Cady: Fashion Passion

17.6K 231 4
                                    

New York mungkin suatu hal baru bagiku. Selama ini aku hidup di dalam kekangan politik dan polusi sangat sangat jelas tertera di kehidupanku. Indonesia-New York mungkin bisa dianalogikan bagaikan langit dan bumi. Tapi mengenai kehidupan, aku rasa aku tidak mengalami perubahan apa-apa. Toh aku dulu juga pernah hidup sendiri di kota orang. Yang membuat semua hal ini terasa beda hanyalah kota dan negara. Bandung, suatu kota di Indonesia yang pernah membuat aku mengerti apa arti hidup. Process to be Indepent, check! Tapi sekarang, ini negara orang. Dan aku masih berstatus mahasiswi. Okay, umurku boleh 17 tahun. But, am i ready for the consequence?

Plang Parson University sudah terlihat dari ujung jalan. Kaki-kaki lemaku pun mulai berjalan menyebrangi jalanan New York yang tak pernah berhenti. This is my first day! Kuharap hari ini bukan hari yang buruk. Dengan blouse pink dan rok batik, aku mulai memasuki kampus baru. Yep! Aku adalah mahasiswi di Parson University jurusan Desain and Management. Walaupun orang tua aku sebenarnya tidak setuju aku untuk menjadi fashion desainer, tapi aku berhasil meyakinkan mereka dengan embel-embel beasiswa di Parson University.

“Good Morning miss, ada yang bisa saya bantu?”, tanya seorang tukang sapu taman dengan senyum di bibirnya.

“Good Morning, err.. yeah. Saya baru disini pak. Bapak tahu dimana ruang 7?”, tanyaku dengan aksen jawa-sunda.

“Yes, itu berada di lantai tiga sebelah kanan tangga persis”, jawab bapak tersebut.

“Okay, thank you sir!”, ucapku.

“anytime, wish you luck!”.

Ruang 7, aku bersama hampir 25 murid sedang duduk dan memerhatikan Mrs. White menggambar sebuah sketsa dress coktail yang pernah digunakan oleh Anne Hatthaway pada Oscar 2012 kemarin. Mataku tak bisa terlepas dari projektor dan aku terus membathin kata WOW! Ini alasan kenapa aku terobsesi untuk masuk dan menjadi fashion desainer. Kita bisa mencontek, namun tidak sepenuhnya mencontek karena perlu kreatifitas untuk menjadikannya berbeda dan dinilai lebih dari orang memberi contekan. It’s sounds evil, but that’s life!

Bulan demi bulan, aku pun mulai dekat dengan Will, tukang sapu baik hati dan Mrs. White, dosen yang super cantik, kreatif, dan inofatif. Ternyata Mrs. White adalah seorang fashion desainer untuk video klip dan untuk film. Aku dan Mrs. White banyak bercerita dan bercengkrama. Mrs. White udah aku anggep sebagai ibu angkatku di New York. Dia adalah seorang janda-cerai yang mempunyai anak 7 tahun dan tinggal di apartemen. So, it was 2013 when my life was really began!

“Hello Cady, good afternoon!”, sapa Mrs. White dengan manis saat aku sedang merancang long dress.

“Good afternoon Mrs. White! Kenapa belum pulang miss?”, tanyaku.

“Harusnya saya yang bertanya sama kamu, kelas sudah selesai daritadi dan ini sudah pukul..”, diangkat tangan kirinya dan dilihatnya jam berwarna emas tersebut.

“pukul 2, i know Mrs.White”, kata aku menyela.

“what’s happening dear?”, tanyanya yang menghampiri ke meja gue.

“Mmmh.. tadi bundaku menelpon, dan katanya bunda belum bisa transfer. Jadi sepertinya aku harus mencari kerja part-time. Yang aku bingung, aku baru tinggal di New York selama beberapa bulan. Aku belum bisa membedakan mana orang yang benar-benar baik dan mana orang yang bermuka dua”, curhatku panjang lebar.

“Mrs. White, maaf aku curhat seperti ini. Aku tidak tahu harus bercerita kepada siapa selain.. kelas ini, kertas ini, dan pensil ini”, kataku sambil menunjukan benda-benda tadi.

“guru ini tidak?”, ucap Mrs.White sambil menunjuk dirinya sendiri. Dan aku tersenyum.

“Kidding! Sebentar..”, Handphone Mrs. White berbunyi dan mengangkatnya. Ia tampak gembira dengan telpon tersebut. Sesekali ia melihat kearahku dan tersenyum.

“Yes, i’ll be there at 3! Thanks Mr. Stinson”, Mrs. White menutup telponnya.

“Cady.. Your Problem is solved!”.

***********************************************************************************************************

Aku masih tercengang di dalam taksi. Beberapa kali aku menelan ludah untuk menenangkan diriku, tapi tetap aja ituuselesssama sekali. Otakku berusaha untuk menyambungkan neutron-neutron agar semua kalimat yang diucapkan Mrs. White itu terasa wajar.Really, Vas Happenin’?

“Cady, kamu kenapa jadi diam?”, tanya Mrs. White.

Okay, ini yang sebenarnya terjadi. Aku akan ulang cerita agar aku juga jelas apa yang sebenarnya terjadi. Dan aku harap semua ini menjadi make sense! Mrs. White menutup telponnya dan tersenyum ke arahku dengan berkata.. “Cady.. Your Problem is solved!”. Aku terdiam lalu berkata.

Really? Ada kerja part-timebuat saya Mrs.white?”.

“yup!”, jawab Mrs. White dengan tegas.

“Di restaurant atau di perpustakaan miss?”, tanyaku sekali lagi.

“Cady... sejauh ini saya melihat perkembangan kamu sangat cepat dan ide-ide briliant kamu sangat saya kagumi. Kamu bisa membuat suatu karya yang sangat magnificent baik itu fashion untuk perempuan maupun laki-laki...”, ujar Mrs.White.

“lalu?”. Kau tahu rasanya penasaran setengah mati dengan kata-kata itu? Rasanya seperti masuk ke tong sampah sekolah dan diguling-gulingkan dari lantai 2 ke lapangan! Gak enak!

“tadi Mr. Stinson menelpon saya dan menawarkan saya untuk menjadi wardrobe-nya di Video Klip artis bawaannya...”, kata-kata Mrs. White diputus lagi. Damn! Do you know that i’m really curious here?

“And..”, tanyaku lagi.

“karena tanggal 8 nanti saya harus menghadiri fashion week di Dubai, jadi saya mengajukan kau untuk menjadi wardrobe-nya”, jelasnya singkat.

Seriously? Oh my god! Oh-my-Gosh! Thank you thank you so so much! Tapi Mrs. White, apa saya bisa? Saya masih belum banyak pengalaman untuk hal tersebut”, tanyaku melemas.

i know you can do it, darl!”, jawab Mrs.White.

Okay, i’m in Miss! Thank you!”, kataku sambil memeluk Mrs. White.

“Good! Okay let’s chaw kesana. Kita ketemu dulu sama Mr. Stinson dan artisnya. Oke?”, ucap Mrs. White.

“Okay! memang artisnya siapa miss?”, tanyaku.

“One Direction”, ucapnya tenang.

Summer Love: New YorkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang