Tiga Puluh Tujuh

6.8K 1.1K 57
                                    

Ini cerita tentang hari itu.

Ketika Gellan untuk pertama kalinya dalam hidup mulai terbuka dengan Papanya.

Mereka sama-sama keras kepala, namun lebih keras lagi adalah Vier.

Gellan memiliki sedikit sifat Ibunya, ia pandai menahan emosi untuk situasi tertentu.

"Jelaskan apa yang kamu inginkan." Vier duduk tegak, ini pertama kalinya mereka seperti ini, duduk berdua dan membicarakan sesuatu.

Gellan menarik nafas dalam-dalam, ia menatap Papanya. "Ada seorang gadis yang Gellan suka." Ia harus menjelaskannya sebaik mungkin. "Namanya Elona." Papanya tidak pernah tahu hubungannya dengan Bianva. "Noel, dia penyebab kecelakaan Gellan, video itu buktinya, alasannya karena dia suka sama mantan pacar Gellan, Bianva." Lidahnya terasa pahit ketika mengatakan mantan pacar.

"Lalu, kenapa kamu melarang Papa menghubungi Polisi?" tanya Vier, dia sudah mulai tenang sekarang.

"Elona dia...." Gellan mengalihkan pandangannya. "Dia di Bully Bianva sejak kelas 10, Gellan tidak tahu itu, Gellan tahu dari Hery, beberapa hari setelah Gellan kembali, Hery menceritakan semuanya, tentang Bianva yang menyebarkan rumor kalau Gellan pemakai narkoba, Papa mungkin tahu hm...Gellan juga sering main ke Club malam, dan Elona...." Gadis itu, Gellan merasa sangat bersalah. "Malam ketika Mama dan Papa bercerai, Gellan main ke Club sendirian, Elona ada disana, Bianva menjebaknya, Gellan  cium dia dalam keadaan gila." Dia meringis pelan, sialan sekali. "Gellan menyesal, mulai sekarang Gellan engga akan ke Club, minum-minum, atau balapan lagi." Dia menelan Saliva-nya, tenggorokannya kering, Papa menatapnya terlalu intens. "Ketika Gellan koma, Hery cerita, Bianva pernah bawa Noel dan dua temannya untuk menodai Elona." Dia harus menjual nama Hery. "Bukan Yasghir, Risa, Herh, Zain, bukan salah satu dari mereka yang menyebabkan kecelakaan itu, dia Noel hanya dia, dan Bianva, karena dia Elona kehilangan adiknya, Gellan ingin membantunya, melindunginya, membawanya kembali bersekolah, dia sakit, dia kehilangan arah untuk hidup." Untuk pertama kalinya, selama 16 tahun Gellan hidup, ia menangis di hadapan Papanya sendiri.

Seseorang yang begitu ia benci menjadi tempatnya untuk bercerita.

"Dia begitu baik, ceria, cantik, pintar, hebat, kuat, dan indah." Dia mata Gellan seperti itulah seorang Elona, sejak dulu.

Yah dulu.

Sekarang Gellan ingat sesuatu.

Dia pernah bertemu dengan Elona.

Mereka dulu satu SMP.

Dia menolong gadis itu dari seorang senior yang ingin menodai nya.

Bagaimana bisa Gellan melupakannya?

Wajah yang penuh rasa takut dan keputusasaan.

Ketika melihat Gellan, wajah cantiknya banjir oleh air mata.

Saat itu Gellan berpikir.

Ah, mungkin beginilah rasanya ketika kita memiliki seseorang yang sangat ingin kita lindungi.

Ketika masuk SMA Gellan terlalu sibuk dengan masa pubertas nya sehingga ia melupakan kenangan itu. Elona juga tidak terlihat lagi sejak saat itu, ditambah gadis itu yang selalu menutupi wajahnya dengan rambut membuat Gellan tidak pernah menyadarinya.

Ternyata dia ada disini.

Sangat dekat.

Gellan yang terlalu bodoh dan tidak menyadari kehadirannya.

"Kamu mengingatkan Papa dengan masa muda dulu." Vier menghela nafas. "Darah tidak bisa berbohong yah, kamu benar-benar Putraku." Dia tertawa renyah. "Mama mu juga seperti itu di mata Papa, terlalu mempesona hingga membuat gila dan obsesi, ingat Gellan Jangan terlalu berlebihan menyukai seseorang, Papa engga mau kamu kehilangan akal dan melakukan sesuatu yang bisa menyakiti orang yang kamu cintai."

Your Guardian Angel (The End)Where stories live. Discover now