Bab 17

3.2K 193 9
                                    

***

Calvin sudah berusaha mencari keberadaan Rhea, namun sudah satu Minggu ia belum juga mampu menemukannya. Pria tampan itu juga sudah mendatangi Vera, namun Vera sangat sulit ditemui karena gadis itu tidak pernah berada di rumah.

Ponsel Rhea dan Vera juga tak bisa dihubungi. Calvin benar-benar frustasi memikirkan keberadaan istrinya, apalagi memikirkan kondisi Rhea yang entah bagaimana sekarang tanpa dirinya.

Rasa sesal tentu ada, bahkan Calvin selalu menyalahkan dirinya yang tak mampu menjaga istrinya dengan baik, andai waktu itu ia tak menyalahkan Rhea, mungkin sekarang Rhea masih berada didalam pelumko kannya.

Brianna sendiri merasa senang dan bahagia karena kepergian Rhea. Itu artinya sebentar lagi ia akan menggantikan posisi Rhea di rumah ini. Karena menjadi nyonya Calvin adalah impian Brianna sejak lama.

"Kamu mau kemana lagi? Percuma kamu cari Rhea, dia nggak akan kembali lagi. Biarin aja dia pergi." Tutur Brianna pada Calvin.

"Apa maksud kamu?" Tanya Calvin.

"A-aku nggak bermaksud apa-apa, aku cuma... Aku cuma nyaranin aja supaya kamu istirahat, nanti kalau kamu udah baikan, baru kamu lanjutin pencarian lagi. Aku lihat kamu capek banget, aku nggak tega lihatnya." Brianna mencoba menyentuh pundak Calvin bermaksud memberikan pijatan, namun Calvin segera menepisnya dengan kuat.

"Jangan berani-beraninya menyentuhku!" Ujar pria itu dengan tatapan tajam, Brianna tentu saja langsung terkejut setengah mati.

"Ta-"

"Jangan kira aku akan diam saja setelah apa yang kamu lakukan terhadap Rhea, kamu yang membuatnya celaka, bukan Rhea tapi kamu!" Sahut Calvin dengan penuh amarah.

"Tu-tunggu dulu Vin, kamu tau dari mana? Jangan berasumsi sendiri, aku nggak tau apa-apa."

"Aku bukan orang bodoh sehingga harus berasumsi sendiri. Di kolam renang itu ada CCTV, dan aku sudah melihat semuanya." Setelah mengatakan hal itu, Calvin pun buru-buru pergi meninggalkan Brianna.

"Calvin tunggu Vin! Bukan seperti itu, Calvin!" Brianna terus mengejar Calvin, namun Calvin buru-buru pergi dan masuk ke dalam mobil. "Sial!" Wanita itu lalu mengepalkan kedua tangannya rapat-rapat sambil mengumpat-ngumpat tidak jelas.

***

Calvin menekan pangkal hidungnya penuh frustasi. Pagi ini ia kembali menyatroni kediaman Vera, berharap bisa bertemu dengan gadis itu. Ia sudah sangat merindukan istrinya, Rhea sangat bergantung padanya, jika sampai Rhea kenapa-kenapa itu semua bukan salah wanita itu, bukan juga Rhea yang ceroboh atau pun bodoh, tapi Calvin yang benar-benar brengsek karena sudah membiarkan sang istri sendirian begitu saja.

"Vera!" Setelah keluar dari mobil, Calvin tiba-tiba saja memanggil Vera yang baru turun juga dari mobilnya. Kesempatan emas ini tak disia-siakan oleh pria tampan itu, ia segera berlari menghampiri Vera yang akan masuk ke dalam rumahnya. "Vera om mohon Ver, kita bicara sebentar, om mohon tolong beri tau om dimana Rhea berada?" Pinta Calvin dengan penuh permohonan.

Untuk sesaat Vera melihat wajah Calvin yang pucat, pasti pria itu sangat tertekan karena kepergian istrinya. Vera jadi tak tega, ia bingung harus seperti apa.

"Om mohon Vera, om benar-benar nggak tau lagi harus seperti apa, om benar-benar khawatir sama Rhea." Tatapan Calvin benar-benar memelas, Vera jadi merasa iba.

"Kalau om khawatir, harusnya om bisa jaga istri om dengan baik, om sayang-sayang, om perhatiin, jangan malah om sakiti kayak begini, dipikir Rhea nggak punya hati apa?" Tutur Vera dengan penuh rasa kesal.

"Om tau om salah, nggak seharusnya om menyalahkan Rhea, ini semua salah om yang kurang peka dan perhatian." Aku Calvin dengan penuh rasa penyesalan.

"Om juga nggak seharusnya nampung nenek lampir itu dirumah, dia adalah biang keladi dari semua masalah ini. Harusnya om tuh usir dia, bukan malah nampung dia."

"Awalnya om hanya ingin melihat dia menderita, om tau dia masih menginginkan om, makanya om mau lihat dia menderita karena rasa cemburunya."

"Jadi om cuma mau balas dendam?" Tanya Vera.

"Iya. Hanya itu, om nggak ada maksud lain." Balas Calvin.

"Om masih cinta sama dia nggak?"

"Nggak Vera, demi apapun rasa cinta itu sudah mati sejak lama."

"Syukurlah kalau gitu, aku cuma khawatir kalau om masih cinta sama mamanya Rhea."

"Saat ini perasaan om hanya untuk satu orang."

"Satu orang, siapa?" Tanya Vera penasaran.

"Siapa lagi kalau bukan istri om. Sahabat kamu."

"Om yakin? Jangan cuma karena Rhea lagi hamil anak om, lalu om jadi tiba-tiba cinta sama dia. Rhea juga butuh kepastian om, kalau om ngegantungin dia terus, dia juga capek lama-lama om." Ujar Vera.

"Om benar-benar mencintainya. Om tau om salah, selama ini om kurang gerak cepat, harusnya sudah jauh-jauh hari om mengakui perasan om pada Rhea, harusnya dia sudah tau sejak lama. Om yang salah, om nggak paham sama keinginan Rhea." Jelas Calvin.

"Rhea juga cinta sama om, Rhea udah lama suka sama om Calvin semenjak om tunangan sama Brianna, tapi Rhea selalu berusaha untuk memendam perasaannya. Om nggak pernah tau itu kan?" Mendengar itu, Calvin tentu saja sangat terkejut.
"Brianna sengaja jebak om waktu itu supaya om bisa tidur sama dia, tapi sayangnya yang kena jebakan malah Rhea. Sejatinya kalian berdua tuh udah saling suka, saling cinta, tapi keadaan dan sikap kalian yang nggak saling terbuka ngebuat kalian jadi salah paham terus. Rhea pikir om Calvin masih cinta sama Brianna, om cuma mau anak Rhea doang, setelah anak itu lahir maka om akan ceraikan Rhea." Imbuh Vera membuat Calvin benar-benar tak habis pikir.

"Kata siapa om akan menceraikan Rhea? Bahkan sebersit keinginan pun nggak pernah ada dalam benak om untuk menceraikannya. Om sangat menyayangi mereka berdua, siapa bilang om hanya menginginkan bayinya saja?" Calvin tampak lemas, ia benar-benar merasa amat frustasi setelah mendengar seluruh penuturan Vera. Jadi ada kesalah pahaman yang lebih pelik lagi makanya Rhea nekad pergi.

"Rhea nggak pernah cerita kan kalau selama ini dia selalu ditakut-takuti sama Brianna, dia udah berusaha jadi kuat om, pengawalnya yang namanya Karina itu juga udah berusaha bantu dia untuk bisa lawan Brianna. Tapi sekuat apapun Rhea berusaha, kalau dasarnya dia emang wanita lemah dan rapuh, hal itu akan sangat sulit untuk dia lakuin. Dipaksain kayak apa juga, hati Rhea tuh lemah banget. Makanya dia nggak tahan lagi, dia nangis-nangis dan minta tolong sama aku, dia sendirian, dengan kondisi hamil, sedangkan om malah nyalah-nyalahin dia terus." Jelas Vera membuat Calvin kian merasa bersalah.

Rhea memang selama ini terlihat semakin kuat, Calvin cukup senang dan bangga melihat perubahan istrinya. Namun ternyata dibalik semua itu Rhea sedang menyimpan penderitaan yang sangat berat dan menyedihkan.

"Om mohon bawa om bertemu dengan Rhea, om mohon Vera." Pinta Calvin dengan penuh permohonan. Vera yang tak tega akhirnya bersedia mengantar Calvin ke apartemen miliknya yang dihuni oleh Rhea.

Melihat Calvin berkaca-kaca membuat Vera berasumsi jika Calvin benar-benar mencintai istrinya. Sekarang Vera benar-benar merasa sangat lega.

Setibanya di apartemen, Vera mengetuk pintu, namun tak kunjung dibukakan, ia yang khawatir pun akhirnya langsung masuk begitu saja karena sudah hapal dengan PINnya.

Ketika melihat apartemen yang kosong dan rapi, hati Vera mulai tak tenang, ia pun menyerukan nama Rhea berkali-kali namun tak ada sahutan. Vera kemudian memeriksa ruangan-ruangan yang ada disana, semuanya rapi seperti sedia kala dan Rhea benar-benar sudah tidak ada.

"Om, Rhea udah pergi om, Rhea hilang." Ujar Vera pada Calvin yang langsung membulatkan kedua matanya.

"Apa?"





***



TBC

Vote n comment yang banyak yah siapa yang kangen? Makin seru banget ini...

Married My DaddyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang