Sembilan

4 1 0
                                    

Suasana kota Beijing malam hari tampak begitu indah. Lampu-lampu berkelap-kelip di sepanjang jalanan. Entah itu lampu yang berasal dari perumahan, gedung-gedung maupun lampu-lampu yang memang sengaja di pasang oleh para pedagang. Mungkin bisa kalian tebak Lea dan Gilang tengah berada dimana. Ya. Kini kedua orang itu berada di alun-alun kota yang terdapat banyak pedagang makanan di sekelilingnya. Siapa lagi yang mengajak berjalan-jalan di tempat yang banyak menjual makanan seperti ini jika bukan Hilya Azalea Aditama.

"Bang....abang pesen dimsum ya di pojokan sana tuh, Lea mau nyari minuman bentar" kata Lea sembari memperhatikan sekeliling yang begitu ramai.

Begitu banyak makanan dan jajanan baik yang ringan atau berat yang di jual membuat Lea pusing sendiri untuk memilih karena semuanya tampak lezat dan menggiurkan. Ingin mencicipi semua tapi mana mungkin perutnya akan kuat menampung semua makanannya. Jadi ya sudah, untuk sekarang ia akan membeli dimsum saja dulu dengan minumanya. Sambil jalan nanti, siapa tau ada makanan lain yang lebih rekomen untuk di coba.

"Ngapa nggak nungguin selesai pesen dimsum si"

"Biar nanti dimsumnya siap udah ada minumnya bang. Udah ah bentaran doang kok, abang tungguin aja disini. Jangan kemana-mana"

"Yaudah iya, ati-ati. Jangan jauh-jauh dan buruan telephone abang klok ada apa-apa, rame orang banget ini soalnya"

"Iya-iya" sambar Lea yang kemudian berlalu meninggalkan Gilang yang masih mengantri untuk mengambil pesanan.

Brukk

"Maaf, anda tidak papa?" kata orang yang baru saja menabrak Lea sembari membantunya berdiri.

Orang tersebut laki-laki bertubuh tegap memakai baju yang di dominasi warna hitam. Jangan bayangkan seperti orang jahat yang ada di film-film ikan terbang atau film-film lainya karena laki-laki ini tidak mengenakan topi dan masker yang menjadi ciri khasnya melainkan hanya pakaianya saja yang serba hitam, celana selutut juga tas hitam berukuran sedang di bahunya. Ah. Jangan lupakan juga sandal jepit yang di pakaianya. Benar-benar tipe orang yang santai.

"Ah..tidak papa"

"Sekali lagi maaf" kata laki-laki itu lantas berpamitan.

Belum juga laki-laki itu berjalan terlalu jauh, Lea menyadari sesuatu. Laki-laki itu, menjatuhkan bungkusan plastik kecil warna putih yang tidak transparan hingga Lea tidak bisa melihat isi di dalamnya. Ia baru ingat jika tas laki-laki tadi memang sedikit terbuka. Mengira itu barang penting, gadis itupun segera mengambilnya berniat untuk menyerahkan bungkusan itu kepada sang empunya barang.

Berulangkali Lea mencoba memanggil laki-laki itu tapi sepertinya riuh suasana sekitar membuatnya tidak mendengar panggilan Lea. Meski begitu, beruntung dirinya tidak kehilangan jejak laki-laki tersebut.

"Kenapa disini makin sepi? Mana kyaknya bangunan pada kosong lagi. Sebenarnya Mau kemana dia" batin Lea mengurungkan niatnya yang hendak memanggil kembali karena kini laki-laki itu tampak mencurigakan.

Bayangkan saja, laki-laki itu berjalan sedikit mengendap-endap sambil menengok kanan kiri seolah takut jika ada yang mengikutinya. Beruntung suasana sekitar lumayan gelap dan Lea berada di jarak cukup jauh dari laki-laki yang di ikutinya itu jadi peluang dirinya ketahuan sangatlah kecil.

Tak berselang lama, tampak ada dua orang laki-laki lain yang menghampiri laki-laki yang diikuti oleh Lea dan tanpa berbasa basi keduanya saling bertukar barang bawaan masing-masing yang entah apa isinya seolah tengah melakukan transaksi.

