23'

4.5K 257 17
                                    

"Apa kau mulai mencintai Tuan Max, Nona Ara?"

Pertanyaan Lia membuat Arabella tak bisa berkata-kata. Sesungguhnya, Arabella tak yakin dengan perasaan dan hatinya. Kepercayaan Arabella akan cinta bahkan tak ada sedikitpun.

Benar, gadis muda, cantik, pemberani, dan kuat itu tak memiliki kepercayaan dalam mencintai. Toh hubungan Arabella dan Max hanya sebatas hubungan di depan publik. Mereka tak saling mencintai atau belum mencintai?

"Nona Ara?"

Lamunan Arabell di buyarkan oleh tepukan pelan Lia di pundaknya. Lia tersenyum kecil ke arah Nona mudanya.

"Jika kau mulai merasakan cinta itu, jangan ragu untuk bercerita kepadaku."

Lia kemudian meninggalkan ruangan itu, menyisahkan Arabella yang hanyut dalam labirin hatinya yang tak menentu.

"Apa mungkin? Apa aku mencintai Kak Max?" tanya Arabella dengan menatap cermin di hadapannya.

~Kring

Ponsel Arabella berdering, dengan cekatan Arabella menjawab panggilan yang ternyata datang dari Max.

Max menghubungi Arabella.

"Kak Max? Kau di mana?! Acara pernikahan Kak Mica malam nanti," ucap Arabella yang sudah mulai panik.

"Aku tak akan datang. Aku menghubungimu untuk mengatakan sesuatu hal yang penting."

Arabella menaikan alisnya, dia tak menyangka akan mendapat panggilan telpon dari Max.

"Apa?" tanya Arabella.

"Jika nanti ada seorang perempuan muda dengan rambut blonde datang kepadamu dengan data-data yang kuminta, tolong kirimkan data itu ke mansionku, lalu buat salinannya dan kirim kepadaku. Apa kau mengerti?" jelas Max panjang lebar.

"Data apa itu?" tanya Arabella.

"Kau tak berhak tahu. Hanya lakukan yang aku perintahkan."

Jawaban Max membuat sebagian dari rasa keingintahuan milik Arabella kembali menguar.

"Kurasa kau bukan gadis bodoh, Arabell. Jadi pastikan data-data itu aman."

Klik

Max mematikan panggilan tersebut tanpa sempat Arabell bertanya tentang di mana sebenarnya keberadaan Max kali ini.

"Apa aku bisa mencintai pria seperti kak Max? Aku tak paham dengan cinta."

.
.

"Ion? Kenapa kita berkemas seperti ini?" Miky bertanya kepada Gidion yang sedang sibuk mengepak pakaian mereka.

Gidion tak menjawab pertanyaan Miky, dia hanya diam dengan tangan yang sibuk bekerja.

Miky sedikit heran dengan Gidion, tak biasanya sikapnya aneh seperti hari ini.

"Biasanya saat Ion pergi untuk bekerja di kota, Miky tak pernah ikut, lalu mengapa sekarang Ion mau mengajak Miky?" Miky yang memang masih sangat penasaran terus bertanya.

"Miky, dengarkan aku."

Gidion meletakan beberapa lembar pakaian yang belum ia lipat begitu saja, dan berjalan menghampiri Miky yang terduduk di sofa usang depan televisi kotak tabung.

"Iya?" jawab Miky dengan wajah polos.

Melihat raut wajah Miky membuat Gidion semakin yakin untuk melakukan tindakan inim Keputusannya akan tepat da tak pernah salah jika itu menyangkut Miky.

"Kita akan pergi dari sini."

Miky merasa terganggu dengan perkataan Gidion barusan. Apa artinya jika mereka akan pergi jauh dari tempat yang selama tiga belas tahun ini menjadi rumah bagi mereka?!

My White Fragile Twin  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang