05 : Terimakasih

108 31 0
                                    

..

Setelah kejadian kemarin, aku jadi lebih hati-hati dengan Joshua. Sebisa mungkin aku menghindari kontak mata dengannya. Kalaupun harus melakukan kegiatan bersama, aku hanya diam dan fokus pada pekerjaan. Tak jarang juga aku tidak menggunakan ponsel saat bersama dengannya ataupun member lain. aku hanya tidak ingin kejadian kemarin terulang lagi dan aku di tuduh hal yang tidak-tidak.

Walau aku memang benar seorang fans dari seventeen, tapi aku bukan tipe manusia yang menghalalkan segala cara atau memanfaatkan situasi untuk kepentingan sendiri.

"Kenapa melamun?"

Mataku langsung mengedar ketika mendengar suara yang tak asing itu. aku menoleh ke samping kanan. Sudah ada Vernon yang duduk di sampingku. Ia tampak berkeringat karena baru menyelesaikan olahraganya. Ia memegang botol air mineral yang isinya tinggal setengah.

Dia duduk di sampingku yang posisinya di lantai. ia bahkan menyilangkan kaki, sama seperti apa yang aku lakukan saat ini.

"tidak ada apa-apa. Apa olahraganya sudah selesai?" tanyaku

Vernon lalu mengangguk, "sudah, sudah sejak 30 menit yang lalu."

Mataku membelalak ketika ia mengatakan sudah selesai 30 menit yang lalu, "Kenapa tidak bilang sejak tadi?" tanyaku sedikit panik.

Bukannya menjawab, Vernon malah tertawa. Tawanya terdengar puas sekali, ia juga terus tertawa sembari melihat wajahku. Apa mukaku lucu?

"Tuh kan, kau melamun. Olahragaku selesai saja kau tidak tau."

Vernon lalu meneguk kembali airnya sampai tetes terakhir. Aku merasa malu karena kegiatan melamunku dilihat Vernon. Bahkan sampai membuatnya menunggu selama 30 menit.

"apa pekerjaan ini membuatmu kelelahan?" tanya Vernon, ia kembali menatapku kali ini dengan tatapan yang teduh. Sungguh membuatku hampir meleleh karena terpesona.

"Aku paham, mengurus 13 orang dengan karakter seperti kera itu tidaklah mudah. Apa lagi kau itu seorang wanita. Bahkan manager pria saja suka kewalahan. Apalagi kau." Vernon menambahkan.

"terimakasih sudah mengerti" aku terkekeh pelan.

Kubuang pandanganku jauh kedepan. Masih ada beberapa orang yang tengah berolahraga di gym perusahaan. Ada beberapa idol dari grup lain juga.

"tentu, kau bukan orang pertama yang bertanggung jawab atas grup kami. Jadi aku sudah memahaminya lebih dulu."

Aku diam sejenak, suasana jadi lebih tenang. Hanya terdengar suara benda-benda berat itu di gunakan. Lalu ku dengar suara Vernon seperti tertawa kecil. Aku pun langsung menoleh ke arahnya.

"Kenapa tertawa? Apa ada yang lucu?" tanyaku bingung

Vernon menggelengkan kepalanya "aku hanya merasa tidak percaya bisa bericara denganmu. Hanya berdua seperti ini." ia lalu tersenyum puas kepadaku.

"memangnya aku ini siapa? Kenapa kau sesenang itu?" aku masih tidak mengerti.

Vernon lalu mengubah posisi duduknya sedikit menyerong, mengadapku lalu mulai bercerita akan sesuatu, "kau tau? Di antara kami ber-13, kami sangat ingin berbicara denganmu. Image dinginmu saat pertama kali masuk ke perusahaan ini membuat kami sedikit khawatir,"

"khawatir tentang apa?" aku memotong ucapan Vernon

"khawatir kami tidak bisa menyesuaikan diri denganmu. Kalau bertemu dengan orang sepertimu, kami jadi bingung harus mengatakan apa, ingin meminta tolong pun jadinya segan."

Seketika aku merasa bersalah dengan mereka. Aku terlalu dingin dan tidak terlalu menunjukkan sikap peduli kepada member. Itu aku lakukan sudah jelas karena ingin menghindari serangan jantung. Kau harus tau Vernon, menjadi diriku tidaklah mudah. Tiap hari harus minum obat penenang biar tidak terlihat seperti odgj.

Suspicious Manager [I]Where stories live. Discover now