Dua Puluh Empat

6.8K 1K 28
                                    

Risa mengantar Elona sampai tempat Kosannya. Awalnya Elona menolak dan mengatakan ia bisa pergi sendiri, namun Risa sangat keras kepala, ia memaksa dan mengikuti Elona sepanjang perjalanan, hal hasil Elona naik ke mobil Risa, padahal ia tidak mau merepotkan gadis itu.

Ia tidak mengenalinya.

"Lo tinggal disini?" tanya Risa, bangunan kosan itu tidak layak disebut tempat untuk tinggal.

Elona mengangguk. "Makasih udah ngantarin aku."

Risa mengangguk kecil. "Emang lo bisa tinggal di tempat kayak gini?"

Elona mengangguk. "Lebih dari cukup, selama aku bisa tidur."

"Oh,"

Elon turun dari mobil, ia berjalan memutar untuk segera masuk ke rumah, ia ingin segera tidur.

"Gue engga tahu apa yang terjadi tapi, bunuh diri bukan sebuah pilihan." Risa membuka kaca mobilnya dan mengatakan hal ini pada Elona.

Elona berbalik, ia tersenyum tipis. "Terima Kasih."

Rise tertegun. "Lo sering-sering senyum deh, cantik lo." Ia menyalakan mesin mobil dan melaju pergi.

Meninggalkan Elona yang diam mematung, gadis itu berbalik arah dan berlari secepat mungkin.

Elona tidak mau kembali ke kosan.

Ia takut kesana, terlalu banyak kenangan disana.

Ia tidak mau kesana!

Ia juga masih kepikiran dengan Bianva, gadis itu tahu ia tinggal disana, Elona tidak mau kembali.

Elona tidak punya tempat untuk tinggal.

Dia sendirian.

Kemana ia harus lari?

Nafas Elona memburu, matanya manatap nanar tempat ia berpijak.

"Aku harus gimana?"

"Harus kemana?"

"Apa yang harus aku lakukan?"

"Bagaimana ke depannya?"

"Bagaimana?'

"Apa tidak ada tempat aman di dunia ini, aku hanya ingin tinggal sebentar." Elona kembali menangis.

Hari ini ia cengeng sekali, entah sudah berapa kali ia menangis.

Dengan pikiran buntuh nya, Elona berbalik arah dan kembali ke kosan tempat ia tinggal selama ini.

Ia masuk dan langsung mengunci pintu.

Membuka sepatunya, Elona berjalan menuju kasur tipis, ia berbaring disana, memeluk kedua lututnya, dan meringkuk.

Gadis itu menatap satu-satunya foto adiknya disana.

Elona kembali menangis.

"Elona jadi kakak dong?"

"Kamu mau?"

"Mau Ma!"

"Baguslah kalau dia bertahan dan sanggup lahir, kamu yang urus dia."

Elona teringat momen ketika pertama kali Ibunya berkata bahwa dia hamil.

"Kenapa anak ini harus hadir! Aku sudah lelah menghadapi kalian berdua!"

"Mama jangan bunuh dia! Aku yang akan rawat dia! Jangan sakiti dia!"

Ibunya pernah berencana untuk mengugurkan adiknya dan Elona mengehentikan nya.

"Hentikan tangisnya Elona! Kau ingin aku membunuhnya?!"

"Maaf, Ma."

Bahkan setelah lahir ibu juga kepikiran beberapa kali ingin membunuh adiknya kerena terlalu bising.

Your Guardian Angel (The End)Where stories live. Discover now