16'

4.1K 240 3
                                    

Pagi itu cerah namun tak cukup panas untuk membuat Miky berkeringat. Miky saat ini sedang duduk di bawah pohon apel hijau sembari memandangi domba-domba berbulu putih yang sedang memakan rumput segar mereka.

Mata bulatnya dengan jeli selalu mengamati kawanan domba itu, tadi pagi Miky merajuk dan dengan usaha maksimalnya dia berhasil membujuk Gidion untuk mengizinkannya melihat kawanan domba di Padang rumput dekat gubuk tempat Gidion dan Miky tinggali.

"Miky! Apa kau haus nak?" suara pak tua Hans menyadarkan Miky dari lamunannya.

"Paman, Miky tak haus, Miky baik-baik saja kok. Hehe." ucap Miky pada pak tua pemilik domba-domba yang sedang ia amati itu.

"Baiklah, beri tahu aku jika kau lelah atau haus ya, atau nanti Gidion akan memarahiku karena tak memperhatikan dirimu." ucap Hans dengan nada candaannya.

Miky hanya mengangguk dan tersenyum ke arah pak tua yang sedang mencangkul dan menanam spinach tak jauh dari tempat Miky duduk.

Miky kembali hanyut dalam pikirannya sendiri, jika kalian bertanya apa Miky bahagia dengan kehidupannya saat ini maka jawabannya adalah, iya. Iya, benar Miky sangat bahagia, kebebasan yang ia dapatkan sungguh membuat dirinya merasakan rasanya menjadi manusia sepenuhnya. Tanpa kekangan dan juga peraturan.

Namun di satu sisi, Miky tak bisa berbohong, dia begitu amat merindukan keluarganya, keluarga adalah rumah terbaik untuk pulangkan? Miky sangat ingin kembali kepada kekurangannya. Bukan artinya dia tak suka tinggal dengan Gidion dan Sarah, serta orang-orang baik di tempat ini.

"Bersembunyilah dariku dan Max! Atau aku akan membunuh Max saat kau kalah dalam acara persembunyianmu itu..." ucapan Bram masih sangat membekas dalam ingatan Miky.

Miky begitu takut saat Bram ataupun Max menemukannya, Miky tak ingin jika Bram menyakiti adik kembarnya Max. Lalu jika seperti itu bisakah aku katakan jika selama ini Miky berkorban untuk kehidupan dan keselamatan Max?

Di lain hal itu, Miky tentu tak lupa dengan ibunya, Marie. Dia tahu betul hingga saat ini Marie masih terbaring koma, dan fakta itu membuat Miky selaku menangis di dalam hatinya setiap malam dan kala dia sendirian dan larut dalam lamunannya.

"Max, Mommy, Daddy, apa kalian masih merindukan Miky?" gumam Miky sendu sembari melihat kawanan domba yang sangat bahagia dengan keluarga mereka.

"Miky rindu kalian," tambah Miky lagi.

Di saat Miky tengah larut dalam lamunannya, Gidion tiba-tiba datang dan mengangetkan Miky.

"Miky!"

"Astaga! Ion kau mengagetkan Miky!" kesal Miky yang terkejut.

"Ahahaha, lagipula kau ini kenapa hmm? Kau melamun dan kelihatan sedih." ucap Gidion yang sudah mengambil tempat duduk tepat di samping Miky.

"Ini minumlah, jus jambu manis untukmu." ucap Gidon dengan memberikan jus jambu berwarna merah muda di dalam gelas dengan sedotan besi kepada Miky.

Miky menerima jus itu dan meminumnya dengan langsung, dia tak menjawab apa yang tadi Gidion tanyakan padanya.

"Hei... Ayo jawab, ada apa?" tanya Gidion lagi, kali ini pemuda tampan itu membingkai wajah Miky. Memandang jelas tepat pada bola mata Miky yang terlihat berwarna coklat hazel, menyembunyikan keindahan asli dari warna mata heterochromia yang Miky miliki.

Miky menggeleng, dia tak mungkin mengungkapkan jika dia sangat merindukan keluarganya, Miky takut Gidion akan salah sangka dan menganggap jika Miky tak bahagia hidup bersama Gidion, tidak boleh. Bahkan kebebasan dan juga semua yang Miky dapatkan hari ini, semuanya adalah berkat Gidion.

Miky sudah sangat mengenal Gidion, sejak mereka kecil hingga mereka yang kini mulai dewasa, Miky tentu paham Gidion sudah banyak berubah.

