19'

3.6K 239 1
                                    

"Domba kecil, Ahahaha. Kalian berlari lucu sekali!"

"Domba kecil kemari, aku lelah!"

Miky sedari tadi saat asyik bermain dengan dunianya sendiri. Dia bermain bersama para domba, taukah kalian tadi beberapa menit yang lalu Gidion menemuinya.

"Miky,dengarkan aku. Mulai sekarang jangan panggil dirimu sendiri dengan Miky, dan jika ada yang bertanya tentang siapa namamu, jawablah jika namamu adalah Kiky. Mengerti?"

Itu adalah pesan Gidion kepada Miky tadi, maka Miky akan mematuhinya.

Di saat Miky sedang duduk di bawah pohon apel, seorang pemuda gagah dengan setelah mewah datang dan mendudukan dirinya di samping Miky.

Miky yang masih tak menyadari kehadiran pemuda asing itu akhirnya mulai merasakan karena aroma parfum mewah dan maskulin itu memasuki hidungnya.

"Eh? Kau siapa? Ah! Kau Tuan yang berkunjung untuk anggurnya paman Joe?" Miky melihat pemuda itu dengan mata besarnya.

Deg

"Miky," batin si pemuda yang tak lain adalah Max.

"Tatapan matanya, apa kau Miky?" tanya Max yang masih membatin.

"Namamu Kiky?" tanya Max yang saat itu masih mengenakan kacamatanya.

"Eung? Iya, Kiky, itu namaku." jawab Miky dengan menutupi kecanggungannya.

Apa ini yang tadi Gidion maksud? Orang ini? "Siapa dia ini?" batin Miky yang masih mengamati orang asing dengan pakaian mewah dan harum tubuhnya sangat menyengat.

"Max?" batin Miky menerka dengan ragu.

"Aku Max,"

Deg.

"Max?!" beo Miky dengan sedikit terkejut.

"Ada apa? Kau mengenali namaku?" tanya Max yang kini mendekatkan tubuhnya kepada Miky.

Miky merasakan jantungnya berdegup kuat. "Apa Max? Apa Max menemukan Miky?!" batin Miky ketakutan.

Apa orang yang ada di hadapan Miky saat ini adalah adik kembarnya? Tiga belas tahun cukup lama untuk membuat Miky tak lagi mengenali Max.

"Ahaha," Max terkekeh. Dia tahu jika Miky memerah malu atas ulahnya, diapun kembali menormalkan jarak diantara mereka.

Ketahuilah ini, Max sama sekali belum terlalu yakin jika orang yang ada di hadapannya itu adalah Miky.

"Tak ada tato yang aku buat, tak ada tanda kepemilikanku di sana." batin Max setelah tadi dia memastikan leher jenjang Miky.

"Kau mirip dengan seseorang yang sangat kurindukan." ucap Max dengan menatap ke langit.

Dia menidurkan kepalanya di paha Miky, sesekali mata tajam yang tertutupi kacamata itu menatap wajah putih Miky.

"Sangat mirip," tangan Max mulai terangkat dan memainkan poni rambut Miky yang masih berwarna coklat cerah.

"Benar! Dia Max!" batin Miky berteriak.

Dia sangat merindukan adik kembarnya itu, tapi Max tak boleh mengetahui jika dia adalah Miky.

"Max, Miky rindu Max!" batin Miky.

Entah karena rasa sedih ataupun kerinduannya pada Max, Miky meneteskan air matanya dan jatuh tepat mengenai wajah Max.

"Kau menangis?" tanya Max yang kini menyentuh wajah Miky.

Dari bawah sana Max dapat melihat sebuah kerinduan yang mendalam di sana.

"Ada apa?" sambung Max lagi, kini Max bangkit dan duduk menghadap Miky.

"Kiky," Max menyentuh pelan pundak Miky yang tertutupi sweater berwarna hijau pastel.

My White Fragile Twin  Where stories live. Discover now