Still : 2

97 8 1
                                    

Seminggu sejak surat Sasori kuterima, alih-alih membalas surat itu atau menghubungi nomornya aku tidak melakukan keduanya. Sesekali pikiranku kosong saking shock-nya. Entah aku harus bersyukur atau mengutuk hobiku menulis surat-surat itu.

Tangan Sasuke melambai-lambai, memecahkan lamunanku. "Kamu daritadi melamun, sudah kenyang?"

Aku mengangguk, sebenarnya aku hanya tidak nafsu makan. Kami berdua berada di kantin, biasanya kami bersama teman yang lainnya. Entah yang lain pada kemana, mungkin sibuk dengan urusan masing-masing.

Tatapan mata selalu tertuju kepada kami, atau mungkin lebih tepatnya Sasuke daripada diriku. Meskipun statusnya sekarang memiliki pacar, itu tidak membuat fans Sasuke berkurang. Even sekarang ada yang menjadi shipper kami berdua.

Bagaimana aku tahu? Karena beberapa hari yang lalu ada adik kelas terang-terangan mengatakannya. Sasuke tidak terlalu menanggapinya, mau tidak mau aku yang mewakili mengucapkan terima kasih dengan wajah seperti kepiting rebus saking memerahnya diriku saat itu.

Bell sekolah berbunyi, menandakan pelajaran selanjutnya telah dimulai. Kami berdua pun beranjak untuk kembali ke kelas masing-masing. Sasuke mengantarku terlebih dahulu ke kelasku.

"Pulang sekolah kamu mau rapat kan?" Aku yang hendak masuk kelas, ditahan Sasuke.

"Iya, kalau kamu mau pulang duluan nggak papa kok." Jawabku.

"Hn, nanti dilihat."

Tangan Sasuke menyelipkan helai rambut yang mengganggu pandanganku sedari tadi ke belakang telinga, "Belajar yang benar."

Aku berpura-pura hormat, "Aye-aye Capt."



XOXO

Sudah satu jam lebih aku berada di ruang klubku. Rapat mengenai kompetisi fotografi yang akan dilaksanakan dua minggu depan di SMA Suna masih belum selesai. Yang pasti, aku menjadi salah satu anggota yang bakal ikut mengikuti lomba tersebut.

Jujur fotografi bukan minatku, aku hanya mengikuti klub untuk penambahan nilai. Klub di sekolahku masih sedikit, itupun mostly lebih berfokus di olahraga dan seni. Aku gabung di klub olahraga? Aku jogging saja malas. Klub cheers? Hm apalagi itu, badanku kaku seperti robot. Tidak seperti Ino yang jago bergerak meliuk-liukkan badannya dengan enerjik sesuai tempo. Mau tidak mau pilihanku jatuh di klub fotografi, untungnya aku tidak sendiri ada Hinata yang juga ikut klub fotografi.

Sebelum rapat, tak lupa aku mengabari Sasuke aku akan pulang sendiri dan dia tidak perlu menungguku. Tidak terbayang nanti kalau dia marah-marah karena tak sempat kukabari.

Tiga puluh menit kemudian, ketua klubku akhirnya menutup rapat hari ini. Aku pun buru-buru membereskan barang-barangku, karena langit sore mulai menggelap aku tak ingin pulang terlalu malam. Ada banyak tugas yang harus kuselesaikan di rumah.

Aku dan Hinata berpisah di gerbang sekolah, karena Ia sudah ditunggu oleh Naruto yang kini menunggu dengan motor ninjanya. Aku sempat menyapa Naruto dan meninggalkan mereka berdua. Melihat perkembangan Naruto dan Hinata membuat hatiku menghangat.

Mengingat bagaimana dulu aku juga menulis surat untuk Naruto, ketika surat-surat terkutuk itu tersebar dia juga mendapatkan suratnya. Saat itu, Hinata mengakui kalau Ia menyukai Naruto. Aku yang pernah berjanji dengan diriku sendiri untuk tidak menyukai orang yang sama dengan temanku, memutuskan untuk mencari cara agar Naruto tidak mengungkit surat itu.

Dengan gegabah aku mengatakan kalau aku berpacaran dengan Sasuke, yang kebetulan menjadi orang pertama yang mendapatkan suratnya. Berlanjut dengan fake-date him dengan alasan dia ingin membuat mantannya Karin jealous. Dan aku pun setuju untuk meyakinkan Naruto kalau ia tidak perlu khawatir dengan suratku dan perasaanku, karena aku sudah berpacaran dengan Sasuke meskipun berpura-pura.

Tenang saja, kami sekarang sudah melewati fase fake dating, kami berpacaran sungguhan sekarang. Kalau diingat-ingat lagi, that was a wild journey for finding love. Yup, my first love.

Ketika aku hendak memesan taxi online lewat handphoneku, sontak mobil Jeep yang sangat kukenali siapa pemiliknya berhenti. Kaca mobil Jeep tersebut perlahan turun.

"Loh kamu nungguin aku? nggak baca pesan yang aku kirimin?" Tanyaku, sedikit memekik karena aku terkejut lelaki itu masih ada disini.

"Baca, emang gaboleh nungguin pacar pulang?" Kata lelaki itu. Pacar katanya, iya aku yang dia maksud pacarnya.

"Ya nggak ada yang bilang gaboleh sih, tapi kasihan kamu nunggu lama. Kamu kan paling males nunggu." Ucapku sedikit menyindir perangai lelaki itu yang sangat-sangat harus on-time dan paling malas yang namanya menunggu.

"Nggak papa sekali-sekali, ayo naik. Kamu ditungguin Ibu, katanya mau makan malam sama kamu, Ayah dan Itachi."

Ah, sudah lama sekali sejak makan malam terakhir sama Bibi Mikoto. Terakhir aku ikut makan malam dengan keluarga Sasuke pada saat dulu kami berpura-pura pacaran. Untungnya sekarang aku tidak perlu merasa was-was harus berbohong, karena kami tidak lagi berpura-pura pacaran.

XOXO


✍🏻 Hi, chapter two is here. Update bagai kuda, well lagi mood jadi ngetik terus mumpung imajinasi aku juga lancar.

Anyway aku mention sedikit how they become a couple untuk kalian yang tidak baca part pertamanya di twitter. So kalian bisa baca ini stand alone or if you want to know more about the fake dating sasusaku di cek aja ya pinned tweet @LILYMNMIXX

P.S I ( Still ) Love YouWhere stories live. Discover now