"Nar...narkotika...pistol...uang" gumam Lea membekap mulutnya saat ketiga orang laki-laki itu mengeluarkan sesuatu dari dalam tas hitam yang tadi saling di serahkan.

Transaksi barang haram dan penyelundupan senjata ilegal. Itulah yang saat ini tertangkap dalam benaknya. Sebelum ada sesuatu yang mengancam keselamatanya, Lea buru-buru melempar kesembarang arah bungkusan yang ada di tanganya karena khawatir barang yang di pegangnya juga narkotika dan segera ingin berlari menjauh.

Klang.

Sialnya, baru beberapa langkah kaki Lea mengayun, dirinya malah tak sengaja menginjak bekas minuman kaleng yang tentu saja suaranya sangat menggema di gang yang sepi tersebut sehingga kedua laki-laki mencurigakan itu langsung menoleh ke arah suara dan langsung menyadari keberadaan Lea yang berada disana.

"Hey, siapa kamu? Guang, sepertinya dia mengintai kita" Kata salah satu dari mereka yang tanpa di komando langsung mengejar Lea

Lea pun tak memperhatikan siapa yang tadi berbicara karena dirinya lebih memilih mempercepat laju kakinya untuk segera berlari agar bisa kembali kepada Gilang.

"Hey, berhenti!" triak laki-laki yang entah siapa kali ini karena suaranya berbeda.

Mana Lea perduli. Bodoh namanya jika ia mau berhenti saat ini karena Lea yakin mereka berdua pasti akan mencelakainya.

Tiba di tempat keramaian meski ketiga orang itu masih saling berkejaran, beruntung Lea bisa gesit menyelinap di antara orang-orang yang berlalu lalang sehingga dirinya bisa aman sekarang.

"Huhh, syukurlah gue bisa kabur" lega Lea kedua orang tadi tak terlihat batang hidungnya.

"Bang, ayo kita pulang" serbu Lea begitu dirinya berhasil menemukan Gilang yang masih setia menunggunya di depan penjaja dimsum.

"Loh dek, kenapa? Terus kok muka kamu pucet banget, mana keringetan banyak banget lagi" kata Gilang heran karen Lea yang tiba-tiba saja datang dan langsung mengajaknya pulang.

"Nanti Lea jelasin. Ayok pulang"

"Tapi dimsumnya? Terus minuman yang mau kamu beli mana?"

"Udah, dimsumnya bawa pulang aja. Buat minum, di penginapan banyak. Yang penting sekarang ayok kita pulang" kata Lea menyeret tangan abangnya

*****

Di kamar mewah nan luas, mata Liam fokus dengan laptop di depannya. Mencari cari artikel yang berkaitan dengan kerajaan-kerajaan zaman dulu dari beberapa generasi dan dinasti. Dia tak ingin melewati satu artikel pun tentang itu.

"Ketemu!" sorak Liam senang

Akhirnya setelah beberapa jam berkutat dengan tulisan-tulisan bertemakan sejarah, ia menemukan salah satu artikel yang memuat sejarah dinasti Ming yang mana bangunan-bangunan di sekelilingnya sangat mirip dengan yang ada di mimpinya.

Dan, ada yang membuatnya heran. Kenapa nama depan dan belakangnya sangat mirip dengan kaisar Hwang, yang merupakan kaisar keempat dinasti tersebut? Apa ini hanya sebuah kebetulan?. Pikir Liam. Semuanya kini semakin terasa tidak masuk akal saja. Satu-satunya yang menjadi kemungkinan adalah, keluarganya pasti memang masih memiliki hubungan kekeluargaan dengan silsilah kerajaan. Dan sepertinya ia harus menanyakan hal ini kepada neneknya. Satu-satunya keluarga yang ia punya di dunia ini.

"Ya, aku akan bertanya soal ini kepada nenek" tekad Liam.

_____________________

Waw...waw..waw. Kira-kira itu penjahat berdua bakalan memburu Lea dan mengancam keselamatanya nggak ya? Hayo tebak readers😃😃❤

Meet You Again Where stories live. Discover now