Cady: New York, New Day

4.6K 159 1
                                    

Aku tak mengerti mengapa Mrs.White bisa setenang itu mengucapkan nama band itu. FYI, aku sudah fanatik sama One Direction dari SMA kelas 2. Dan sekarang aku yang akan menjadi penata busana mereka. Tidak habis pikir, bagaimana jika aku sedang merapihkan kerah kemeja Zayn Malik lalu hasrat aku buat mencium mereka keluar dan tiba-tiba aku memeluk, mencium, mencabik-cabik Zayn Malik yang sedang berada di sebelah sungai! Lalu Zayn mendorong ke sungai, lalu Zayn Malik memprotes kinerjaku kepada Mr.Stinson! Lalu..dia ngomong ke Mrs. White kalau seorang Cady Risya Martin unprofessionaldan aku dipecat! Lau.. rumor aku mencium Zayn Malik tersebar luas di antero kampus. Lalu.. pihak scholarship aku mendengar, lalu.. lalu.. laluuu.. beasiswaku dicabut. Ya Tuhan, ini gimana?

“Cady,Is there anyting okay?”, tanya Mrs.White.

“Oh.. okay kok miss oke”.

Sesampainya di sebuah gedung pencakar langit, aku berdiri bergetar di depan gedung tersebut dengan mendanga keatas. Jantungku berdegub dengan cepat. Aku tak tahu ini rasa deg-degan karena aku akan menjalani interviewor i’ll meet my idols? Mungkin keduanya.

“Kau siap?”, Mrs.White tersenyum.

“yes, I’m totally ready!”. but i'm not!

Aku berada di suatu ruanganhomey, dengan segelas teh hijau menunggu Mr.Stinson dan One Direction untuk datang. Mrs. White terus memandangi diagram penjualan cd yang tertera di dinding. Dan aku masih sibuk dengan menenangkan diri agar tidak terlihat norak didepan mereka.

“Good Afternoon, Stella”, suara Mr.Stinson mengagetkan aku dan juga Mrs.White.

“Afternoon Aaron, so long not seeing you around! How’s life?”, tanya Mrs. White sambil menjabat tangan Mr. Stinson

“Oh good, kau bagaimana?”, tanyanya.

“Divorce, but it’s fine!..”, jawab Mrs.White.

“oh.. this is Cady Martin. And Cady, this is Aaron Stinson”, Kata Mrs.White memperkenalkanku dengan Mr. Stinson.

“nice to meet you Mr. Stinson”, ucapku mencoba untuk ramah.

“Panggil saja Aaron, anak-anak juga memanggil saya Aaron”. Memang tampangnya tidak terlalu tua, tapi aku yakin dia sudah kepala empat. wajahnya memang tampan, badannya seperti aktor-aktor hollywood dan menurutku Aaron sangat cocok dengan Mrs. White.

“So, Cady. Kamu murid beasiswa dari Malaysia?”, ucap Aaron memulai percakapan.

“Indonesia..”, jawabku tegas.

“maaf, Indonesia-Malaysia.I know the news hahaha”.

“kamu tinggal dimana?”, tanya Aaron.

“380 West 22nd, sebelah Antique Collection”.

"Oh saya pernah bertamu kesana, kau kenal Mrs. Lady?", tanya Aaron sambil tersenyum.

"Tentu saja, dia tetang.."

Tak sempat aku menyelesaikan kalimatku, tiba-tiba pintu ruangan tersebut terbuka. Dengan perasaan was-was aku melihat ke arah pintu dan ada sepasang mata indah sedang melihat kearahku. menari-nari indah dalam pupilku. memancarkan cahaya yang sudah lama tak aku lihat. Niall’s eyes! no compare!

“Hello everybody, i’m sorry we’re late”, kata Niall dengan aksennya yang menggemaskan.

“Hey here’s my buddy! How’s UK?”, tanya Aaron.

“It was Awesome! Totally cracked!”, jawab Niall.

