Cady: Night, Morning & The Sunset

3K 98 1
                                    

                                                                                       =0.0=

Aku harus banyak berterima kasih kepada Mrs. White. Karenanya, aku tidak hanya bekerja dengan Aaron saja, aku mendapat pekerjaan dari One Direction, live, langsung. Aku bekerja sebagai penata busana bagi mereka. Hampir 6 bulan aku menghabiskan waktu dengan mereka. Menata seluruh pakaian yang digunakan oleh mereka itu bukan sesuatu yang mudah. Terkadang mereka juga bisa menjelma sebagai wanita yang cerewet dengan pakaian yang disediakan. Selain itu, aku diberi kepercayaan untuk menjadi salah satu crew dalam pembuatan video clip, sudah sewajarnya terkena marah oleh sang pemimpin altough it’s not your fault.

Contohnya di hari ke-4 pembuatan video clip “Trully, Madly, Deeply” sangat kacau. Semua kehilangan konsentrasi, baik the boys dan juga para crew. Insiden-insiden yang tidak diinginkan pun terjadi. Tapi yang paling parah ketika sang sutradara, James, mulai naik pitam. Semua orang pun menjadi korban atas aumannya.

“Louis! Jangan bergurau!”.

“Zayn, mana ekspresimu?”.

“Harry, konsentrasi!”.

“Niall, letakkan makananmu sekarang juga!”.

“Liam, kau mau shooting atau terus menatap ponselmu seharian, huh?!”.

Sungguh kasihan aku melihat the boys dibentak seperti itu. Tapi terkadang itu semua dapat menjadi sebuah guyonan oleh mereka. Khususnya Louis, entah mengapa ialah orang yang kucari pertama kali saat aku benar-benar merindukan orang tuaku. Louis dapat membuatku tertawa lepas. Ditambah lagi dengan Harry yang sama anehnya dengan Louis. Aku rasa, aku menemukan keluarga baru.

=0.0=

Pagi hari itu aku membuka mata. Seluruh cahaya matahari menari dan tersenyum saat memasuki kamar mungilku melalui tirai jendela yang terbuka. Tunggu.. jendelaku terbuka? Aku ingat betul tadi malam aku sudah menutupnya. Apa Shanne yang membukanya? Bukankah dia sedang berlibur ke Virginia bersama teman-temannya? Lalu siapa yang membukanya?

Kulepaskan bed-cover yang menyelimutiku. Bayangan pada cermin menggambarkan seorang gadis dengan rambut berantakan, baju lusuh, dengan celana training berwarna biru. Sejak kapan cermin itu berpindah tempat? Ya Tuhan, apa yang terjadi pada apartemenku?!

“sudah bangun kau?”, terdengar suara berat dari pintu kamarku. kutengokkan kepala dan melihatnya. aw, sakit! kepalaku diperban. oh god! ada apa dengan pagi ini? kepalaku diperban, kamarku berubah. Bukaaan! Ini bukan kamarku, kamarku tidak ada seperangkat gitar dan alat musik lainnya.

“siapa kau?!”, jeritku.

“jangan bercanda Cady! Lelah aku menggangkatmu tadi malam. Ini sarapanmu, cepat habiskan!”, katanya sambil menyimpan senampan makanan di meja dekat daun jendela.

Cetar! Mengangkatku?! How dare is he!!!

“kau sungguh tak mengingatku?”, tanyanya sambil meletakkan telapak tangannya didahiku.

Aku ingat dia! Ya, aku ingat..

“zayn..”, kataku lemas.

“kukira kau amnesia. Sudah habiskan makananmu!”, ujar Zayn.

“tapi.. apa yang terjadi?”, tanyaku penasaran.

“kurasa kau benar amnesia”.

=0.0=

Makanan itu sungguh tak membuatku ingin melahapnya. Pikiranku masih melayang-layang. Zayn mengangkatku, aku terbangun dalam keadaan linglung entah di kamar siapa ini. zayn tiba-tiba membawakan sarapan kepadaku. apa sebenarnya yang terjadi tadi malam? Apa benar aku terkena amnesia. Sehebat itukah amnesiaku sehingga aku tak mengingat apa pun tadi malam?

Summer Love: New YorkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang