Still : 9

59 5 0
                                    

Keesokan harinya sesuai dengan undangan Sasori, aku bersama ayahku bertamu dirumahnya. Sasuke lewat pesan berkata tidak bisa datang bersama kami, karena hari ini dia bersama keluarganya mengunjungi kakeknya Uchiha Madara.

Kedua orang tua Sasori menyambut kami hangat, ibunya mengatakan kalau dia merindukanku setelah bertahun-tahun tidak bertemu. Aku juga mengatakan hal yang sama dan tak lupa aku berterima kasih kepada kedua orang tua Sasori sebab dulu aku selalu berkunjung dirumahnya.

Deidara kakak Sasori menghampiriku, Ia menarikku menjauh dari kumpulan orang dewasa dan membawaku ke dapur yang dimana ada Sasori juga disana.

"Woy Sak, gila cakepan ya sekarang."

Kakak Sasori memang memiliki perangai blak-blakan, perkataannya tadi membuatku tersipu malu. Sasori dengan gelas minuman yang ada di genggamannya berjalan kearah kami berdua, ikut menimbrung. "Apaan sih deh lo Dei, usil banget."

Meskipun terpaut setahun, terkadang Sasori dan Deidara terlihat seperti berteman daripada saudara. Bahkan ada juga yang sempat mengira kalau Sasori lah yang kakak dan Deidara adiknya.

Orang-orang berasumsi seperti itu mungkin melihat perangai dua saudara ini yang begitu berbeda satu sama lain. Sasori yang tenang dan tidak banyak bicara sedangkan Deidara yang easy-going dan kadang kekanak-kanakan.

"Kabar baik, kak?" Tanyaku untuk mencairkan suasana diantara kami.

"Baik Sak, lo liat gue nih masih seperti yang dulu cuma lebih tinggian lah ya." Balas Deidara, wajahnya menampikkan ekspresi bangga akan dirinya sendiri.

Tawaku lantas menguar, apalagi melihat Sasori yang berdecak sebal, mendengar pernyataan Deidara. Gelas yang tadinya berada di genggaman Sasori, telah berpindah tangan karena dia memberi gelas itu kepadaku. "Sama siapa kesini Sakura?"

Sebelum menjawab pertanyaannya, tak lupa kuucapkan terima kasih sembari kuteguk minuman yang Sasori berikan. "Oh sama Papa doang, Sasuke nggak datang dia lagi ada acara keluarga juga."

"Sasuke— kok gue kayak kenal ya namanya? Celetuk Deidara. Tak lama ia kembali bersuara, "Ohiya, gue ingat Sasuke adeknya Itachi nggak sih?"

"Lo kenal dia?" Sasori seperti tidak menyangka kakaknya itu mengenali Sasuke.

"Gue kenal kakaknya sih dibanding dia." Ujarnya. "Gue, Itachi sama sepupunya lagi satu komunitas motor Vespa. Yang gue mau ajakin lo join itu Sas." Sambungnya.

"Sebelum pindah kesini, gue udah sering ketemu sih buat on the road bareng sampe keluar kota bahkan." Jelasnya lagi. Aku meringis, kenyataan menimpaku bahwa dunia ini benar-benar sempit.

"Emang kenapa dah nyebut-nyebut Sasuke?" Pertanyaanya tertuju kepada Sasori dan juga denganku. Hendak menjawab tetapi Sasori sudah lebih dahulu berkata, "Kemarin gue juga ngundang pacarnya Sakura si Sasuke, kebetulan dia juga lagi ada di rumah Sakura pas gue ngundang dia."

Deidara mangut-mangut, lalu ketika Bibi dan Paman memanggilnya dia pun meninggalkan kami berdua di dapur.

"Kalau mau makan dulu, ambil aja Sak." Aku menolak dengan beralasan nanti saja sama Ayahku. Percakapan kami mengalir begitu saja, kami membahas kompetisi fotografi kemarin, kepindahannya kembali kesini dan sekolah barunya nanti.

"I can't believe that you're dating him."

Perkataan Sasori bagi orang lain terkesan sedikit offensive, tetapi i know him perkataanya tadi lebih mengarah tidak percaya mengenai hubunganku dengan Sasuke. Dari dulu dia memang orangnya sangat straight-forward, tidak kusangka saja sampai sekarang masih seperti itu.

"Me, either."

"Did he treat you well?"

"Yeah, how about you? Pasti kamu sudah sering berpacaran kan?"

"Sayangnya, belum pernah sama sekali." Tutur Sasori, helaan napas panjang ia keluarkan.

Aku tidak mampu menyembunyikan kekagetanku, tidak mungkin seorang Sasori masih melajang dan tidak pernah berhubungan dengan lawan jenis.

Sepertinya tidak etis untuk menanyakan lebih, namun aku penasaran dengan alasannya. "Why? I mean look at you, aku yakin semua cewek-cewek di sekolahmu dulu menyukaimu."

"Kepo kamu Sak, maybe I'll tell you next time."

Percakapan kami seketika terputus dikarenakan para tamu undangan yang tadinya berada di ruang tamu berangsur-angur pindah ke dapur untuk mengambil makanan yang tersedia.

Tidak mungkin kan perasaan sukanya padaku yang Ia sebut di surat itu masih ada sampai sekarang kan? Yang dia maksud di surat itu cuma perasaannya dulu kan?

Aku bertanya dalam hati seakan-akan ada yang bisa menjawabnya, padahal yang mampu menjawab pertanyaan di benakku hanyalah sosok yang saat ini berada dihadapanku. Namun sepertinya dia masih enggan untuk menceritakannya lebih jauh.

XOXO


✍🏻 wdyt so far? 🥹

anyway shoutout to the one who votes and comments from the very beginning till the latest chapter. Thank you so much, i appreciated 🙏🏻

P.S I ( Still ) Love YouTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon