Anak Piatu!

10.2K 1.3K 230
                                    


Happy Reading




Rayanza

Setelah selesai makan, Rayanza kembali ke kelas bersama ketiga setannya karena bell masuk sudah berbunyi. Sedangkan Arfa dan Darvon yang sekelas juga sudah kembali ke kelasnya sendiri.

Awalnya Darvon dan Arfa ingin mengantarkan Rayanza ke kelasnya. Namun anak itu menolaknya mentah-mentah. Dengan alasan sudah besar ingin kembali ke kelas sendiri.

Saat dikoridor Rayanza menghentikan pergerakan ketiga sahabatnya dengan spontan. Membuat Mahen yang kebetulan berada dibelakang Rayanza menubruk tubuh Rayanza kuat hingga terjungkal kebelakang.

"Dih, si anjing. Ngapain lo tiduran dilantai?" tanya Rayanza saat melihat Mahen yang masih tergeletak dilantai.

"Tiduran? mata lo tiduran. Lo ngapain sih berenti tiba-tiba, guekan yang gak siap jadi nubruk badan lo itu." Mahen meringis pelan dengan tangan kanannya yang menekan pinggangnya yang terasa nyeri.

"Mantap!" Satu kata yang keluar dari mulut Rayanza. Yang sukses membuat Mahen melongo.

Kai yang melihat perdebatan mereka hanya menggeleng heran. Kenapa bisa mereka berdua ini selalu saja seperti Tom and Jerry. Sekali-kali akur gitu. Susah amat, amat aja gak susah.

"Gak usah ngalay lo, ayok berdiri!" Tama segera mengulurkan tangan kanannya yang langsung diterima baik oleh Mahen. Setelah berdiri, Mahen masih tetap mempertahankan rasa kekesalan pada Rayanza. Dan menatap sekilas Rayanza dengan sinis.

"Hari ini gue gak latihan, dan gue mau kita nyebat, alias ngeroko sekalian kita nongkrong. Gimana, setuju?" Antusias Rayanza dengan senyuman secerah matahari pagi.

"Gas..." Setuju Mahen dan Tama secara bersamaan.

"Lo berdua mah kerjaanya gasss mulu, heran. Lo pada gak inget sama abang-abangnya Rayanza yang super duper posesif. Gak inget Rayanza kemaren abis dihukum sama abangnya. Masih belom kapok?" Nasehat Kai panjang lebar.

Rayanza mendesah pelan, sebenarnya dia biasa saja sih dihukum oleh keluarganya terus. Palingan juga hukumannya cuman dikurung, kalo gak dikurung ya dimarahin, paling parah pasti Rayanza diambekin.

Selagi bukan main fisik, Rayanza tidak akan pernah takut. Tapi jika mereka sungguhan sampai bermain fisik terhadap Rayanza, maka jangan harap bisa melihat keberadaan Rayanza lagi.

"Oh iya Ray, kemana Roger. Tumben amat gak ngintilin lo?" tanya Tama.

Karena seharian ini tidak melihat bodyguard Rayanza yang super ngintil plus cepu itu. Atau jangan-jangan sudah tidak bekerja lagi atau bagaimana.

"Lagi disuruh kakek, buat bantu bisnis kakek diluar kota, dan sekarang kan yang gantiin jaga gue bang Darvon. Dan berhubungan bang Darvon di kelas, kita kabur.

"Udah sih Kai, gas aja. Emang lo gak mau nyebat?" Bujuk setan bernama Mahen.

Dengan secepat kilat, Kai terjerumus dalam godaan setan yang terkutuk seperti Mahen. "Yaudah Gass."

Setelah akhirnya setuju untuk membolos. Kini geng anak setan ini sedang menikmati rokok mereka disalah satu warung tak jauh dari sekolah mereka.

"Hidup emang paling enak itu nyebat, yekan?" ucap Rayanza dengan gaya. Kepulan asap berbentuk bulat -bulat kecil keluar dari mulut Rayanza.

"Habis enak-enak pasti kita apes cok," sahut Tama.

"Orang lain mah, berakit-rakit kehulu, berenang-renang kemudian. Kalo kita beda, kita bersenang-senang dahulu, bersedih-sedih kemudian," timpal Mahen yang diangguki Kai.

"Mana iya lagi," Setuju Rayanza.

"Ray, itu dibahu lo ko ada bekas luka ya?" tanya Kai yang kebetulan duduk diatas meja sedangkan Rayanza duduk diatas kursi tepat didepan Kai, dengan posisi membelakangi Kai.

Rayanza segera melepaskan rokok yang ada di mulutnya, dirinya sedikit menoleh kearah punggungnya yang tadinya tertutup seragam, kini sudah tersibak oleh tangan Kai.

"Gue juga gak tau bekas luka apa Kai, seinget gue. Gue waktu itu pingsan ,terus bangun-bangun udah ada perban disitu. Dan setiap harinya itu luka dibersihin sama bang Ganta. Setiap gue nanya, katanya itu luka pas gue tawuran. Gitu," jelasnya panjang lebar.

Rayanza juga tidak terlalu ingat darimana asal luka di punggungnya, namun seingatnya. Luka itu ada saat dirinya bangun dari pingsan,saat itu dirinya pingsan karena disuntikkan bius oleh Ganta. Dan yang lebih anehnya, dibahunya, atau lebih tepatnya dibagian luka itu terasa ada yang mengganjal.

"Aneh, lukanya beda dari yang lain. Kaya agak lebih menonjol ketas gitu," ungkap Kai.

"Udahlah gak usah dipikirin," ujar Rayanza berusaha menghilangkan pikiran negatif Kai.

Walaupun sebenarnya Rayanza juga penasaran dengan luka itu. Seberutal apapun dimedan pertempuran, Rayanza pasti akan ingat dimana letak luka-lukanya. Tapi sudahlah, semakin dipikirkan akan semakin membuat Rayanza pusing nantinya.

"Kalo pikiran stres kaya gini, jadi kangen mamah," lirih Rayanza. Wajahnya tampak lesu, dan tidak bersemangat saat mengatakannya.

"Emangnya kemana,mamah jalang lo itu?" tanya seseorang yang baru saja datang.

Rayanza yang mendengar kata jalang untuk mamahnya, merasa marah. Tangannya meremat kuat puntung rokok yang masih menyala ditangannya dengan deru nafas yang memburu. Matanya menatap tajam pemuda didepannya.

"Maksud lo apa?" tanya Rayanza yang kini sudah berdiri dihadapan pemuda itu.

"Gue cuma nanya, gitu doang lo marah?" Pemuda itu balik bertanya dengan nada mengejek, tak lupa senyuman wajahnya yang begitu menjengkelkan bagi Rayanza.

"LO NGATAIN MAMAH GUE JALANG YA ANJING!" teriak Rayanza.

"Sabar Ray," lerai Kai yang berusaha menarik tubuh Rayanza agar tidak terjadi perkelahian.

Sedangkan Mahen tanpa aba-aba langsung maju dan meninju pemuda itu dengan keras, Tama yang melihatnya syok dan langsung menarik Mahen untuk mundur.

"Hen, udah bego!" peringatnya. Namun satu detik kemudian Tama malah balas meninju pemuda itu hingga tersungkur ke belakang dan ambruk kearah meja hingga meja terbalik.

Mahen yang melihat kelakuan Tama sedikit cengo. Bukanya tadi Tama melerainnya untuk berkelahi. Kenapa sekarang malah dia yang gelut ya Tuhan!

Tama goblok!

Rayanza yang sudah berhasil lepas dari pegangan Kai segera maju dan menindih pemuda itu, tak lupa tangannya menarik kerah baju pemuda itu hingga kuat. Saking kuatnya, Rayanza melupakan rasa sakit ditanganya yang terbakar akibat dirinya yang meremat sepuntung rokonya tadi.

"Arrofii setan lo! Anak bajingan, anak babi. Sangking setannya lo, setan aja gak mau punya anak kaya lo," maki-maki Rayanza tanpa henti.

Pemuda itu tak lain dan tak bukan adalah Arrofii. Salah satu pembalap yang ada di RX Hunter. Yang beberapa kali sempat cekcok dengan Rayanza. Arrofii juga yang waktu itu mengalahkan Rayanza di arena balap mobil.

"Beraninya kroyokan lo!" ucap Arrofii. Yang memang hanya sendiri.

"Suruh siapa lo sendiri, dan lagi. Lo kalo gak nyari masalah dulu sama gue, gak bakalan juga lo gue kroyok bareng temen-temen gue," tutur Rayanza.

"Alah, lonya aja yang lemah, beraninya keroyokan. Dasar anak piatu," hina Arrofii pada Rayanza.

Rayanza yang tadinya sudah tidak terlalu emosi, kini mulai terpancing dan kembali dengan emosi yang membara. Saat hendak meninju Arrofii. Tiba-tiba tangannya tertahan oleh tangan seseorang yang memegang nnya dari arah belakang.

Segera Rayanza berbalik dan betapa terkejutnya Rayanza saat melihat siapa orang itu.

"Sudah puas bermainnya? pulang!" perintahnya penuh penekanan disetiap kata-katanya.




Bismillah semoga yang komen plus vote
Dilancarkan rejekinya amin

Sorry gaje

Millo

Rayanza [SEGERA TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang