Dua

10.8K 1.1K 18
                                    

Elona merendam kain ke dalam air hangat, sesekali ia melirik keadaan adiknya sebelum mulai memeras dan meletakkan kain kompres itu di atas kepalanya. Jantungnya berdebar kencang karena rasa khawatir, di tengah malam tiba-tiba adiknya kembali demam, membuat Elona yang baru selesai mengerjakan tugas-tugasnya panik luar biasa, ia bahkan sampai jatuh dan melukai lututnya.

"Kakak..."

"Iya." Elona menggenggam tangan adiknya, gadis itu tersenyum lemah. "Kenapa? Ares butuh apa?" Ares adalah nama adiknya, ia yang memberikan nama itu karena rasa kagumnya pada Ares, Dewa Perang di Mitologi Yunani.

Ares tersenyum lemah, dia tertawa. "Kakak jangan khawatir, kan Ares udah biasa kayak gini."

Elona mengangguk. "Hm, sangking biasanya kamu selalu aja buat kakak jantungan." Dia mengecup punggung tangan adiknya yang mungil, tumbuh terlambat karena penyakit dan kekurangan gizi. "Maafin kakak yah, kakak lagi-lagi bohong, kakak bilang pasti akan mengambil sakit Ares, maafin tubuh kakak yang terlalu sehat yah sayang."

"Kakak ngantuk?" tanya Ares, nafasnya sesak.

Elona menggelengkan kepalanya. "Engga, kakak engga ngantuk." Jujur saja dia sangat lelah, bekerja dari pulang Sekolah sampai jam 11 dan harus mengerjakan tugas-tugas yang bukan miliknya, tubuh Elona rasanya akan hancur, dia bahkan tidak tahu kenapa tubuhnya bisa sekuat ini.

"Maaf yah kak, Ares nyusahin kakak mulu."

Elona mengambil kain lain dan mengelap keringat Ares yang mengalir secara berlebihan. "Engga, Ares sama sekali engga nyusahin kakak." Dia tersenyum. "Malah Ares adalah kekuatan kakak, kalau engga ada Ares kakak engga tahu harus hidup bagaimana."

Ares tersenyum, kedua matanya membentuk lengkungan. "Kakak ayo tidur, sini sama Ares."

Elona ingin sekali tidur, namun sekarang sudah jam 4 pagi, ia harus mengantar Koran keliling. "Kakak harus kerja sayang."

"Oh iya." Ares melirik satu-satunya jam dinding di kosan mereka. "Udah jam 4, maaf yah kak karena Ares kakak engga tidur lagi."

"Gak apa-apa sayang, kakak bisa tidur di Sekolah."

Ares mengangguk. "Kakak siap-siap sana, Ares baik-baik aja setelah tidur."

"Benar?"

Ares mengangguk.

"Jangan tinggalin kakak yah? Kakak belum siap."

"Iya." Ares tertawa geli. "Kakak cengeng yah padahal udah gedek." Matanya membelak tiba-tiba, sepertinya bocah laki-laki itu mengingat sesuatu. "Benar! Besok kakak ulang tahun ke-16 kan?"

"Eh iya?" Elona bahkan tidak terlalu mempedulikan ulang tahunnya. "Tidak usah pedulikan itu, Ares cuma harus istirahat, makan dan tumbuh dengan baik." Dia mengelus rambut adiknya dengan lembut.

"Oke." Ares memejamkan kedua matanya. "Ares bobok yah?"

"Hm, iya."

Beberapa lama kemudian nafasnya berubah teratur, Elona memperhatikannya selama setengah jam lebih, memastikan jika dada anak laki-laki itu selalu naik dan turun.

Setelah memperhatikannya, ia segera mandi dan menggunakan baju kerjanya.

Kerja pertamanya di pagi hari adalah mengantar Koran ke sebuah perumahan mewah dekat kosan mereka lalu kembali pada pukul enam dengan sarapan dan makan siang untuk Ares. Bersiap-siap untuk pergi sekolah dengan sepeda yang ia beli dengan susah payah.

Sebelum pergi Elona kembali melihat dada adiknya.

Ia menghela nafas lega. "Masih bernafas." Untunglah.

Your Guardian Angel (The End)Where stories live. Discover now