25 : Mengaku

65 17 0
                                    

Aku, Joshua, dan Seungcheol masuk ke gedung apartemen. Aku sudah merasa lebih aman sekarang karena aku tidak lagi diikuti oleh Jess. Kepalaku mendadak sakit, sampai kapan aku akan seperti ini?

Kami melanjutkan perjalanan menuju lantai apartemenku. Suasana di dalam lift terasa hening, sepanjang kaki melangkah, aku hanya terlalu tenggelam dalam pikiranku. Aku merasakan kepala ini terasa berat, seperti ingin kubenturkan ke dinding untuk mengusir semua pusing yang mendera.

Joshua dan Seungcheol mengantarku sampai ke pintu unitku, kulihat Seungcheol sangat khawatir dengan keadaanku. Dia terus melihatku dengan tatapan lembutnya. Tatapan leader yang aku kenal selama ini. Dia pun bertanya, "Kau baik-baik saja? dari tadi kulihat kau banyak melamun." 

Aku mengangguk sebagai tanggapan, Aku sebenarnya tidak ingin menyeret mereka ke dalam masalah ini. Aku semakin merasa ini tidak benar, tidak seharusnya idolaku tau tentang masalah pribadiku, tapi kini aku tidak tau lagi harus melakukan apa.

Seungcheol kemudian menepuk bahuku pelan. "Jika kau butuh teman untuk cerita atau bantuan apa pun, katakan padaku. Aku di sini untukmu."

Aku hanya bisa tersenyum, meskipun itu adalah senyuman yang penuh dengan kebingungan. "Terima kasih, Seungcheol-ssi."

Seungcheol lalu menambahkan, "Kami adalah teman-temanmu, [Y/N], tak perlu ragu untuk memintanya."

Teman, Apakah mereka sudah menerimaku kembali setelah masalah yang aku timbulkan? Namun, aku hanya menanggapinya dengan anggukan kepala sekali lagi.

Seungcheol sedikit membungkuk untuk bisa melihat wajahku lebih jelas, "Ada apa?"

Aku hanya menggeleng pelan, "Tidak ada, terima kasih sudah mau menolongku. Aku tidak tau harus apa jika tidak ada kalian di sana."

"Sudah kewajiban kami untuk menolongmu, jangan sungkan," kata Seungcheol dengan suara yang sangat lembut dan tenang.

Ku rasa pembicaraan kami waktu itu berujung baik dan membuat hubunganku dan Seungcheol semakin membaik. Aku bersyukur karena Seungcheol perlahan merubah sikap menyebalkannya itu.

"Istirahatlah, kau pasti lelah," ucap Joshua dengan nada yang datar.

Aku lagi-lagi mengangguk pelan, "Hmm, kalian juga. Selamat istirahat."

Seungcheol tiba-tiba memegang tanganku, membuatku reflek melihat wajahnya, dia terlihat sangat tenang, namun sorot matanya seperti ingin mengatakan sesuatu.

"[Y/N], maaf kalau kami membuatmu tidak nyaman. Aku ingin kita seperti dulu, aku ingin berteman denganmu. Aku benar-benar menyesal dengan apa yang sudah aku lakukan padamu."

"Seungcheol-ssi, ini semua karenaku, jangan minta maaf seperti itu. Kalau saja aku tidak masuk ke team kalian, aku tidak akan mengacaukan kalian seperti ini."

Joshua mendengus, "Kenapa kau selalu menyalahkan dirimu sendiri? Ini semua bukan salahmu, kenapa kau begitu naif?"

"Joshua," tegur Seungcheol.

Aku menatap Joshua tidak percaya, dia membenciku sampai segininya? Kenapa dia melakukan ini padaku? 

"Joshua-ssi, aku tau kau tidak menyukaiku sejak awal aku bekerja untuk Seventeen. Akan aku akui sekarang, aku memang penggemar kalian yang sedang menyamar aku sudah mengikuti kegiatan kalian selama 4 tahun. Asumsi Seungcheol-ssi terhadapku benar. Tapi aku sungguh-sungguh bukan sasaeng seperti yang kau pikirkan. kalau aku sasaeng, aku bisa saja mengambil keuntungan darimu malam itu."

Tanganku mulai gemetar, aku tidak bisa menahan air mataku lagi lebih lama. "Tapi, aku malah menyelamatkan nyawamu, kan?  Aku bekerja dengan kalian itu benar-benar tulus. Aku tidak ingin mengambil keuntungan apapun. Bisa bekerja dengan kalian membuatku sangat-sangat bahagia, aku bahagia pernah bersama dengan kalian, walau dalam waktu yang sangat singkat."

"Baiklah, Kau bisa menilaiku sesukamu. Jika kau bilang aku bodoh, ya, mungkin di matamu aku memang terlihat sangat bodoh. jika kau bilang aku adalah orang yang naif, ya, mungkin aku memang terlalu naif di matamu. Terserah padamu mau mengataiku apa sekarang, aku tidak akan marah."

Ku rasa air mataku mengalir membasahi pipiku sekarang, "Aku memang bodoh karena selalu meminta maaf atas kesalahan yang tidak aku perbuat."

"[Y/N]," lirih Seungcheol.

"Maafkan aku karena telah menjadi orang bodoh di matamu."

Aku menatap Joshua dengan mata yang penuh air mata. Aku menumpahkan semua frustrasiku selama ini. aku tidak bisa menahannya lagi, dadaku terasa sangat sesak.

"Ohh, kalian kenapa ada di sini?"

Aku menoleh ke arah lift, aku segera mengusap pipiku yang basah. "Oppa," sapaku pada Dohoon Oppa.

"[Y/N], ada apa denganmu?" tanya Dohoon Oppa panik.

Aku segera menggeleng, "Tidak ada, aku hanya kelilipan."

Dohoon Oppa menghela napas pelan, dia lalu mengusap pucuk kepalaku lembut. "Kau pasti kelelahan, kan? Masuklah, kamu butuh istirahat."

Aku mengangguk sebagai jawaban dan mencoba untuk tersenyum. "Aku masuk dulu."

"Hmm, nanti aku akan menyusul."

Aku segera berpamitan dengan Joshua dan Seungcheol dengan membungkuk singkat. Aku masuk ke dalam unitku. Dalam unitku yang sepi, aku merasa sesak. Emosi-emosiku tiba-tiba tumpah, dan aku menangis tanpa suara, air mata pun membasahi pipiku.

Aku merasa penuh penyesalan atas kata-kata yang baru saja keluar dari mulutku. Apa yang telah aku katakan kepada Joshua membuatku merasa bersalah. Aku takut kalau dengan perkataanku itu, akan membuatnya semakin membenciku.

Langit malam yang terlihat dari jendela unitku, aku terus menatapnya sambil terus merenungi apa yang tidak seharusnya terjadi dalam hidupku. Jika memang perjalananku sesulit ini, aku lebih baik mengakhirinya saja. Bukankah cara itu akan lebih efisien untuk menghilangkan rasa sakit ku ini?

 Bukankah cara itu akan lebih efisien untuk menghilangkan rasa sakit ku ini?

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Suspicious Manager [I]Where stories live. Discover now