"9"

415 17 0
                                    

Darah yang keluar dari hidung Beomgyu Sekarang sudah berhenti berkat bantuan sang dokter.

"Terimakasih dokter telah membantu saya" kata sang empu yang perlahan melihat sang dokter, dia shock tidak tahu harus berbuat apa, rasanya campur aduk saat melihat seorang dokter perempuan yang cantik mirip dengan sekali dengan dirinya itu, ia membeku di tempat.

"Apa kamu sudah mendingan?" Tanya sang dokter tersebut kebeomgyu dengan lemah lembut.

"Sudah, terimakasih dokter" Beomgyu langsung meralihkan pandangan itu.

"Kenalin saya Dokter Ahli Kangker Otak, jadi saya akan merawat kamu untuk sementara waktu, Nama saya Jung Taeyong, Kalau kamu namanya siapa?"  Dokter tersebut memperkenalkan dirinya kepada Beomgyu yaitu anak kandungnya sendiri yang tidak pernah ia sadari, dan bahkan tidak pernah tau kalau dia mempunyai anak satu lagi yaitu 'JUNG BEOMGYU'.

"Saya Ju- Choi Beomgyu" kata Beomgyu dengan lemah lembut kepada sang ibu yang melihat nya dengan tatapan yang tidak di artikan.

(Saya seperti pernah melihat kamu sebelum nya tapi dimana ya? ) Batin Taeyong. (Kenapa wajahmu sangat mirip dengan wajahku?) Batin Taeyong, gelisah Taeyong merasa gelisah hebat, entah lah kenapa rasa rindu akan sesuatu yang dia ingin kan terobati, walaupun dia selama ini tidak tahu rindu kepada siapa, entah kenapa hati kecilnya menangis saat melihat Beomgyu dan menyuruhnya untuk memeluk Beomgyu dengan erat.

"Beomgyu, apa kamu sudah mengabari keluarga mu?" Tanya dokter Taeyong dengan tersenyum melihat sang pemuda yang mirip dengan nya itu.

"Tidak, saya tidak memiliki keluarga" kata sang empu yang membuat hati Taeyong merasa sakit, kenyataan pilu pemuda di depannya saat ini sangat menyakitkan.

"Tapi kenapa kamu tidak memiliki keluarga Beomgyu" tanya Taeyong kepada Beomgyu dengan mata sendu, berharap sang empu menjawabnya.

"Saya di buang, saya tidak pernah di anggap, bahkan orang tua saya tidak menginginkan saya" kata sang Beomgyu kepada dokter itu alias bunda yang sangat dia rindukan, tapi tertutupi oleh rasa benci ke keluarga nya sendiri, bahkan saat dia berbicara seperti itu, dia kelihatan santai dengan tatapan kosong ke suatu arah benda.

(Sakit, sesak, pilu, kenapa aku yang merasakan nya, padahal dia bukan siapa siapa ku, kenapa rasanya sakit, seperti di tusuk beribu ribu pisau, kenapa aku merasa ada yang janggal pada diriku sendiri setelah mengalami kecelakaan itu, entah mengapa aku merasa kehilangan seseorang yang begitu berharga tapi aku tidak tahu dia siapa?) Batin Taeyong, Taeyong menahan tangisannya itu.

"Beomgyu, Bolehkah saya memberikan pelukan kepada mu, mungkin ini bukan pelukan seorang ibu kandungmu, tapi-

Grebb...

Beomgyu lebih dulu memeluk sang dokter, karna dia merindukan sosok bundanya itu, dokter Taeyong membalas pelukan itu, entah kenapa taeyong merasa kalau ini pelukan yang hangat, bahkan dia tidak pernah merasakan pelukan sehangat ini sari ketiga anak kandungnya. Taeyong merasa kalau hatinya saat ini sangat tenang, (mungkin karna ini kah hatiku terus gelisah setiap malam? Tapi kalau dengan Beomgyu hatiku tenang, apa ada kaitannya aku dengan dirinya, siapa dia?) Kata batin Taeyong.

(Bunda, gyu rindu bunda, kenapa bunda tidak menginkan Beomgyu? Apa salah gyu bunda, bisa kah gyu membayar kesalahan yang gyu kepada bunda? Kenapa ayah sangat membenci gyu bunda, apa salah gyu kepada ayah, apa karna gyu di lahirkan kedunia ini bunda, jika iya gyu bersedia untuk mati saja saat ini bunda, gyu juga udah ga sanggup bunda, gyu memiliki keluarga tapi gyu hanya seperti tinggal sebatang kara, bunda gyu sayang bunda, jangan tinggalin gyu bunda) batin Beomgyu menangis, dan lagi lagi air mata Beomgyu jatuh kepundak seseorang yang di sebut nya sebagai bundanya itu.

Beomgyu melepaskan pelukannya, matanya senbab, dan penuh dengan tatapan sendu.

"Hai, Gyu kenapa menangis?" Kata Taeyong kepada Beomgyu yang melihat seseorang pemuda yang sangat menyedihkan di depannya itu.

"Aku tidak apa apa, hanya saja aku teringat waktu kecil aku sangat di sayang sama bunda ku, aku sering di peluk oleh bunda, tapi sekarang tidak lagi, aku kangen masa kecilku yang penuh kebahagiaan sebelum aku di antarkan oleh ayah ku ke panti asuhan" kata Beomgyu menghadap Taeyong yang menatapnya penuh sendu, entah apa yang di rasakan nya, marah, emosi, sakit, hancur, perih, sesak, semuanya menjadi satu di saat yang bersamaan, sebelumnya dia tidak pernah merasakannya sebelumnya.

"Baiklah saya mengerti apa yang kamu alami Beomgyu" kata sang dokter kepada Beomgyu dan menenangkan boemgyu saat itu juga.

"Terimakasih dok, maaf sebelumnya saya malah curhat kepada dokter" kata sang empu melihat ke arah bundanya yang menatapnya dengan pilu.

"Gyu, mulai sekarang kamu boleh memanggil saya dengan sebutan bunda, saya tidak tahu kenapa hati saya berkata kamu berhak memanggil saya bunda, dan juga mendapatkan perhatian lebih dari saya, seperti saya memberikan perhatian kepada anak Anak saya gyu" kata dokter Taeyong menatap Beomgyu dengan tatapan sendu, sedih (Saya janji akan menjadi ibu yang slalu ada saat kamu butuh gyu, saya akan berusaha menjadi ibu yang baik buat kamu gyu) kata batin Taeyong.

"Terimakasih Dokter, tapi apa tidak apa apa saya memanggil dengan sebutan bunda?" Tanya Beomgyu kepada wanita yang berada di depannya ini, (bunda gyu senang, sekarang gyu bisa manggil bunda lagi, gyu senang karna bunda yang memintanya, gyu senang) batin Beomgyu, hati kecil Beomgyu tersenyum dan berbunga bunga.

"Tentu saja boleh, saya sama sekali tidak keberatan" kata Taeyong sambil tersenyum menatap wajah Beomgyu yang semakin lama semakin pucat itu.

"Terimakasih do- eh bunda" kata Beomgyu dengan tersenyum, kelakuan bocahnya  keluar

"Iya sama sama Beomgyu" kata sang wanita cantik itu kepada sang empu yang terlihat semakin pucat dan melemah itu.

tbc.

Jangan lupa vote, lalu komen, ok thanks

Jung Beomgyu | Familly? Where stories live. Discover now