BAB 28 : Alasan

25.1K 1.3K 278
                                    

Halo i'm back.
Update lagi nih. Ramein lah 😭👊🏻👊🏻

****

Bahagia? Tidak.

Setelah mendengar pengakuan Arsen kemarin malam, Nazeera sama sekali tidak merasakan itu, justru sebaliknya. Dadanya pengab sekali, seakan dihimpit beban melewati kapasitas. Hati Nazeera patah mendengarnya. Akibatnya, luka di dasar hati semakin meradang, semakin terbuka lebar. Perih dan menyayat. Gadis itu melipat tangan di dada. Nazeera menyandar tubuh ke dinding lift. Tampak lesu sekali memikirkan perkataan lelaki itu.

Nazeera dilema. Dia bingung harus bereaksi seperti apa. Perkataan Arsen terus berputar di kepalanya sejak malam itu hingga detik ini. Sama sekali tak ada jeda. Arsen, menyukainya? Tidak. Bukan sekedar suka. Arsen menaruh hati padanya. Arsen mengajaknya menjalin hubungan, bukan hanya sekedar pengakuan.

Helaan napas berat Nazeera loloskan dari bibir. Jika biasanya Nazeera menemui Arsen tanpa absen, maka kali ini dia menjauhi Arsen karena keinginannya sendiri. Nazeera melangkah keluar saat pintu lift terbuka. Sengaja dia datang pagi-pagi buta agar tak bertemu Arsen ataupun berpapasan dengan lelaki itu. Ya, Nazeera menghindari Arsen. Kemudian langkah Nazeera terhenti saat netranya tak sengaja menangkap presensi seorang perempuan tak jauh di hadapannya. Dan sepertinya, perempuan itu tak menyadari keberadaan Nazeera.

"Itu ... Meylisa?" gumam Nazeera. Dia menyipitkan mata, memfokuskan pandangan ke arah perempuan yang tengah berjalan dengan kepala menunduk itu. Ya, itu Meylisa. Anak magang Teknik Informatika. "Meylisa!"

Langkah Meylisa terhenti ketika sebuah suara terdengar memanggil. Kepalanya mengitari sekitar mencari sumber suara, hingga dia menemukan Nazeera berada tak jauh di dekatnya. Meylisa agak terkejut melihat keberadaan sekretaris direktur utama itu.

"Hai, Kak." Meylisa menyapa ramah saat Nazeera berdiri di hadapannya. "Kak Nana udah balik dari rumah sakit?" tanyanya.

"Kamu tau saya masuk rumah sakit?" heran Nazeera.

"Satu kantor juga tau kalo Kakak kemarin dirawat di rumah sakit. Orang pak Arsen aja gendong Kakak sambil lari-larian di lobby," jelas Meylisa jujur, sementara Nazeera mengulum bibir mendengar nama Arsen disebut. Rasanya ... entahlah. Sulit untuk Nazeera definisikan. "Maaf ya Kak, Meylisa nggak sempat jenguk, soalnya Meylisa balik ke kampung karena ibu juga lagi sakit."

"Nggak apa-apa Mey," ujar Nazeera.

Nazeera dan anak magang ini memang cukup dekat. Sebagai orang dengan jabatan tinggi di perusahaan, Nazeera ramah sekali mengulurkan tangannya kepada Meylisa selaku anak baru. Meylisa nyaman dibuatnya. Mereka sefrekuensi, terlebih dalam hal menyukai. Sama-sama suka drakor. Lalu tak butuh banyak waktu, keduanya semakin akrab sampai Meylisa memberikannya nama panggilan. 'Kak Nana', itu panggilan dari Meylisa untuk Nazeera. Si bidadari baik hati dari planet bumi.

"Eh, ibu kamu sakit? Sakit apa, Mey?" tanya Nazeera.

"Kolesterol Kak, terus naik jadi jantung koroner," jawab Meylisa. "Kakak kenapa dateng ke kantor pagi-pagi gini? Baru setengah enam loh, Kak." Meylisa segera mengalihkan topik pembicaraan ketika hawa canggung mulai menerpa mereka.

"A-ah nggak. Nggak apa-apa. Ada banyak pekerjaan yang numpuk karena kemarin sempat cuti karena sakit," jawab Nazeera kikuk. "Kamu sendiri ngapain di kantor pagi-pagi gini?"

"Lembur Kak," jawab Meylisa tersenyum manis. "Kalau gitu, Meylisa balik ke meja dulu ya Kak."

Tidak ada sahutan. Nazeera tercenung sampai tidak menyadari bahwa Meylisa mulai beranjak. Sejujurnya Nazeera baru mengetahui hal ini. Dia kesulitan mengolah kosakata ketika Meylisa menyebutkan penyakit ibunya tersebut. Nazeera tidak bisa membayangkan tingkat sesak yang perempuan itu rasakan. Jika itu menyangkut ibu, pastinya rapuh sekali.

GREAT GIRLWhere stories live. Discover now