"Ion, Miky hanya sedikit sedih," ucap Miky yang kini membaringkan kepalanya di paha Gidion. Dia memejamkan matanya dan menikmati semilir angin serta usapan tangan Gidion di rambutnya yang berwarna coklat terang akibat cat rambut.

"Apa yang membuatmu sedih? Katakan Miky, aku akan mencoba menghapus kesedihanmu itu." ucap Gidion dengan begitu lembut.

"Apa Ion bisa?" tanya Miky dan ia langsung membuka matanya dan melihat Gidion yang nampak sangat rupawan semenjak bertambahnya usia.

Miky menjadi penasaran, Gidion setampan ini, lalu bagaimana dengan rupa Max? Miky yakin Max pasti jauh lebih tampan.

"Max..." ucap Miky yang tanpa sadar saat sedang memandang Gidion.

"Max?" raut wajah Gidion seketika berubah. Dia tak menyangka jika Miky masih memikirkan saudara gilanya itu.

"Ah? Tidak, maksud Miky Ion! Ion sangat tampan." ucap Miky gelagapan.

Gidion tak menanggapi, dia tetap membelai rambut Miky.

Miky yang menyadari jika sepertinya Gidion sedikit kesal dengan apa yang Ia katakan barusan langsung mengambil tangan Gidion yang bermain dengan rambutnya.

"Apa Ion marah ?" tanya Miky pelan.

Gidion menggeleng singkat, "tidak."

"Tapi kenapa wajah Ion menjadi keras seperti ini? Kemana senyuman lesung pipi Ion?" Miky menusuk-nusuk pipi Gidion.

Ah? Apa aku belum mengatakannya? Gidion memiliki lesung pipi yang begitu indah di pipi bagian kanan miliknya. Cekungan yang sangat indah saat si empunya tersenyum tulus. Jujur saja, itu adalah bagian favorit Miky di wajah Gidion.

"Miky..." akhirnya Gidion kembali menunjukkan senyumannya. Dia tak akan bisa marah terlaku lama kepada Miky. Miky seolah memiliki kekuatan magis untuk membuat siapa saja jatuh pada pesonanya.

"Nah. Jika seperti ini lesung pipinya terlihat, Ion jauh lebih baik jika tersenyum."

"Karena jika tanpa senyuman Ion mengingatkan Miky kepada Max." lanjut Miky di dalam batinnya.

Gidion tertawa semakin lebar, dia mencubit pipi Miky dengan pelan, lalu mengusapnya dengan halus.

"Aku akan ke pusat kota lagi, kali ini kau mau ikut?" tanya Gidion yang sontak membuat Miky berbinar dan bersemangat.

"Tentu! Miky mau ikut Ion!" jawab Miky dengan langsung memeluk tubuh Gidion dengan bahagia.

"Aku akan mengajakmu makan di restoran yang enak, dan berbelanja di mall besar. Aku baru saja mendapatkan bayaran dari tuan tanah di Desa Selatan kemarin." ucap Gidion yang sangat bahagia saat melihat Miky antusias dan kembali bersemangat.

"Wah! Benarkah?!" tanya Miky memastikan.

"Apa aku pernah membohongimu?" tanya Gidion lagi.

"Hehe, Ion tak pernah bohong pada Miky!"

"Terima kasih Ion." ucap Miky dengan senyuman lebar.

"Dengan begini setidaknya kau akan melupakan Max dan keluarga gilamu sesaat Miky," batin Gidion.

.
.

"Kak Max?! Kita istirahat dulu, untuk apa kau langsung mengitari Norwegia? Norwegia itu luas!" ucap Arabell saat mereka telah sampai di hotel dan Max sudah bersiap untuk menjelajahi negara indah ini.

"Diam dan jangan ikuti urusanku!" ucap Max yang langsung pergi meninggalkan Arabell.

"Huft..." keluh Arabell.

"Nona Ara..." sebuah usapan halus mendarat di pundak Arabella.

"Kau harus istirahat, kau lelah kan? Ayo." ajak Lia. Iya, Lia ikut bersama Arabell dan Max.

Bagaimana bisa Lia ikut?

Hahaha. Tentu saja bisa.

"Terima kasih karena kau mau ikut bersama kami, Lia." ucap Arabell dengan lelah dan menjatuhkan kepalanya di pundak Lia.

"Bagaimana aku bisa menolak? Kau tak memberikan pilihan Nona Ara." jawab Lia yang membuat Arabella terkekeh.

"Ayo kita masuk dan istirahat." Arabell menggandeng tangan Lia dan membawanya masuk.

.
.

Vote
Comment
Follow

Tbc

My White Fragile Twin  Where stories live. Discover now