Tigabelas

4 1 0
                                    

"Eunghh" lenguh Lea yang secara perlahan membuka matanya meski berat karena kepalanya yang terasa pusing.

Dilihatnya sekeliling, hanya ruangan luas yang terpampang dengan banyak barang-barang yang sepertinya sudah tak digunakan lagi. Sementara dirinya, ditinggalkan sendiri di salah satu sudut ruangan dengan kedua tangan dan kakinya yang terikat sehingga Lea tak bisa berkutik.

"Apa-apaan ini. Apa gue di culik?" batin Lea ketakutan begitu mengingat kejadian saat dirinya di bekap oleh seseorang.

Bagaimana tidak? Seumur-umur, baru kali inilah dirinya dalam situasi seperti ini. Lagipula, mengapa bisa dirinya jadi sasaran penculikan padahal Lea merasa tak pernah membuat masalah dengan orang-orang di negara ini sebab ia tau diri ini bukan di negara sendiri kecuali....

"Astaga, apa orang-orang malam itu yang nyulik gue?" gumamnya sembari mengatur napas agar dirinya bisa sedikit lebih tenang sebab dirasa tangannya kini bergetar dengan hebat karena serangan panik dan cemas.

"Huh...huh...Fokus Lea...ayo berfikir kalau kau ingin selamat" dirinya berkata lirih sembari mengamati kembali situasi sekitar.

Kali ini ia yakin jika sedang berada di gudang dan di saat yang bersamaan, tak sengaja ia melihat pecahan kaca yang tergeletak tak jauh darinya. Perlahan, Lea berusaha mendekat meski kesusahan.

Ceklek

Suara pintu yang terbuka, mengalihkan perhatian Lea yang tengah berusaha meraih pecahan kaca tersebut. Seorang laki-laki, kisaran umur 35, berbadan tegap, berkulit putih bersih dengan garis wajah yang tampan namun terkesan tegas berjalan menghampiri Lea sembari memainkan ponsel di tangan. Hanya sendiri. Tak ingin diketahui dirinya melakukan hal mencurigakan, gadis itu segera kembali bergeser dari tempatnya sebelum laki-laki yang baru datang itu memperhatikan. Sedikit lagi...sedikit lagi...dapat. Kini pecahan kaca itu sudah ada di genggamanya.

"Orang ini bukan yang gue lihat malam itu. Postur tubuh mereka sangat berbeda. Ya. Gue yakin laki-laki ini bukan salah satu dari kedua orang itu" batin Lea memperhatikan orang yang kini telah ada di depannya.

"Hei..hei sudah sadar rupanya. Kenapa kau melihatku seperti itu hah?" kata laki-laki itu

"Siapa kau? Aku merasa tidak pernah berurusan atau bermasalah denganmu" kata Lea dengan tatapan tajam

Tentu saja hal itu membuat laki-laki di depannya terkejut. Meskipun orang asing, rupanya gadis ini sangat pintar berbahasa mandarin. Pikirnya. Dilihat dari wajahnya pun tidak ada rasa takut sama sekali.

"Kau... Apa kau salah satu mata-mata yang mereka kirim?

"Mata-mata apa maksudmu, aku tidak mengerti sama sekali. Jawab aku ada urusan apa kau denganku"

"Bukan aku yang punya urusan denganmu, tapi nona muda"

"Nona muda? Apa dia bosmu? Ahh.....mungkin juga bos para sampah yang beberapa malam lalu melakukan transaksi ilegal barang haram"

Mendengar perkataan Lea, laki-laki di depannya itu langsung mencengkram dagunya sangat kuat dengan napas yang memburu. Tampak sekali jika sedang marah.

"Berani sekali kau berbicara seperti itu dasar gadis lemah, tidak berguna!"

Plak
Plak

Tamparan yang sangat keras mendarat di kedua pipi chubby Lea. Meski terasa panas juga kebas dan darah keluar di sudut bibirnya akibat tamparan tersebut, namun gadis itu malah tersenyum dan merasa lega di dalam hatinya karena telah berhasil mengalihkan perhatian orang di depannya ini.

"Sepertinya kau memang benar seorang mata-mata. Baiklah akan aku pastikan kau habis di tangan nona muda" lanjutnya yang kemudian mengambil ponsel di saku celananya dan kemudian menelephone seseorang.

