Kemarahan Darvon

15.3K 1.4K 227
                                    


Happy Reading



Rayanza



Pagi ini Rayanza sudah bersiap dengan seragam lengkap sekolahnya. Dirinya menatap penuh kagum pada ciptaan Tuhan yang begitu tampan dan coolnya di pantulan cermin. .

Rayanza menyisir rambutnya kesamping menggunakan jari tangannya dan bersiul pelan dengan gaya songong. "Anjay... ganteng sekali anak mengkek mamah ini," puji nya pada dirinya sendiri.

Kemudian Rayanza mencubit kedua pipinya sendiri dengan alis menyatu. "Ko muka gue gini ya, pipinya makin hari, makin gembul aja."

Karena kesal Rayanza mengunyel pipinya sendiri sampai memerah, dan berakhir meninju kaca didepannya dengan sedikit keras.

"Kaca goblok! gara-gara lo, gue jadi tau kalo pipi gue gembulan. Harusnya lo pake filter tirus. Biar kalo pas gue ngaca, keliatan tirus pipinya," sungut nya kesal. Setelahnya Rayanza mengambil tasnya yang sudah terisi satu buku, dan berjalan keluar.

Rayanza berjalan santai saat menuruni tangga dengan tangan kanannya yang memegang tas di bahunya. Dan tangan kirinya yang dimasukkan kedalam saku celananya. Bersiul pelan dengan tampang songongnya. Membuat siapa saja yang melihatnya hanya menggeleng heran dengan tingkah anak satu ini.

" Mau kemana?" tanya Arfa saat melihat Rayanza yang sudah lengkap dengan seragam sekolahnya, kini sudah duduk anteng dimeja makan tepat di sampingnya.

Rayanza menyipitkan matanya dan menoleh sedikit kearah Arfa. "Abang gak liat, adek pake baju apa?"

"Abang liat, Adek! masalahnya emang Adek diizinkan sekolah sama daddy."

"Siapa yang mengizinkanmu sekolah?" tanya Ganta yang baru saja tiba diruang makan.

Rama yang baru saja datang langsung saja melerai. Dan mengkode Ganta untuk diam. Membuat Ganta kesal dan langsung duduk di kursinya.

"Adek mau sekolah?" tanya sang daddy pada anak bungsunya. Dengan cepat Rayanza mengangguk antusias sambil tersenyum. Membuat daddynya membalas tersenyum.

"Baiklah, Adek boleh sekolah hari ini. Tapi jangan nakal ya," peringatnya.

"Iya Dad." Patuhnya.

Akhirnya semuanya sudah berkumpul dan memulai makan bersama dengan tenang. Setelah selesai makan, Arfa, Darvon dan Rayanza pamit untuk berangkat sekolah. Dengan Ganta, Arga dan daddynya yang masih setia berada diruang makan.

"Mengapa Daddy mengijinkan adiku sekolah?" tanya Ganta yang terkesan dingin.

"Kamu tidak lupakan dengan kejadian kemarin, biarkan adikmu sekolah dan melakukan apapun yang membuat adikmu bahagia. Daddy hanya tidak ingin adikmu menangis seperti kemarin, karena mengingat mommy kalian.Hati daddy sungguh sakit saat melihat adik kalian yang menangis seperti itu," jawab sang daddy.

Bukan karena apa, sebenarnya Rama kasihan dengan bungsunya, terlihat jelas jika anak bungsunya itu tengah memendam semuanya sendiri. Rama tidak mungkin lupa dengan kejadian kemarin, dimana saat anak bungsunya menangis dan menceritakan kejadian kelamnya dulu.

Namun anehnya, pagi ini anak bungsunya itu, sudah bisa kembali ceria, seperti tidak terjadi apa-apa kemarin. Dan Rama tidak ingin kecerian anaknya itu tergantikan dengan raut kemurungan karena tidak mendapatkan izin kesekolah.

"Baiklah Dad, aku mengerti maksudmu." Setuju Arga.

Ganta tidak merespon apapun dan hanya diam. Jujur, Ganta sebenarnya sangatlah tidak setuju jika adiknya sekolah, apapun alasannya itu Ganta tidak setuju. Namun mau membantah daddynya juga tidak mungkin karena Arga abang sulungnya menyetujui keputusan daddynya.

Rayanza [SEGERA TERBIT]Where stories live. Discover now