BAB 16 : Misunderstand

25.6K 1.2K 149
                                    

"Bahkan di saat ingatanku tenggelam dalam kegelapan, aku tetap ingat dengan janjiku untuk menjaga dirimu." —Arsenio Arisva Zavlendra

SELAMAT MEMBACA 💐

****

Pagi kembali menyapa ranah yang sudah menjadi keseharusan. Pancaran cahaya yang menyilaukan menyerbu kornea ketika dia berusaha membuka mata. Nazeera menghela napas yang terasa berat. Gadis itu duduk di atas kasur. Ia sedikit meringis ketika sakit di punggung akibat benturan kemarin masih terasa.

Sebut saja tadi nyawa Nazeera belum terkumpul sepenuhnya. Maka saat setelah terkumpul, gadis itu terperanjat. Dia baru menyadari bahwa tempatnya saat ini bukan kamarnya. Nazeera tidak tau ini di mana. Ini asing. Nazeera tidak pernah ke sini sebelumnya. Belum lagi baju yang melekat di tubuh berbeda dengan terakhir yang dia pakai, kian membuat Nazeera terkaget-kaget.

"HAH?!" Nazeera shock. Kemudian pandangannya jatuh pada seorang laki-laki yang tidur di lantai—lebih tepatnya, kakinya di lantai, sementara wajahnya bertumpu di atas lipatan tangan di atas tempat tidur.

Sebentar.

Nazeera turun perlahan dari ranjang. Gadis itu ikutan bersimpuh, memastikan bahwa ia tidak salah melihat. Karena dalam penglihatannya saat ini, lelaki itu adalah Arsenio. Nazeera menatap lurus, memperhatikan wajah terlelap itu lamat-lamat.

"Arsen?" Nazeera membekap mulutnya dengan satu tangan. Dia benar-benar terkejut mendapati presensi lelaki itu. Sebentar ... jadi saat ini Nazeera berada di penthouse Arsen? Di kediaman lelaki ini?

Alih-alih membangunkan Arsen, Nazeera memiringkan kepalanya, ikut-ikutan menempelkan kepalanya di sisi ranjang dengan tatapan lekat menyorot Arsen. Jari Nazeera terulur naik, menyampirkan helai rambut yang menutupi wajah lelaki itu. "Kamu kapan inget sama aku. Aku kangen sama kamu," gumamnya pelan, tatapannya menatap Arsen lurus penuh harap. Ada hening sesaat sebelum kemudian setetes air lolos dari pelupuk matanya.

Jika boleh berandai, maka pemandangan inilah yang akan Nazeera dapatkan setiap hari di setiap pagi. Wajah tampan Arsen lah yang akan ia lihat ketika pagi datang. Wajah tampan itu yang akan menyambut paginya, menyapa awal harinya yang akan dimulai.

Andai tak ada tragedi lima tahun lalu, maka mereka pasti sangat bahagia saat ini. Hidup bahagia dalam berumah tangga. Nazeera tak perlu susah-susah melamar sebagai sekretaris untuk mendekati Arsen. Nazeera tak perlu usaha untuk mengembalikan ingatan Arsen. Dan mungkin juga, mereka sudah mempunyai anak yang lucu, tampan dan cantik—duplikat orangtuanya.

Cup!

"Aku akan berusaha sampai ingatan kamu kembali, Arsenio. I promise," ucap Nazeera sungguh-sungguh setelah mengecup tulus kening Arsen.

Namun bukannya meringankan sesak di dada, selaput bening kian tercipta di matanya. Tragedi lima tahun lalu membuat Nazeera merasa sesak bukan main. Jika kejadian itu tak terjadi, andai kejadian itu tak pernah ada, maka Arsen tak akan mengalami yang namanya kehilangan, Arsen tak perlu mengalami depresi sampai mengakibatkan ingatannya menghilang hingga saat ini. Pedih sekali. Nazeera tidak tau sedepresi dan sefrustasi apa Arsen saat dirinya tiada, namun satu yang Nazeera tau, yang paling jelas, cinta Arsen kepadanya sangat besar. Sangat besar sampai Arsen tersiksa dengan rasa itu sendiri.

"Maaf, Sayang ...." Nazeera berbisik rendah, kepalanya tertunduk menahan isakan, tanpa sadar bahwa mata Arsen sedikit demi sedikit terbuka sembari menyesuaikan cahaya yang masuk. Nazeera terperanjat ketika menyadari hal tersebut. Cepat-cepat ia mengusap pipinya yang basah dan berdiri layaknya singa betina yang mengamuk.

GREAT GIRLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang