tiga - lompat!

813 121 7
                                    

Kalau kalian pernah menonton film Narnia yang kedua, yang bercerita tentang Pangeran Kaspian itu, kalian pasti bisa membayangkan, seperti apa reruntuhan yang aku dan Harry kunjungi

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Kalau kalian pernah menonton film Narnia yang kedua, yang bercerita tentang Pangeran Kaspian itu, kalian pasti bisa membayangkan, seperti apa reruntuhan yang aku dan Harry kunjungi.

Ini mirip Cair Paravel. Bedanya, yaa ini di Toronto. Setelah berjalan melewati kerindangan pohon, dan semak-semak yang mengerubungi kami, akhirnya kami tiba di daerah landai. Rumputnya tidak terlalu tinggi, dan ini memang sebuah reruntuhan. Yang tersisa mungkin hanya bagian tengah dari kastil itu dulunya.

Aku dan Harry berdiri di atas sisa-sisa lantai batu kastil ini dulu, yang membentuk sebuah lingkaran yang cukup besar. Tiang-tiang kastil yang dulu masih berdiri dengan tegap, walaupun sudah tidak lengkap lagi.

"Bagaimana?" Harry menoleh, dan menyeringai kepadaku. Aku menggeleng-gelengkan kepalaku, "Menakjubkan."

Karena letak kastil ini tepat di ujung tebing, jadi aku bisa melihat keseluruhan danau bagian barat. Danau ini sangat luas. Aku tidak peduli kastil apa ini dulunya, atau seperti apa ceritanya – walaupun sebenarnya aku penasaran – yang jelas ini sangat mengagumkan. Dan sebentar lagi pemerintah akan mengurusnya, dan pastinya sudah tidak akan tampak alami lagi. Pasti akan dihiasi dengan alat-alat teknologi. Memang cukup bagus, tapi dengan kesan alami seperti ini, tentu tak kalah menakjubkan.

"Clay, kau bisa berenang tidak?" Harry bertanya padaku, sambil berjalan menuju satu tiang batu yang tersisa. Matahari sudah mulai naik, tapi tidak terlalu panas. Toronto memang daerah dingin, jadi suhunya hangat pagi ini.

"Bisa, kenapa?" Berbicara soal berenang, aku ingat bagaimana 'dengan sengaja' dulu aku mendorong Arabella ke dalam kolam renang di rumahku. Dia terlalu cerewet, dan aku benar-benar tidak tahan saat itu.

"Ikut aku."

Harry berjalan ke sisi kiri, berhubung tebing ini cukup besar. Ayolah, dulunya ini sebuah kastil. Kastil. Mainkan imajinasimu.

Kurasa Harry membawaku ke arah air terjun, karena suaranya semakin terdengar disini.

Harry berjalan sampai ke pinggir tebing, dan dengan was-was aku mengikutinya. Angin mulai bertiup dengan sepoi-sepoi, menambah kesan sejuk. Ini baru hari pertamaku disini dan aku sudah jatuh cinta dengannya.

"Kau lihat itu?" Harry menunjuk ke arah kiri, dan bisa kulihat di antara celah-celah batu tebing, ada air terjun. Airnya memang tidak mengalir dengan deras sih. Tebing ini lumayan tinggi, untungnya aku tidak fobia ketinggian. Tingginya sekitar 25-30 meter. Itu lumayan menurutku.

"Ya, lalu?" Aku bertanya balik.

"Dimana ada air terjun, pasti ada sungai kan?" Aku mengangguk.

"Tapi aku tidak pernah menemukan sungai di pulau ini." Harry menerangkan, dan aku tersenyum simpul. Aku suka memperhatikan dia ketika dia bercerita tentang petualangannya. Seperti melihat anak kecil yang sedang bercerita tentang mainan favorit mereka. Padahal dia sudah berumur dua puluh tahun.

Ready to Run [hs A.U]Where stories live. Discover now