Cadyyyy! Breath! Breath! Oh my god, aku ini sedang bermimpi atau bagaimana sih? Aku berada dalam satu ruangan dengan Niall yang diikuti anggota 1D lainnya. Selain Liam, dimana Liam? mungkin dia lagi ada keperluan lainnya. who's care? Oh my god!

“Niall, this is Cady”.

“Hai Cady, nice to meet you”, kata Niall.

“Nice to meet you too”, jawab gue.

"So, kamu fashion desainer ya?”, tanya Niall.

Niall Horan is speaking to me! I was like in a heaven you know! Aku tak tahu harus balas apa. Dan aku cuma bisa.. tersenyum. Kurasa ini adalah senyuman paling awkward yang pernah kuberikan.

“Dan kamu berasal dari..”, sekarang Zayn yang bertanya ke gue.

“Indonesia, sir!”, jawabku.

“aduh, Zayn dipanggil sir dong, relax girl! Ini bukan lagi interview. Kita Cuma pengen kenal kamu lebih kok. Kan kita bakal ngehabisin waktu bareng. Biar gak jadi awkward nantinya”, ujar Louis.

Cetar! Glek! Mati aku baru bertemu dengan mereka saja sudah dibuat malu setengah mati seperti ini. Bagaimana tidak akan awkward coba, aku seorang Directioner sejati dan sekarang berada dalam satu ruangan, dan mungkin nanti akuakan ‘menghabiskan’ waktu banyak bersama mereka dan aku tidak bisa teriak karena mereka adalah klienku!

“maaf”, jawab akusingkat.

“No problem, so Aaron. Kapan kita mulai shooting?”, tanya Louis.

“Minggu depan, semua konsep udah ada tinggal nanti kupikiran baju apa yang cocok buat kalian, dan voila.. Party Started guys!”, ujar Aaron.

=0.0=

“kamu taulah Shanne, mereka adalah idolaku. Kau tau mereka cinta pertamaku! Dan sekarang aku dipertemukan dengan mereka sebagai.. ya bisa dianggap pembantu merekalah!”, curhatku pada Shanne Twain, sahabat dari Indonesia yang mendapat beasiswa di New York bagian Perfilman.

“Cads, slow down!”, ucapnya tenang.

“gimana mau slow down coba shanne...”, Shanne mencoba menutup mulutku dengan tangannya.

“siapa tahu mereka jodohmu Cady!”, ujar Shanne.

“neng, jodoh cuma satu kali”, jawab aku sewot.

“oh iya aku lupa! Udah gini yah, sekarang kau mandi. Tenangin dirimu, kau harus tanggung jawab dengan pekerjaan kamu. Kamu juga harus mikirin orang tua kamu. Okay Cady? Aku ada date malem ini dengan Samuel”.

“who’s samuel?”, tanyaku penasaran.

“C’mon, kemarin kau kuperkenalkan dengannyadi McDonald! Remember?”.

“oh, that guy", jawabku santai.

=0.0=

Selama seminggu aku disibukan dengan keluar masuk mall untuk hunting baju untuk klien-klien spesialku. Sebearnya aku lebih suka menata baju pria dari pada wanita. Pria itu simple! Kaos t-shirt, kemeja kotak-kota, dan celana jeans pencil saja sudah cool. Kalau wanita? Harus pake ini-itulah. Yah, aku beruntung juga sih ada Aaron yang membantuku untuk tahu apa saja yang One Direction sukai.

Sabtu siang, aku benar-benar ingin beristirahat dari kerjaan dan kuliahku. Aku berada di taman kota dengan kopi Starbuck yang kubeli di dekat kampusku. Iseng,aku menggambar seorang anak kecil memakai topi vintage sedang bermain dengan anjingnya dipinggir danau.

“Nice sketch!”. Tiba-tiba suara berat tersebut berada di belakangku. Aku pun terkejut setengah mati.

“Holly cow! Niall, kau mengagetkanku!”, jeritku.

Summer Love: New YorkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang