Pergi

299 17 0
                                    

Setelah hari itu, pa Prajogo menempatkan orangnya untuk berjaga di luar kamar inap Zara. Dia tidak akan membiarkan siapa pun masuk tanpa ada izin nya.

Begitu juga dengan Teddy. Hampir setiap hari pria itu datang, selalu di hadang oleh orang suruhan pa Prajogo. Beberapa kali juga Teddy sempat memberontak memaksa masuk, hingga terjadi sedikit keributan.

1 bulan berlalu~

Teddy masih belum bisa bertemu dengan Zara. Jangan kan bertemu, untuk mengetahui kondisi gadis itu pun, pihak rumah sakit enggan memberinya info.

Di sisi lain, Zara sudah siuman sejak seminggu yang lalu. Dia di kurung sang kakek di kamar tanpa di perbolehkan keluar, meski untuk jalan-jalan di taman rumah sakit sekalipun.

Zara hanya bisa duduk dan memandang keluar jendela setiap harinya. Pa Prajogo yang melihat cucu kesayangan nya seperti itu, akhirnya menyerah juga.

"Ara... kalau Ara ikut ake ke Jepang gimana?" tanya pa Prajogo membuka obrolan.

Fyi (Ara, panggilan sayang dari pa Prajogo. Dan Ake dari kata kakek, panggilan para cucu-cucu pa Prajogo kepadanya)

Zara tidak merespon ucapan sang kakek dan hanya memandang keluar jendela terus.

"Haaahh.... ake kaya gini cuman pengen Ara cepet sembuh... ake gak mau Ara banyak pikiran kalau ketemu laki-laki itu" ucap pa Prajogo.

"Ara emang gak mau ketemu dia lagi" ucap Zara berbohong.

Meski mulut nya berucap seperti itu, tapi hati dan perasaan rindu pada Teddy tidak bisa dia bohongi.

"Terus... Ara kenapa murung gitu hum?" tanya sang kakek lembut.

"Ara... ara... gak bisa ikut PON kalau kaya gini..." ucap Zara perlahan menangis.

Pa Prajogo langsung memeluk cucu kesayangannya sambil terus memberikan semangat.

"Cup...cupp... gapapa sayang... mungkin belum rejeki nya Ara ajah... sekarang Ara harus fokus sama kesembuhan Ara dulu ya sayang" ucap pa Prajogo.

Setelah adegan yang cukup menguras air mata, Zara kembali pada posisi awal duduk tegap.

"Ake... Ara mah ikut ake ke Jepang" ucap Zara.

"Kamu serius kan?... karna kita gakan pulang ke indo selama beberapa tahun" ucap pa Prajogo memastikan.

"Ia ake... Ara serius..." ucap Zara menatap sang kakek.

Meski rasanya berat harus meninggalkan tanah kelahiran, dan pergi menetap beberapa tahun di sana. Zara akan lakukan itu untuk menghilangkan semua kenangan tentang Teddy.

"Oke... kita berangkat besok" ucap pa Prajogo.

Skip besok~

Zara sudah berada di dalam pesawat pribadi sang kakek dan menunggu beberapa saat sebelum waktu pesawat take off. Dia duduk melamun memandangi landasan udara Soekarno Hatta untuk yang terakhir.

Saat pesawat mulai lepas landas, tanpa sadar Zara mengeluarkan air mata dan menangis tanpa suara.

"Selamat tinggal Indonesia"

"Selamat tinggal teman-teman"

......

"Selamat tinggal mas...."

Keesokan harinya~

Teddy kembali untuk menemui Zara. Dia tidak menyerah meski sudah di usir setiap kali dia datang.

Namun berbeda kali untuk kali ini. Yang biasanya ada 4 sampai 5 orang ajudan yang menjaga di luar kamar, kali ini tidak ada siapa-siapa disana.

CEGIL & ABDI NEGARAWhere stories live. Discover now