4. Km -0,02

174 28 11
                                    

"Yan, makan dulu!" seru mama dari lantai bawah

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Yan, makan dulu!" seru mama dari lantai bawah.

"Ya, Ma!" balas Biyan. Ia meninggalkan PR-nya dan turun ke ruang makan. Ayah dan Randu sudah duduk di sana, mengobrol ringan sembari menunggu mama dan si bibi yang masih mondar-mandir menghidangkan menu makan malam di meja.

"Lagi apa di kamar, Yan?" Ayah beralih pada putra sulungnya ketika ia memosisikan diri di seberang Randu.

"Lagi bikin PR Matematika, Yah," sahut Biyan.

"Udah selesai?"

"Belum."

"Ada cerita apa tadi di sekolah, Yan?" mulai mama begitu duduk di samping Randu, seusai menyiapkan makan malam. Ia lalu meraih piring ayah dan mengisinya dengan nasi.

"Eng ...." Wajah Biyan berkerut, pertanda sedang mencari kisah yang menurutnya seru untuk diceritakan malam itu. "Oh ya. Tadi ada anak baru di kelas Biyan."

"Cewek atau cowok?" Ayah yang bertanya.

"Cewek. Namanya Vanyo." Biyan terkekeh.

"Cewek kok namanya Vanyo?" imbuh Widya sangsi.

Rrr ... rrr ... rrr ....

Di sebelah mama, Randu memainkan mobil-mobilan Hot Wheels-nya di meja makan.

"Ade, simpan dulu mainannya ya, Nak," pinta mama lembut.

Klotak!

Bocah TK itu menjatuhkan mainannya di lantai begitu saja.

"Stevie yang namain seperti itu." Biyan membela diri. Ia sengaja tak memberi tahu nama asli teman barunya. Bila suatu saat kedua keluarga ini berkenalan, ia tak ingin orang tuanya tahu, gadis itulah yang sedang ia bicarakan.

"Dan kamu ikut-ikutan?" Ayah bicara lagi.

"He eh," aku Biyan sambil menciduk nasi untuknya sendiri.

"Memangnya dia salah apa sampai dinamain seperti itu?"

"Dia seperti laki-laki, sih. Galak, lagi."

"Apa salah kalau penampilannya seperti itu? Coba keadaannya dibalik, kamu yang seperti perempuan. Kamu mau dinamain dengan nama perempuan?"

Biyan tak menyahut, tapi wajahnya merengut. Ia pun menyesali keputusannya untuk bercerita.

"Besok minta maaf sama dia, ya. Dan jangan ikut-ikutan Stevie lagi."

"Ya, Ayah," jawab Biyan pelan.

Hanya obrolan-obrolan ringan diselingi denting sendok dan piring yang mengisi sisa kegiatan makan malam itu. Wahyu tak ingin memperpanjang masalah kenakalan Stevie CS karena ia tahu putranya sudah menyesali perbuatannya. Biyan pun dengan cepat segera melupakan kejadian di sekolah tadi, hingga seusai makan malam, ia bisa melanjutkan PR-nya tanpa dihantui rasa bersalah. Namun belum lama konsentrasinya terkumpul, ia kembali dikejutkan oleh kehadiran Randu yang tak mengetuk pintu.

✔The Road to MantanWhere stories live. Discover now