BAB 8 : Lamaran

30.9K 1.4K 11
                                    

"Perahu kita tidak karam, hanya sedikit bocor. Kita tambal sama-sama, ya?" —Nazeera Zievanna Alegreya

****

Derap langkah heels Nazeera terdengar merdu menyusuri GAD Eins—perusahaan Arsen. Bukan datang untuk bekerja sama melainkan untuk melamar kerja. Ini rencana gila yang Shena usul tempo hari. Arsen sendiri yang berkata padanya posisi sekretaris sedang kosong, dan Shena memanfaatkan keadaan yang seolah memihaknya dan Nazeera.

"Duduk," ucap Arsen tanpa mengalihkan pandangan dari jajaran dokumen di atas meja.

Nazeera duduk di kursi di hadapan Arsen dengan meja sebagai pembatas. Melihat Arsen sedekat ini membuat hati Nazeera meronta ingin berhambur memeluk laki-laki itu. Namun niat itu terpaksa Nazeera kubur dalam-dalam karena fakta menyadarkannya bahwa Arsen amnesia.

"CV kamu," pinta Arsen. Lelaki itu kentara fokus. Pandangannya belum teralihkan dari dokumen di atas meja.

"Gue selektif dalam memilih, terutama sekretaris yang notabenenya hampir 24 jam sama gue.”

“Gue juga nggak mau kejadian seperti pencurian itu terulang."

Seperti yang Arsen katakan kepada Shena malam itu. Bukan HRD, melainkan dia sendiri yang menginterview sekretaris yang melamar pekerjaan. Arsen menghentikan aktivitasnya. Pulpen di tangan ia kesampingkan, beralih membaca surat lamaran kerja yang sudah Nazeera taruh sopan ke atas meja.

"Nazeera Zievanna." Arsen bergumam pelan membaca nama yang tertulis di CV tersebut. Sementara Nazeera tersenyum tipis. Dia dan Shena telah menyiapkan segalanya sebaik mungkin demi lamaran ini.

"Ntar kalo Arsen liat nama belakang gue gimana? Dia pasti langsung kenal dong sama gue. Orang yang udah nolak kerja sama sama dia!"

Shena menyentil dahi Nazeera gemas. "Gue makin yakin lo masuk Stanford jalur orang dalem!" cibirnya pedas. "Nama belakangnya jangan dipake Nazeera. Just Nazeera Zievanna, nggak pake Alegreya!"

Arsen membaca keseluruhan data Nazeera di kertas yang dia pegang. Sesekali kepala Arsen mengangguk, takjub melihat pendidikan yang Nazeera tempuh. Arsen mendongak setelah selesai membaca—beralih menatap Nazeera yang sedari awal belum ia lihat sama sekali wujudnya.

Fyi, Arsen tak tau rupa Ms. Alegreya karena memang belum pernah bertatap muka dengan sosok tersebut. Arsen hanya tau bahwa Grayson Alegreya mengutus cucu perempuannya untuk menangani keterlibatan kerja mereka. Panggilan suara yang Arsen lakukan tempo hari adalah kali pertama pula bagi lelaki itu mendengar suara keturunan billionaire tersebut, yang ternyata adalah Nazeera—gadis yang berada di hadapannya saat ini.

"Kamu?" Arsen menyipitkan mata melihat Nazeera yang tersenyum ramah kepadanya.

"Iya, saya Pak."

"Kamu bukannya ...."

"Bukan apa Pak?" tanya gadis itu polos.

"Tapi gue pernah ketemu sama Arsen di coffee shop. Ntar Arsen ngenalin gue gimana?"

"Gampang! Lo tinggal pasang muka sepolos mungkin seolah nggak tau apa-apa tentang pertemuan kalian di coffee shop waktu itu. Intinya pasang wajah kek nggak berdosa gitu lah. Walopun dosa lo segunung."

Dan nyatanya mereka bertemu di sana, dan dengan tak tau malunya pula Nazeera berhambur memeluk Arsen begitu erat.

"Pengalaman kerja kamu apa?" Arsen memilih bertanya ketika tak kunjung mengingat kejadian samar di kepalanya.

"Sejauh ini pengalaman kerja saya cuma kerja kelompok Pak," jawab Nazeera.

Arsen mengkerutkan dahinya samar, cukup terkejut mendengar jawaban Nazeera. "Tujuan kamu melamar di sini?" tanyanya kembali.

GREAT GIRLWhere stories live. Discover now