(08) Sesil

13.2K 1.1K 65
                                    

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Tandain typo^^

***

"Apa?" Ananda bertanya saat melihat Aislin bergumam tidak jelas. Safara yang ketahuan pun langsung tersenyum seolah-olah tidak ada yang terjadi.

"Gak ada," katanya. Ananda mengangguk saja.

Mereka mengobrol cukup lama, sampai jam sudah menunjukkan pukul 21.00. Safara pamit kepada Ananda dan juga Dion. Dion yang melihat mobil Aislin menjauh pun terdiam, entah kenapa. Sepertinya Aislin tau sesuatu. Tapi... apa?

"Mas?"

"Ah, ya?"

Ananda menghela nafasnya. "Ayo masuk," ajaknya. Dion mengangguk, lalu mereka berdua masuk kedalam.

***

Sebuah mobil masuk ke pekarangan rumah, Safara langsung keluar mobil. Dan mendapati mobil asing yang terparkir di halaman.

Mobil siapa?

"Nyonya, anda sudah sampai? Mari saya bawakan barang-barang nya," seorang palayan menghampirinya. Safara memberikan barang-barang nya, tapi sebelum pelayan itu pergi Safara sempat bertanya.

"Mobil siapa ini?"

Sang pelayan menatap sekilas. "itu mobil tuan Mahendra, nyonya."

Mahendra?

"Kau boleh pergi." Safara tau ini, keluarga Syura kan? Siapa? Apakah Galaxy? Atau... Gavin?

Safara masuk, menelusuri koridor rumah itu. Entah kenapa, ia rasa ingin sekali melihat siapa pemilik mobil itu. Dengan pelan, Safara berjalan kearah ruang kerja Alex. Dan benar saja, saat melihat ruangan itu, cahaya dari dalam terlihat. Yang berarti mereka ada di sana.

Safara melihat sedikit di pintu, dan kemudian menunjukkan dirinya. Tapi kedua orang itu tidak sadar akan kehadiran nya. Dapat Safara lihat, orang itu adalah Gavin.

"Ya... kau tau sendiri, Alex. Galaxy sekarang sedang tidak baik-baik saja." Suara Gavin mulai terdengar oleh Safara.

Alex menatap datar Gavin. "Dia menyesal?" Tanyanya.

Gavin tertawa. "Hahaha, tentu saja dia menyesal. Semenjak kematian Syura... dia depresi."

Safara yang mendengar itu cukup terkejut. "Berhenti membahas itu," kata Alex.

Gavin mengisap rokoknya. "Kau tau? Aku tau tentang dirimu, Alex."

Safara menyerengit heran. "Dan soal kematian nya, ada kaitannya dengan Rembulan bukan? Dan... ahaha, rasanya aku ingin sekali mencekik mu," lanjutnya.

Safara terdiam kaku saat mendengar nama Rembulan. Perasaan kesal dan benci meluap-luap dalam dirinya. "Berhentilah," ujar Alex.

Gavin meremukkan rokoknya. "Ku rasa, kau sama sekali tidak menyesal," sindir Gavin. Alex mengeraskan rahangnya pertanda marah.

"Syura... sepertinya dia akan sangat membenci mu." Gavin memancing kemarahan Alex, terlihat wajah Alex yang sudah memerah menahan amarah.

Safara masih beridir disana, mengamati obrolan mereka berdua. Sampai, rasanya kepala nya terasa pusing. Ia mencoba untuk seimbangkan tubuh nya agar tidam jatuh, tapi dia hampir terjatuh ke samping kanan. Safara memecahkan vas bunga yang ada disana. Kemudian ia terduduk di atas pecahan vas itu.

Prangg

Alex dan Gavin langsung menoleh kesumber suara. Mereka terkejut saat melihat Aislin yang sudah terjatuh disana.

Dengan cepat, Alex berlari dan menghampiri Aislin. "Kau ceroboh sekali," ucapnya.

Safara tidak membalas, karna rasa perih di lutut dan tangannya. Ditambah rasa pusing yang ia rasa kan.

Gavin melihat itu juga ingin membantu, tapi lengannya di tepis kuat oleh Alex. "Biar aku saja," katanya.

Gavin terkekeh kecil. "Dasar posesif," cibirnya.

Alex tidak mempedulikan itu, ia menggendong Aislin ala bridal style. Sedangkan Safara, ia sudah kehilangan kesadaran nya. Alex berjalan cepat menuju lantai Atas. "CEPAT PANGGILKAN DOKTER!" perintahnya.

***

"Renia?" Renia yang merasa di panggil pun menoleh. Matanya melebar sejenak. "Sesil?! Ya ampun, lo dari mana aja?!" Rania berlari memeluk Sesil.

Sesil tersenyum. "Gue banyak kegiatan di perusahaan bokap gue. Gue gak nyangka bisa ketemu sama lo. Oh, iya. Lo apa kabar nih?"

"Gue baik! Seperti biasa, butik gue lumayan rame," jawabnya. Renia mengajak Sesil untuk duduk.

"Oh, iya. Gimana kabar Aislin dan Alex?" Tanya Sesil. Renia menatap Sesil. "Gak ada yang berubah... Aislin juga jarang cerita soal rumah tangga nya."

Sesil bertopang dagu. "Padahal gue berharap mereka kayak pasutri pada umumnya."

"Arie mana, sil?" Tanya Renia.

Sesil menoleh malas. "Arie sekarang susah di hubungi. Dan Rembulan juga...."

"Rembulan temen lo yang menghilang itu? Dia kemana? Kok bisa menghilang tanpa kabar?" Tanyanya beruntun.

Sesil menghela nafas nya. "Gak tau deh, intinya gue gak ngeliat mereka berdua. Apalagi Rembulan."

***

"Kasihan istri mu, Alex. Dia hidup dengan suami yang masih setia dengan masalalu nya." Gavin menyindir Alex. Alex yang sedang berdiri di samping tempat tidur Aislin pun mencoba menahan amarahnya untuk tidak membuat keributan.

"Kau cerewet sekali, tuan Mahendra," balas Alex sinis.

Gavin tertawa kecil. Ia menatap wajah pucat Aislin yang sedang tertidur. Alex menatap Gavin, lalu memutar bola matanya malas. "Aku akan segera kembali, tapi jangan melakukan hal aneh di sini," ucapnya.

Gavin terkekeh. "Tenang, aku tidak akan membunuh istri mu."

Alex berdecak pelan, lalu ia meninggalkan Gavin dan Aislin di sana. Gavin yang melihat itu hanya bisa menatap Alex datar. Kemudian, ia kembali memandangi wajah Aislin yang terlihat gelisah walaupun ia tengah pingsan saat ini.

Gavin terus menatap Aislin. Dengan perlahan, Gavin memegangi dahi Aislin. Matanya tertutup, lalu sedikit membacakan sesuatu. Cahaya kecil mulai keluar dari dahi Aislin.

Gavin membuka matanya, dan cahaya itu seketika redup. Kemudian ia tersenyum. "Perpindahan jiwa lagi, Safara?"

Bersambung....

Hallo! Maaf jarang up nih, lagi padatnya ujian:)

Dan ide di dalam otak aku banyak hilang...

Seperti biasa, jangan lupa vote ya teman-teman.

Untuk info novel Dia SAFARA, kalian bisa follow akun ig Sastra_indonesia.mks dan akun Instagram aku yang ada di bio ya^^

Terimakasih.

Dia SAFARA 2Where stories live. Discover now