Still : 5

78 6 1
                                    

Ujian akhir telah usai, terbitlah kompetisi fotografi. Kompetisi fotografi diadakan di SMA Suna, menjadikannya tuan rumah untuk tahun ini. Karena tahun lalu perwakilan dari SMA Suna memenangkan kompetisi tersebut.

Selama ujian akhir kemarin, aku dan anggota klub hunting foto sesuai tema tahun ini. Selepas ujian selesai kami pun langsung hunting, bahkan sampai keluar kota untuk mendapatkan foto yang bagus.

Kesempatan ini menjadi pertama kalinya untukku, sebelumnya aku tidak pernah mengikuti lomba, kompetisi maupun cerdas cermat. Meskipun aku bisa dibilang pandai dalam akademik, dulu aku selalu menolak ajakan guru atau teman jika mereka membujukku untuk ikut berpartisipasi dengan alasan malas.

Tetapi sebenarnya aku hanya malas berinteraksi lebih di dunia luar, out of box istilah yang kusebut. Aku merasa nyaman dengan belajar di rumah dan di sekolah, karena itu zona nyamanku, my own little box.

Yang mengubah prinsipku itu adalah Sasuke. Sasuke sosok yang bisa dibilang tertutup, tidak memiliki banyak teman, meskipun temannya lebih banyak dariku. Namun dia menjadi sosok berbeda when it comes to basketball. Dia menjadi lebih hidup ketika bermain basket.

Lelaki itu selalu mengatakan, basket cuma sekedar hobinya saja, tapi aku bisa melihat ada potensi dan passion dalam dirinya. Sesekali dia mengeluh betapa sulitnya latihan-latihan pengasahan skill, tetapi Ia tetap tekun mengikutinya.

Aku sebelumnya mengatakan aku memilih fotografi sebab hanya itu yang kurasa cocok untukku, tetapi ada another reason behind it. I like to treasure things, including photos. Dari foto juga aku bisa mengenang kenanganku salah satunya kenangan bersama ibuku.

Meskipun potensiku masih belum sebanding dengan teman klubku yang sudah sangat handal, at least there's passion in me that I didn't know at first. Dan Sasuke membuatku sadar akan hal itu, dia membuatku terinspirasi bahwa aku juga bisa melakukannya. Bisa juga keluar dari zona nyamanku yang telah lama kubangun.


XOXO



Peserta kompetisi diberi waktu break pukul dua belas siang, lalu dilanjut pukul satu nanti pengumuman lima besar. Penentu lima besar berdasarkan dari likes photo yang akun official penyelenggara upload di social media. Calon lima besar nanti akan masuk ke babak final, lalu hasil take photo para kandidat yang lolos bakal diseleksi langsung oleh para juri.

Masing-masing perwakilan sekolah ada tiga orang, dari sekolahku selain diriku ada Shino, juga Hinata. Sang ketua Neji tidak ikut berpatisipasi, karena tahun sebelumnya dia sudah mengikuti kompetisi ini dan membawa sekolah kita menjadi runner up kedua. Aku tidak berekspektasi banyak fotoku yang akan dipilih, akan tetapi kuharap ada salah satu dari kami yang akan lolos ke babak final.

Hinata yang disampingku tiba-tiba berseru, "Eh udah di upload hasil likes dan yang lolos ke babak final!" Aku mendekat ke Hinata untuk ikut melihat di handphone-nya.

"Shino masuk lima besar!" Pekik kami berdua, lalu seketika tersadar kalau pekikan kami cukup mengundang pandangan orang yang lalu lalang.

"Shino mana Hin? bisa-bisanya dia tiba-tiba hilang." Tanyaku pada Hinata.

Yang ditanya hanya menggeleng kepala, "Nggak tahu Sak, tadi izin gitu mau keluar tapi nggak bilang mau kemana."

Suara nyaring terdengar dari speaker sudut sekolah Suna.

'Perhatian, para kontestan yang lolos ke babak final kompetisi fotografi untuk segera memajang hasil foto kalian di auditorium karena sebentar lagi akan diseleksi oleh juri.'

"Untung Shino gabawa tasnya, hasil jepretan kita kan di mobil dia semua. Bisa didiskualifikasi kita kalau telat bawa ke auditorium" Cetusku, membuang napas kasar untuk menekan emosiku.

"Yaudah Sak, biar aku aja yang ambil kamu jagain barang kita disini." Ucapnya merogoh kunci mobil dari tas biru milik Shino.

"Emang kuat Hin? berat loh soalnya piguranya besar. Biar aku aja." Aku pun mengambil kunci mobil tersebut dari genggaman Hinata, meninggalkan Hinata sendirian dengan barang-barang kami bertiga.

Untungnya parkiran sekolah Suna tak jauh dari auditorium, jadinya tak perlu susah payah untuk mengangkat pigura tersebut. Kuangkat hati-hati pigura hasil foto Shino keluar dari mobil dan menurunkannya sejenak untuk menutup pintu bagasi.

Panas matahari hari ini sungguh terik. Dengan pigura yang berada di tangan kiriku kuapit agar tidak terjatuh, akupun berlari kecil agar segera sampai auditorium. Namun kusesali kemudian karena seharusnya aku tidak berlari.

Yang selanjutnya terjadi adalah, aku tak sengaja menginjak tali sepatuku yang membuatku oleng. Aku mencoba menjaga keseimbangan badanku agar tak jatuh hingga kurasakan genggaman seseorang membantu menahanku.

Aku menoleh ke sosok yang berada disampingku alias penolongku, "Terima kasih sudah membantuku."

Wajahnya samar karena terhalang dengan sinar matahari yang menyilaukan.

"I knew it was you."

Deg

Suaranya familiar, suara yang kukenal. Suara yang sudah lama tidak pernah kudengar.

"Akhirnya kita bertemu lagi Sakura."

Sang pemilik suara, ia adalah Sasori.


XOXO

✍🏻 Hi its me. Udah lima chapter aja yang aku upload, hope you like it so far.

Reminder, karakter Sakura disini sebisa mungkin aku miripin Lara Jean yah. She's smart but kinda socially awkward. Same goes to Sasuke dia kayak Peter K famous highschool jock tapi bedanya Sasuke basket dan lil bit dingin wkwk.

Neeway, to Sakura my baby kamu udah keluar dari box kamu even way before than this. Kamu udah berani untuk jujur sama perasaan kamu terhadap Sasuke, tidak ingin lagi menulis surat goodbye letter untuk kedua kalinya and im proud of you bcs of that.

P.S I ( Still ) Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang