak kita duga akan terjadi. Itulah hidup." Harry menyingkap sehelai rambut yang menutupi wajah Clay, dan menyusupkannya di balik telinga gadis itu. Clay menatap wajah Harry yang tersenyum lembut ke arahnya, tidak keberatan sama sekali dengan perlakuan Harry.

"Dan berhubung dengan janji kita, sebelum aku pergi dan petugas datang, ayo kita gunakan waktu beberapa hari yang tersisa ini." Harry mengangkat jari kelingkingnya, dan dengan cepat Clay mengangkat kelingkingnya juga, menautkan keduanya bersama.

"Pinky swear." Clay berucap, tersenyum. Mata birunya bersinar lembut, dan Harry ikut memancarkan aura yang sama. Kupu-kupu di perut itu, semuanya lepas begitu saja. Aneh mungkin, karena hal yang mereka bicarakan tidak romantis sama sekali, tapi keduanya yakin, bahwa mereka masing-masing merasakan hal yang sama, lewat tatapan mata.

Masih dengan dua kelingking yang bertautan, Harry berdehem, "Clay?" Harry menggaruk tengkuknya dengan tangan kirinya yang tidak dia gunakan untuk membuat janji, dan Clay perlahan melepaskan jari kelingkingnya.

"Yaa?" Kali ini dia tersenyum dengan tulus. Clay membiarkan semua pertanyaan aneh meluap begitu saja, dia akan memikirkan hal itu nanti.Waktunya masih banyak.

"Kau percaya tidak pada cinta pada pandangan pertama?" Harry bertanya dengan blak-blakan, dan semburat merah terlepas begitu saja di pipinya. Seorang Harry Styles langsung berubah menjadi sebuah tomat matang, dan Clay juga bertransformasi menjadi kepiting rebus. Ketika Clay tidak menjawab, Harry berdehem lagi, "Aku tahu ini tidak jelas, sumpah, tapi aku tidak tahu lagi bagaimana cara untuk menanyakannya, atau bagai– "

Ucapan Harry terpotong oleh jari telunjuk Clay di atas bibirnya, dan gadis itu terkekeh. Clay sendiri bingung darimana dia mendapat rasa percaya diri untuk melakukan hal itu. Dia tersenyum, dan menatap Harry dalam.

"Entahlah, aku juga baru merasakannya kali ini." Clay menjawab jujur, membuat Harry menatapnya agak lama. Jawaban itu memang tidak terdengar baru atau semacamnya, tapi baru kali ini Harry berbicara tentang topik seperti ini dengan seorang gadis.

"Bagaimana dengamu, Harry?" Clay balas bertanya, dan Harry menghela nafas panjang. Dia tidak merasa begitu gugup sekarang.

"Dulu ibuku sering menceritakan dongeng tentang para putri yang bertemu dengan pangerannya lewat cinta pada pandangan pertama," Harry tersenyum mengingat sosok ibunya, "Saat aku bertumbuh besar, aku sadar realita tidak seperti dongeng. Berbeda jauh, malah." Harry menyambung, dan dari posisinya yang tadinya menghadap ke arah kiri, kini dia kembali menatap Clay.

"Menurutmu salah, atau aneh, kalau aku mulai suka padamu?"

Pertanyaan Harry membuat Clay ingin mati di tempat, atau lari secepatnya, atau terbang dan hal lain, tapi yang dia lakukan hanya berdiri mematung. Tanpa Clay sadari, dia tersenyum, dan menggeleng.

Melihat itu, senyum Harry mengembang.

"Aku tahu ini aneh, tapi mungkin ini awal baru kita."

Dia pun maju selangkah, dan memeluk gadis itu dengan erat.

Siapa sangka, Harry Styles yang berusia dua puluh tahun masih jatuh pada perangkap cinta pada pandangan pertama? Sebagai orang dengan usianya itu sangat aneh, tapi jika berhubungan dengan cinta, siapa yang bisa mengelak?

Tapi tidak ada yang tahu, kapan itu akan berakhir.

Because every hello, has its own goodbye.

___________________________________________

KONFLIKNYA UDAH NONGOL. GUE LIBUR SATU MINGGU YAY. MUNGKIN UPDATE BERUNTUN SATU MINGGU INI.

Ready to Run [hs A.U]Where stories live. Discover now