(12) Rafael

10.5K 801 3
                                    


Happy reading all!

***

"Gue gak habis pikir," gumamnya meratapi nasib. Bertemu dengan bocah SMA itu semakin membuat hidupnya penuh dengan teka-teki.

"Gak mungkin. Tapi... yang dia omongin bener." Safara bangkit dari rebahannya di kasur. Dia ingat dengam sangat jelas saat pemuda itu membuat dia tak bisa berkata-kata.

Flashback on

"Tante kenapa? Wajahnya kok pucat?" Pemuda itu bertanya kepadanya dengan gamblang sekali. Wajah yang di buat polos itu mengedipkan matanya beberapa kali. Padahal Safara tau, pemuda di depannya ini sangat licik.

"Haha, jangan bercanda bocah!" Nada suara Safara sedikit serak. Dia manatap waspada bocah itu.

"Ck, gue bukan bocah! Umur gue udah 17 tahun, bentar lagi dapat sim sama ktp!" Ketusnya. "Lagian, Tante gak bisa nyembunyiin semuanya. Gue udah tau dari aura tante."

"Saya gak ngerti maksud kamu, jangan ngelantur," elaknya.

"Tante gak bisa bohong. Tante bisa gak percaya, tapi ini kenyataannya," ujarnya, dia menatap serius Safara. "Tante tau? Sejak perpindahan tubuh pertama tante. Hal itu udah gak masuk akal. Jadi... gue juga masuk kedalam ke-gak masuk akalan itu."

Flashback off

"Bocah aneh! Nyusahin otak gue aja!" Safara terus mengomel tiada henti mengenai Rafael. "Gila! Bener kata dia, dia juga gak masuk akal. Gimana dia bisa tau soal gue?"

"Lagian gimana ceritanya Gavin bisa sama Amanda? Gila emang!"

Safara menatap lurus ke arah jendela yang terbuka lebar di balkon kamarnya. Safara berpikir kemana-mana, selalu saja ada hal baru yang mengejutkan dirinya.

Gavin dan Amanda mulai dekat saat mereka tidak sengaja bertemu di makam Syura, dan saat itu juga hubungan mereka mulai akrab dan mereka saling jatuh cinta.

Saat suatu hari, Amanda dan Gavin baru pulang berkencan. Tapi saat melewati suatu jalan, mereka melihat seorang pemuda yang terletak di jalan dengan keadaan mengenaskan. Sangat mengenaskan. Mereka berdua membawa pemuda itu kerumah sakit terdekat. Dan beruntung pemuda itu selamat, meski harus kehilangan ingatan nya.

Amanda yang kasihan pun meminta Gavin untuk merawatnya. Tapi Gavin tidak mau, dia menolak keras. Amanda yang kecewa karena Gavin menolaknya pun tidak mengajak pria itu mengobrol beberapa minggu. Kedekatan Amanda dengan pemuda yang hilang ingatan itu pun berlanjut. Sampai-sampai Gavin merasa cemburu di buatnya.

Entah ada badai apa, Gavin datang menemui Amanda, dan ia mengatakan akan merawat pemuda itu. Dia pun juga melamar Amanda untuk menjadi istrinya. Amanda yang senang pun tanpa pikir panjang langsung mengangguk.

Mereka menikah saat beberapa bulan Ananda menikah. Dengan seorang pemuda yang mereka angkat menjadi seorang anak. Dan di beri nama Rafael Mahendra.

"Gila kan? Kok bisa gitu ceritanya!" Safara memijit pelipisnya pelan ketika di rasa pusing saat melihat sebuah kertas hasil ia mengorek informasi mengenai sahabatnya itu.

Dan pemuda yang bernama Rafael itu sangat mencurigakan. Ada yang aneh dari kisah cinta Amanda ini.

"Gimana mungkin Gavin yang awalnya nolak kehadiran Rafael jadi setuju untuk ngerawat bocah itu?" Monolog nya. Safara menatap ponselnya sebentar, sekarang sudah sangat malam.

