15'

5.9K 311 25
                                    

"Berikan surat ini pada Keluarga Cullen. Katakan pada mereka aku mengundang mereka dan putri mereka di acara malam paskah beberapa bulan lagi." Marcus menyerahkan sebuah surat pada Arabella yang saat itu sedang mengepak barang-barang miliknya.

"Surat apa ini Dad?"

"Ini lamaran," jawab Marcus singkat.

"Lamaran?" Tanya Arabella tak mengerti? Siapa yang akan menikah? Tak mungkin jika itu Arabel. Dia kan sudah berjodoh dengan Max. Lalu untuk siapa lamaran itu?

"Untuk siapa lamaran ini?"

"Kakakmu, Bram." Ucap Marcus yang sontak membuat Arabel membulatkan matanya kaget.

"Apa?!"

"Kau ini kenapa? Lagipula umur kakakmu itu sudah cukup untuk menikah. Daddy ingin melihat kakakmu menikah terlebih dahulu baru setelahnya kau akan kuserahkan kepada Max." ucap Marcus memandang bingung pada putri cantiknya.

"Tapi apa Daddy sudah membicarakan ini dengan kakak? Apa kakak setuju? Apa-"

"Arabella... Sudahlah mengapa kau berfikir terlalu jauh? Kakakmu tentu akan setuju, lagipula gadis yang akan dijadikan sebagai istri kakakmu nanti adalah gadis yang terbaik, dia cantik, berpendidikan dan yang pasti dari keluarga terhormat. Daddy ingin melihat kedua anak Daddy bahagia sayang..." Ucap Marcus membelai rambut bergelombang milik Arabella.

"Kakak tak akan setuju Dad, Daddy tak tahu jika kakak mencintai Riv, dia bahkan bisa hancur jika Riv meninggalkan dia..." ucap batin Arabella sendu.

"Ada apa? Apa kau tak setuju Ara?" tanya Marcus yang mendapati Arabella terdiam dengan raut wajah sendu.

Arabella mendekati ayahnya yang duduk di kursi kerjanya, dia meletakan kembali surat lamaran itu.

"Daddy, jika aku mengatakan ini apa kau akan mencoba memahami semuanya?" tanya Arabella.

"Apa yang coba kau katakan Ara? Jangan bertele-tele." ucap Marcus yang melepas kacamatanya, dia kini memandang anak bungsunya dengan serius.

"Sesekali, tanyakanlah apa yang kakak rasakan Dad, Daddy tak pernah bertanya apapun pada Kakak... Bagaimana bisa Dady memahami kakak jika seperti ini? Kakak tak akan bahagia dengan lamaran itu. " ucap Arabella, lalu setelahnya dia keluar dari ruangan Marcus.

"Bram..." gumam Marcus.

Dia juga merasa jika dirinya sedikit lebih jauh dengan anak sulungnya, Bram.

"Baiklah, aku akan menanyakan hal ini secara langsung kepada Bram."

.
.

Di lain tempat saat ini Miky dan Gidion tegah menghabiskan waktu mereka dengan canda tawa, gurauan dan kebahagiaan.

"Ion? Kenapa rambut Miky dipotong?" Miky bercermin di cermin bulat yang memperlihatkan Gidion sedang memangkas dan memperpendek rambut silvernya.

"Orang-orang bisa salah mengenali dirimu nanti," ucap Gidion dengan kalem. Pemuda itu memangkas rambut Miky dengan sangat hati-hati. Ia takut jika gunting tajam itu menggores Mikynya. Mikynya? Hahaha.

"Eh?" Miky bingging, apa maksudnya salah mengenali? Bukankah Miky memang sedang bersembunyi selama ini? Dia bersembunyi dari Max.

"Kau semakin mirip perempuan dengan rambut yang semakin panjang ini Miky..." Ucap Gidion gemas sampai mencubit pelan pipi Miky.

"Sangat cantik..." bisik Gidion yang sontak membuat Miky marah dan kesal.

"TIDAK! MIKY ITU SAMA SEPERTI ION, MIKY JUGA COWOK!" Miky berteriak dan itu membuat Gidion semakin gemas akan kelakuan Miky.

My White Fragile Twin  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang