TB12 - Dingin

22.4K 2.4K 1.6K
                                    

Abaikan time stamp (jam di dalam chatroom) jika kalian menemukan dialog berbentuk chat (AU).

Terima kasih sudah menunggu dan terus mendukung Tanah Baghdad.

Tekan tombol bintang di pojok kiri bawah dan tinggalkan jejak komentar.

Tiket menuju part 13: Vote 1.2K++ dan 1.3K++ komentar

"Proses perkenalan suami-istri tidak berhenti saat akad nikah terucap

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Proses perkenalan suami-istri tidak berhenti saat akad nikah terucap. Justru proses perkenalan suami dan istri yang sesungguhnya dimulai setelah akad nikah terucap. Akan kau temui segala kekurangan dan kelebihan pasangan. Kemudian kau sadari Allah takdirkan kebersamaan kalian untuk saling mengisi dan menyempurnakan."

-Wattpad Tanah Baghdad by frasaberliana-

***

Keisya merapikan tempat tidur saat matahari di luar jendela kamarnya sudah mulai naik sepenggalah. Sesekali dia melamun dan melihat tempat tidur sisi kanan yang semalam tak dihuni oleh seseorang. Terduduklah dia di tepi ranjang dan mengusap lembut bantal di mana suaminya biasa beristirahat.

Matanya yang masih terasa panas saat memejam lagi-lagi dihias air mata. Sepertinya, Keisya baru tahu bagaimana perasaan yang berkecamuk sebab lika-liku romansa. Pernah memang dia rasakan patah hati ketika Fikra secara mendadak melamar Pendar, sahabatnya, meski keduanya tak berakhir di pelaminan. Seorang mualaf Korea berhati tulus dengan nama Haneul Choi yang memenangkan persaingan. Akan tetapi, hari ini hatinya begitu kosong dan hanya mampu sedikit terobati saat dia memeluk bantal yang menyimpan aroma parfum favorit Fikra.

"Aku terlalu kasar bentak kamu, ya? Makanya kamu nggak mau pulang," ucap Keisya dengan setitik demi setitik air mata menjatuhi kain sarung bantal.

Rencana pergi ke rumah Bude Maryam pagi ini sepertinya harus ditunda. Keisya harus mengumpulkan pasukan batinnya kembali. Dia juga merasa pusing, lemas, dan kram di perut karena tamu bulanan yang sepertinya akan datang menghampiri.

Suhu tubuh yang sedikit naik membuat Keisya menghancurkan kerapihan dari tempat tidur yang dibereskan sendiri. Keisya memasukkan kaki ke dalam selimut dan tertidur sambil mendekap bantal beraroma parfum laki-laki.

Lelap itu masih menyisakan harap di benak. Dia ingin Fikra pulang. Datang dengan ingatan yang meluap atas percekcokan semalam. Merebahkan diri di sisi Keisya lalu memeluknya dengan hangat. Keisya tidak meminta kata maaf. Cukup buatkan halusinasi bahwa dirinya adalah prioritas.

***

"Oi, Fik. Bangun!"

"Oi, Fikra." Ghifari menggoyangkan bahu temannya.

"Nih, laki semalem nggak pulang?" tanya Ghifari pada barista yang menyapu area dalam.

"Kayaknya enggak, Mas. Itu bajunya Mas Fikra saja masih sama dengan yang kemarin."

TANAH BAGHDADWhere stories live. Discover now