"Tumben Alex belum pulang?" Safara menepuk dahinya. "tunggu... kenapa gue mikiri dia?"

"Ahh, gue kenapa sih? Apa gue gila karna berada di dunia ini?"

"AISLIN!"

Teriakan itu membuat Safara menoleh langsung kearah Alex yang sedang berada di ambang pintu, dengan wajah yang menyeramkan.

"Apa?" Balas nya ketus.

"Kemana kau seharian ini?!"

"Aku? Apa hubungan nya dengan mu?" Safara menatap remeh Alex. Entah kenapa, ketika berbicara dengan pria ini membuat suasana hati Safara jadi memanas.

"Aku suami kamu Aislin!" Bentak Alex, terlihat urat-urat lehernya bermunculan pertanda dia marah. Safara meneguk ludahnya kasar, ketika dia melihat Alex nyalinya tadi menciut.

"Aku mencari mu tadi! Dan kau tidak tau betapa khawatir nya aku!"

Safara berdecih sinis. "Sejak kapan kau peduli kepadaku?"

Alex terkekeh pelan, kekehan itu terdengar menyeramkan di telinga Safara. Pria itu berjalan membatasi jarak antara dia dan Safara. Safara yang takut pun mundur hingga dia tidak bisa kemana-mana lagi.

"Mungkin dulu aku tidak peduli kepadamu, Aislin. Tapi sekarang berbeda. Kau istriku." Bulu kuduk Safara merinding seketika saat Alex membisikkan kata-kata itu.

Alex tersenyum senang saat lawannya terdiam tak menjawab. Alex memegangi dagu Safara lembut, membuat Safara jadi menatap manik mata Alex lekat. "Aku tidak akan melepaskan lagi, tidak akan," katanya.

"Apa?"

Tanpa aba-aba Alex pergi dari sana setelah mengatakan hal yang membuat Safara bingung. "Dia kenapa?" Tanya Safara entah pada siapa.

***

"Tuan, anda mau kemana?" Kepala pelayan rumah bertanya saat melihat pakaian Alex yang sudah rapi di malam-malam begini.

"Jaga rumah. Jangan biarkan istriku pergi lagi." Dia memakai jas nya. "Aku akan segera kembali."

"Baik tuan." Walau tidak terlalu paham jalur pikiran tuan nya. Dia tetap patuh.

"Gue perlu ketemu tuh, bocil. Berani-beraninya dia mempermainkan gue," desis Alex tajam.

***

"Kau memberi tahu Alex? Sungguh nekat ya, El."

"Papa lebih baik menikmati saja wajah penyesalan tuan Smith itu," jawab Rafael enteng.

"Apa alasanmu, El?" Gavin sebenarnya sangat penasaran dengan jalan pikiran anak angkat nya ini.

"Meluruskan semuanya, pa. Papa tau kan? Tante Safara mestinya bahagia, dia harus mendapatkan keadilan. Dan penyesalan selalu datang diakhirnya, dengan kata lain... aku hanya berharap ini yang terbaik."

Gavin bangkit dari duduk nya. Dia menatap kearah jendela kaca yang terpampang jelas di depannya. "Sebaiknya jangan bertindak jauh. Saya mengadopsi kamu karna ada alasannya. Dan saya tidak ingin rencana saya melenceng sangat jauh," katanya.

"Ya... memiliki kekuatan kayak aku bisa buat papa untung. Jadi, aku akan melakukam yang terbaik."

"Lakukan lah. Temui Alex dan katakan semuanya."

"Sudah, pa," jawab entang Rafael.

"Kapan?" Gavin menatap tak percaya Rafael. Pemuda ini ternyata sangat berbahaya. Tapi memberi keuntungan yang lumayan.

"Sore tadi, Hanya setengah." Rafael menyeringai. "Setengahnya lagi, malam ini."

"Aku tidak habis pikir pada mu," ujar Gavin. "Setelah semuanya selesai, pergilah, El," lanjutnya.

"Pasti."

Bersambung....

Dia SAFARA 2Where stories live. Discover now