Cady: Long Pause

2.7K 83 2
                                    

Selama ini aku mengira akulah sumber semua masalah. Seberapa sering orang menyangkalnya, tapi aku yakin semua ini adalah salahku. Semenjak aku bertemu dengan perempuan itu, Liam tak pernah berbicara padaku. Well, yah walaupun sebenarnya Liam tak pernah mengajakku untuk bercakap-cakap. Zayn selalu mengikuti Liam kemanapun. Mereka bukan gay kan? Zayn dan Liam, hipotesa awwalku mengatakan bahwa Liam sedang mengalami hal buruk. Mungkin oleh perempuan kemarin. Dan Zayn berusaha menenangkannya. Keadaan semakin aneh, ditambah Louis, sepertinya ia menyimpan sesuatu dibelakangku. Tapi entah, Niall selalu berada di sampingku. Selama seminggu ini, kuhabiskan waktuku bersamanya. Di Apartment mereka.

********************************************************************************

Kutatapnya ia dengan lekat. Selimutku menghangatkannya yang sedang terluka. Kubelai rambut hitamnya. Ini semua karenaku, kau tak memiliki kesalahan apapun. Danielle, kau benar-benar berhutang atas semua ini. Ia.. Ia... hey Liam, namanya Cady. Cady, Cady, Cady, maafkan aku. Maafkan aku. Kuharap kau mendengarnya dalam mimpimu.

********************************************************************************

Insiden yang terjadi di studio, aku masih tak mengerti. Kurasa perempuan yang bernama Danielle itu sedang emosi atau bagaimana sehingga kepalaku bisa menjadi korbannya. Aku hanya ingin sebuah kepastian. Apakah aku pernah membuat kesalahan kepadanya? Tak tahulah, semua kembali kepada destiny.

Bulan demi bulan kulewati bersamanya, Insiden itu berlalu begitu saja. Mungkin ingatanku bukan seperti itu. Tak ada perempuan, hanya halusinasiku saja. Tapi yang jelas, aku bahagia berada didekat mereka. Namun, sepertinya Liam masih belum bisa lepas dari malam itu. Ia lebih sering pergi, sehingga aku sering diminta oleh Zayn, Niall, Louis, dan Harry untuk menginap di Apartment mereka. Kata Zayn, kalau ada aku apartment bisa menjadi hotel bintang 5. Bersih, makanan sudah siap, dan mereka bisa bertanya padaku pakaian apa yang pantas untuk digunakan pada saat mereka mengajak seseorang untuk date.

“Kau yakin kau tidak ingin makan apa-apa?”, tanya Niall. Dari 3 jam yang lalu ia menemaniku di ruang keluarga. Menonton How I Met Your Mother, dengan secangkir susu yang dibuatkannya.

“tidak.. aku tidak lapar”, jawabku.

“tapi aku lapar, ayolah makan yuk!”, ajaknya.

“Kalau kau ingin makan silahkan saja, aku nanti saja”, ujarku sambil tersenyum kepadanya. Kepada mata birunya.

“tidak ah, aku menunggumu lapar saja”, ucap Niall sambil mengacak-acak rambutku.

Niall, seorang laki-laki bermata biru yang selalu berusaha untuk menjagaku. Selama ini, aku merasa aman apabila berada di dekatnya. Dia adalah seorang kakak bagiku, seorang adik juga bagiku. Gayanya yang selalu bahagia membuatku tertularkan virus kebahagiaannya. Aku tak ingin jauh darinya. Niall.. ah Niall..

Ia tahu apa yang aku suka. Walaupun aku tak memberitahunya. Semua yang berkaitan dengan Niall selalu membuatku tersenyum. Ketika aku melihatnya, serasa ada yang memainkan lagu Everything About you dibagian yes, i like the way you smile with your eyes other guys see it but don’t realize that’s m-my loving. Kau pernah melihat Niall bermain gitar? Aku berani taruhan kepadamu, siapapun yang melihatnya bermain gitar secara langsung kau akan meleleh layaknya kutub utara. Niall Horan, seseorang yang kemungkinan mengisi hatiku setelahnya..

“CADDDD!!!!! Aku benar-benar lapar! Ayolah makan, aku sudah membuatkanmu steak. Please..”, Teriakannya membangunkanku dari lamunanku.

“alright..alright”.

********************************************************************************

Dinner kali ini, spesial. Niall menuntunku menaiki anak tangga apartmentnya. Aku tahu ia akan membawaku kemana, The Roof. Mungkin melihat bulan purnama yang katanya akan muncul malam ini. Sungguh, laki-laki ini bisa membuatku sangat tenang.

“dan kita sampai..”, kata Niall sambil menyiapkan kursi untuk kududuki.

“wow, Niall kau menyiapkan semua ini..”, aku sangat terkesima atas Dinner yang disiapkannya.

“kau mengejekku ya?”, kata Niall menyipitkan matanya.

“hah? Mengejekmu?”, tanyaku.

“aku tak tahu bagaimana caranya menghias, yang kusediakan disini hanya 2 steak, dan minuman. Aku tak menyiapkan apapun. Kau hanya ingin menyindirku kan?”, jawabnya dengan wajah kesal.

“Niall, bukan seperti itu...”. kuhempaskan napasku sebelum menjelaskan semuanya.

“ kau menyiapkan steak walaupun hanya steak. Kau menyiapkan The Roof, kau merencanakannya bukan?”, ujarku sambil tersenyum.

“Cad, A..Ak..Aku harus memberitahukanmu sesuatu. Tapi aku tak tahu kau siap atau tidak”.

“katakan saja..”, jawabku tersenyum.

Niall terdiam, menunduk. Lalu ia memandang bulan purnama, seakan bertanya pada sang rembulan.

Secara tiba-tiba, suasana menjadi canggung. Matanya tidak tersenyum kembali. Apa yang ingin ia katakan? Niall please, aku benci dengan Long Pause seperti ini. Seluruh probabilitas kemungkinan terjadi dalam keadaan seperti ini. Apabila kau mengatakan kau menyukaiku, well, maybe i’ve little crush on you. Apa kubilang, Long pause seperti ini membuatku gila. Cepat sebutkan Niall! Katakan!

Summer Love: New YorkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang