Sembilan

7.2K 1K 47
                                    

Setelah kepergian Elona, Gellan ditinggal sendiri di dalam kosan.

Dia tidak melakukan apapun selain berbaring di atas kasur tipis dan berguling-guling seperti adonan kue.

Dia sedang berpikir saat ini.

Bagaimana caranya ia membawa Elona ke rumah sakit, tidak mungkin untuk anak sekecil ini berkeliaran tidak jelas, bisa-bisa ia diculik oleh seseorang terus organ dalamnya atau darahnya akan disedot untuk keperluan orang western.

Gellan menggelengkan kepalanya, terkadang ia terlalu mempercayai sebuah konspirasi dunia barat.

"Gue harus gimana?" Tubuh ini sangat tidak nyaman.

Ia tidak bisa bergerak dengan leluasa, terkadang ia hampir jatuh karena kakinya yang pendek dan tangan kecil ini juga, memegangi gelas saja ia tidak bisa.

Benar-benar menyebalkan.

Duduk tegak Gellan melihat sekitar kosan, ia penasaran bagaimana kehidupan gadis ini. Ada sebuah foto yang sangat mencolok di dinding, sebuah keluarga kecil namun wajah dan kepala dari kedua orang tuanya tidak terlihat, seseorang merobeknya.

"Dia anak Broken home juga?" Gellan bertanya-tanya.

Ruangan ini sangat kecil, di semua tempat terdapat banyak barang, tidak ada ruangan privasi selain toilet. Buku-buku pelajaran tertumpuk di dekat kompor gas, meja kecil yang digunakan untuk belajar ada sebuah lentera di atasnya, sepertinya Elona menggunakan untuk belajar agar menghemat biaya listrik.

Tapi apa-apaan tumbukan tugas ini.

Mata Gellan menyipit.

"Kenapa ada nama Bianva?"

Dia membuka satu-persatu buku itu dan melihat nama Bianva serta teman-temannya.

Gellan menutup mulutnya tidak percaya.

Bianva, sebenarnya apa yang dilakukan gadis ini.

Gellan mengira perundungan yang di lakukan Bianva hanya berupa hal-hal kecil seperti mengejek hanya karena Elona adalah murid beasiswa, ternyata kebenaran jauh dari dugaannya.

Ada 5 buku disini, dan semua tugas matematika yang sangat sulit bahkan Gellan membutuhkan waktu untuk mengerjakannya, namun Elona dia mengerjapkan semua itu dengan baik bahkan ia bisa meniru tulisan tangan mereka agar tidak dicurigai para guru.

"Hebat," Gellan terkagum-kagum.

Pantesan ia mendapatkan beasiswa.

Kalau dia sehebat ini kenapa ia tidak masuk juara kelas? Anehnya kalau dia memang pintar kenapa tidak ada Guru yang memperhatikannya?

Apa jangan-jangan?

Gellan memikirkan sesuatu yang buruk.

"Ares!"

Pintu tiba-tiba terbuka lebar dan Elona dengan seragam sekolah terlihat cantik dengan wajah penuh peluh keringat.

"Lihat kakak bawa apa!" Dia memamerkan bungkus McDonald's pada Gellan.

"McD?"

"Iya, tadi di kelas ada yang ulang tahun kan terus dia ngasih McD ke satu kelas, ini kamu makan, kakak mau siap-siap dulu."

Gellan menerimanya namun matanya membelak ketika melihat memar di pergelangan tangan gadis itu.

"Kenapa?" Gellan menahan Elona untuk pergi.

Gadis itu tertawa canggung, ia menarik lengan dan menutupi dengan Cardigan berwarna cream yang sudah luntur. "Gak apa-apa." Dia menggaruk dahinya. "Kakak main bola di sekolah terus kenak gitu, yah gitu deh."

Your Guardian Angel (The End)Where stories live. Discover now