22. Km -4,7

85 19 28
                                    

Berita peristiwa di ruang latihan drama itu dengan cepat menyebar seperti kecepatan cahaya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Berita peristiwa di ruang latihan drama itu dengan cepat menyebar seperti kecepatan cahaya. Kini bukan hanya satu jurusan yang tahu perbuatan Naomi terhadap seseorang yang masih berstatus mahasiswa baru, tapi juga para pegawai di kantor administrasi serta beberapa dosen. Gadis itu pun tak bisa menerima dirinya menjadi bahan meme yang ditempel di mading. Dan ia menuduh Vanya sebagai biang keladinya.

Posisi Naomi di ekskul drama boleh berakhir. Namun perseteruannya dengan Vanya baru dimulai. Dan Karan menyadarinya.

Beberapa kali ia melihat dari jauh, Naomi dan teman-teman se-geng-nya mengadang Vanya dan Gwen. Gerak-geriknya cukup menunjukkan mereka sedang mengancam. Namun untungnya, kedua gadis itu tak pernah terlihat takut. Mereka seolah tak pernah menggubris.

Karan tahu, Naomi adalah gadis yang tak mudah merelakan ambisinya begitu saja. Suatu saat, Vanya tak akan bisa bertahan. Dan meskipun Naomi bukan bagian dari ekskul itu lagi, tiba-tiba saja ia merasa perlu untuk melindungi Vanya.

Dan rencana ini akan ia utarakan siang itu juga sebelum ekskul dimulai.

Vanya dan Gwen terlihat memasuki restoran burger franchise di seberang kampus. Namun bila tak terhambat tugas-tugas yang harus difotokopinya ini, mungkin ia sudah menguntit kedua gadis itu masuk ke sana.

Sekeluarnya dari kios fotokopi, ia menyeberang jalan menuju restoran itu. Dari jendela, masih tampak kedua gadis itu duduk berdampingan di meja bagian tengah. Mereka sedang bicara ke arah ponsel yang disandarkan pada tas sambil menikmati sundae cokelat. Sepertinya mereka sedang melakukan panggilan video.

Karan memasuki restoran itu, langsung menuju konter pemesanan. Suasana di dalam masih cukup ramai meskipun waktu makan siang sudah lewat dua jam lalu. Biasanya mahasiswa yang datang ke sana adalah mereka yang baru selesai kuliah siang atau akan memulai kuliah sore. Ia pun sebenarnya sudah makan. Namun memesan sundae yang sama seperti milik Vanya ia jadikan dalih supaya tak diusir dari restoran.

Semakin dekat langkahnya dengan meja Vanya, semakin ia bisa mendengar suara lelaki dari ponsel itu. Sesekali Gwen tampak menimpali pembicaraan mereka sambil tertawa-tawa.

"Boleh ikut duduk di sini?" tanya Karan begitu posisinya tepat di samping meja kedua gadis itu.

Vanya dan Gwen mengalihkan pandangan dari layar ponsel itu. Mereka terpaku melihat kedatangannya. Dan sepintas tertangkap oleh Karan wajah Vanya yang merona.

"Ada siapa, Van?" tanya lelaki dalam ponsel itu.

Belum juga menjawab permintaan Karan, Vanya sudah kembali menghadapi ponselnya. "Yan, sambung lagi kapan-kapan, ya. Bye." Tanpa menunggu sahutan, Vanya memutus sambungan. Setelahnya ia berpaling lagi pada Karan. "Boleh," katanya sambil menurunkan tas dari meja.

"Gue cari tempat lain aja ya, Van. Misscall gue kalau udah selesai," pamit Gwen sambil membawa gelas sundae-nya.

Vanya hanya mengiringi perginya Gwen dengan tatapan mata tanpa sepatah kata pun.

✔The Road to MantanWhere stories live. Discover now