19 : Masalah

88 21 0
                                    


"Kenapa kau begitu ceroboh, nona cha?"

Aku melepaskan diri darinya secepat mungkin. Aku menjaga jarak dan tidak akan mau melihat wajahnya yang sangat mengerikan itu. Aku tidak ingin terlibat masalah lagi dengannya, karena itu sangat melelahkan batinku.

"Maaf, lain kali aku akan berhati-hati."

Aku membungkuk singkat padanya lalu keluar dari lift. Tidak ada pembicaraan lagi karena aku langsung meninggalkannya. Kudengar di belakang pintu lift tertutup. Dia pun sepertinya tidak peduli denganku, jadi untuk apa aku peduli padanya?

Saat aku membuka pintu unit ku, ruangan yang remang-remang itu menyambut ku dengan suasana yang suram dan tenang. Aku menghela napas pelan dan melangkah masuk lebih dalam lagi.

Cahaya lampu yang lembut ditempa oleh kesuraman di udara, menerpakan bayangan panjang dan tipis yang memberikan kualitas melankolis pada ruangan. Pencahayaan yang redup hanya menambah kesan yang muram.

Semua pikiran berkecamuk di kepalaku. Aku menghela napas lagi dan duduk di sofa tunggal yang ada di sudut ruangan. Kepalaku sangat sakit, dia terus berdenyut-denyut, membuatku pusing tujuh keliling.

"Situasi macam apa ini?"

Hari ini aku bekerja seperti biasanya, melupakan apa yang telah terjadi dan fokus pada diriku hari ini

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Hari ini aku bekerja seperti biasanya, melupakan apa yang telah terjadi dan fokus pada diriku hari ini. Semalaman aku memikirkannya dan itu sangat menggangu ku.

Suasana kantor yang tenang memenuhi ruangan, sangat kontras dengan hiruk-pikuk ruang makan siang atau hiruk-pikuk lorong yang selalu ramai dengan orang-orang yang berlalu-lalang. Dengung komputer dan suara orang yang bercakap-cakap di kejauhan, menjadi latar belakang suara yang membuatku mudah terjebak dalam pekerjaanku.

"Kau tidak makan siang?"

Sebuah suara tiba-tiba memecah keheningan. Aku segera menoleh dan menemukan Dohoon oppa di depanku, menatap dengan mata cerahnya.

"Ohh, oppa," sahutku dengan suara yang ceria.

"Ayo makan siang, wajahmu terlihat tirus. Kau tidak makan dengan teratur, kan?" Dohoon oppa tampak khawatir, dia terus bertanya tanpa henti. 

"Tiba-tiba aja gitu? Aku makan dengan teratur, kok. Hanya saja pekerjaan aku di sini cukup banyak dan membuatku sedikit terlambat untuk memakannya."

Dohoon oppa menjitak kepalak kepalaku pelan. "Kau ini ada saja jawabannya. Makan siang dengan ku sekarang! Ada yang ingin ku katakan padamu."

"Ck... Baiklah, baiklah."

Aku mengikuti langkah panjangnya meninggalkan ruangan divisi tempatku bekerja sekarang. Kami pergi menuju kantin perusahaan yang ada di lantai 5 kantor. Aku tidak terlalu bersemangat untuk makan, pikiranku masih memikirkan pekerjaanku yang belum selesai.

Dohoon oppa memesan donkatsu dan aku memesan sup ayam dengan nasi. Kami makan dengan hening dan hikmat. Aku hanya diam dan fokus pada makananku  sedangkan Dohoon oppa sepertinya punya hal yang ingin dia katakan, namun masih mencuri-curi pandang padaku.

Suspicious Manager [I]Where stories live. Discover now