sembilan - masalah.

607 98 3
                                    

(A/N : Ada satu perubahan, nama keluarga Clay kan Brooks, gue ganti ke Williams. Nama samarannya tetap Clay Evans. Btw gue udah ketemu ending kwkwkwk.)

Suara mesin kapal motor kembali terdengar, di hari kedua Clay berada di Toronto. Dia duduk di bangku yang dipasang di badan kapal, dan membiarkan angin menerbangkan rambutnya. Clay menikmati semilir angin pagi itu, sementara Harry berada di balik kemudi, menatapnya.

Harry jadi bertanya-tanya dalam hatinya, tentang semua itu. Semua kupu-kupu, dan jantung yang berdentam-dentam dengan kecepatan yang lebih dari biasanya.

Saat masih kecil, Harry dan kakaknya, Gemma, sering dibacakan cerita-cerita dongeng sebelum tidur. Dari semua cerita itu, yang Harry ingat, tiap putri pasti memiliki akhir yang bahagia dengan pangerannya, dan mereka semua saling jatuh cinta lewat pandangan pertama.

Harry yang masih kecil percaya dengan hal kecil seperti itu, dan dengan bangga dia mengatakan bahwa cinta pertamanya adalah Anne, sang ibu. Waktu mengalir bagaikan air, dan Harry telah berubah menjadi seorang pria dewasa yang tampan, dan dia sadar realita berbeda jauh dengan dongeng. Harry tidak pernah merasakan hal seperti ini dengan gadis lain sebelumnya. Oke, mungkin pernah, tapi dengan Clay, itu berbeda.

Harry tersenyum kecil, lalu mengalihkan pandangannya ke daratan yang mulai mereka dekati. Ada kapal lain disana, yang tak lain adalah kapal milik Mark. Clay berdiri, merapikan letak ranselnya, dan mengepang rambutnya, sementara Harry menambatkan kapal.

"Jadi," Clay menapakkan kakinya di atas pasir yang lembut, dan menatap Harry sambil berjalan ke arah pria itu, "Kita kemana hari ini?" Clay mengangkat satu alisnya, menantang pria itu. Harry mengusap-usap dagunya sendiri, memasang tampang serius.

"Masih ada beberapa titik yang bagus. Kau mau mengunjungi titik itu atau mencari sumber air dari air terjun?" Harry kini menatap Clay, yang tingginya tak begitu berbeda jauh dengannya. Clay menimbang-nimbang, dan pada akhirnya memilih untuk mengelilingi pulau ini dulu.

Dengan tali kamera yang melingkar di leher, Clay mengekor Harry. Harry bilang mereka akan mengunjungi menara, yang terletak di sisi yang berlawanan dengan arah datang mereka sehingga menara itu tidak tampak. Menurut Harry, menara itu cukup tinggi untuk bisa melihat ke daerah di sekeliling danau dan daratan di sekitarnya.

Tapi karena dia berada di arah yang berlawanan, jadi mereka harus berjalan agak jauh, dan Clay tidak masalah dengan hal itu karena Harry bilang tempat yang tersisa untuk mereka kunjungi secara khusus adalah menara tua itu.

Selama perjalanan itu, keheningan meliputi mereka. Clay memilih untuk memandang ke sekitar sambil mengambil gambar, mencoba melupakan pertanyaan-pertanyaan yang menumpuk di otaknya. Dia juga merasakan hal yang sama seperti Harry, hanya saja Clay tidak begitu yakin dengan cinta pada pandangan pertama.

Secara logika, bisa saja hal itu terjadi karena ketertarikan fisik dan kepribadian belaka. Tapi kalau hati yang memilih, apa yang bisa kau lakukan?

Clay dihadapkan pada dua pilihan, otak atau hatinya.

"Clay?" Tiba-tiba Harry memanggil namanya, dan Clay mengangkat muka. Ditatapnya Harry yang kini sudah menghadap ke arahnya dengan tampang serius di wajahnya.

"Yaa?" Clay, dengan isengnya mengarahkan kameranya ke wajah Harry dan mengambil gambarnya sebelum Harry menghindar.

"Ughh," Harry mengacak-acak rambutnya sendiri, dan Clay tertawa. Dia tidak mengecek hasil fotonya, dan menatap Harry. Clay menyadari bahwa rambut Harry tergolong panjang untuk ukuran laki-laki, dengan model bergelombang yang mirip seperti perempuan, tapi Clay akui Harry tampan.

"Kau dengar itu?"

Keduanya sama-sama memasang telinga, sampai sebuah suara teriakan yang cempreng perempuan terdengar. Harry dan Clay saling tatap dengan mata yang berkilat-kilat jenaka, "Pasti Aubrey."

Ready to Run [hs A.U]Where stories live. Discover now