Tapi, apakah Lea peduli laki-laki itu berbicara dengan siapa atau membicarakan apa? Tentu tidak karena menurutnya ini adalah kesempatan bagus untuk menyusun sebuah rencana. Ya, bagaimanapun situasinya, dirinya harus berusaha tetap tenang juga menekan rasa takutnya agar bisa berfikir jernih dan menemukan cara untuk menyelamatkan hidupnya.

*****

Beberapa menit menempuh perjalanan, Gilang akhirnya sampai juga di kantor milik Liam. Begitu turun dari mobil, seorang satpam menghampiri dirinya yang ternyata Liam memang sengaja menyuruh petugas tersebut untuk langsung mengantarkanya ke ruangan saat dirinya tiba.

"Am...Lea, am" sambar Gilang begitu dirinya telah berada di ruangan Liam

"Bang...duduk dulu. Biar gue ambilin minum ya, muka abang keliatan pucet banget" kata Liam

Tanpa menunggu persetujuan Gilang, laki-laki itu langsung melesat ke arah dispenser dan kembali lagi dengan segelas air putih di tanganya.

"Nah, sekarang coba abang critain gimana detailnya kenapa bisa abang bilang kalau Lea hilang" tanya Liam saat melihat Gilang sudah tampak tenang

Lantas mengalirlah cerita detail dari awal Lea berpamitan dengan Gilang sampai akhirnya gadis itu belum juga pulang hingga sekarang tanpa ada yang terlewat sedikitpun.

"Bener kata abang. Sebelum duapuluh empat jam, laporan kehilangan Lea tidak akan di proses kecuali jika ada bukti yang membenarkan jika Lea memang dalam bahaya" komentarnya begitu Gilang selesai bercerita

"Lalu apa yang harus kita lakukan Am, aku khawatir Lea kenapa-napa"

"Abang udah ke perpustakaan yang Lea kunjungi?"

"Belum. Gue pikir, gue bisa nemuin Lea di sekitar penginapan"

"Kalau gitu kita kesana sekarang karena setauku perpus itu buka sampai jam sebelas malam. Masih ada waktu. Siapa tau CCTV disana bisa ngasih kita petunjuk"

Tanpa membuang waktu, keduanya melesat ke perpustakaan yang Lea kunjungi tadi menggunakan mobil Liam. Sampai disana, seorang laki-laki hampir paruh baya tengah memberesi beberapa barang dan mulai mematikan lampu-lampu di beberapa ruangan. Mungkin karna memang perpustakaan hendak di tutup.

"Pak, tunggu pak" kejar Gilang berlari menghampiri penjaga perpustakaan tersebut diikuti Liam di belakangnya membuat si penjaga menoleh.

"Ya, ada yang bisa saya bantu?" katanya menghentikan aktivitasnya.

"Maaf pak, apa saya bisa melihat CCTV di depan pintu masuk sana? Sekitar pukul dua lebih tadi adik saya kemari tapi sampai sekarang belum pulang dan tidak ada kabar sama sekali"

"Astaga. Baiklah, mari ikut saya ke ruang CCTV"

Mengutak atik komputer sebentar, beberapa rekaman CCTV kini terpampang di layar monitor. Mulai dari perkiraan kedatangan Lea pukul dua lebih siang tadi sampai pukul lima kurang yakni saat gadis itu keluar perpustakaan, tapi belum ada hal-hal yang mencurigakan bahkan sampai Lea keluar dari perpustakaan. Membuat Gilang juga Liam merasa frustasi sebab disinilah satu-satunya tempat yang di harapkan bisa memberikan mereka petunjuk.

"Ooo...itu...di samping tiang yang ada di sebelah kiri jalan depan perpustakaan ini, bukankah itu Lea?" kata Gilang tiba-tiba

"Meski tidak terlalu kelihatan wajahnya, aku yakin itu memang Lea" lanjutnya

"Abang bener, itu memang Lea" timpal Liam

"Lihat, sepertinya Lea di bawa masuk paksa ke mobil hitam itu Am...tolong, cari tau mobil itu Am, cepat!" kata Gilang dengan suara bergetar yang di angguki oleh Liam.
_______________________

Pagi semua...Masak apa hari ini readers? Huh, Sedihnya disini semua bahan makanan pada naik-naik ke puncak gunung. Klok tempat bunda-panda sekalian gimana?

Meet You Again Where stories live. Discover now