PENGANTIN KORBAN MUTILASI

386 12 2
                                    

[Pemirsa, telah terjadi pembunuhan di Kota Kisaran, Sumatra Utara. Diketahui wanita tersebut adalah seorang pengantin yang hendak menuju acara resepsi pernikahan, tubuh korban telah dimutilasi menjadi lima bagian secara terpisah. Untuk saat ini, mayat telah berada dalam 'Ruang Jenazah' RS. H. Mansyur untuk dilakukan penyelidikan lebih lanjut. Demikian berita terkini, selamat berakhir pekan.]

Prolog:

Meninggalnya Rikas Ayu Safitri masih meninggalkan duka terdalam, keluarga dari korban mutilasi itu tak mampu membendung nestapa setelah kehadiran jenazah korban yang telah tiba di kediaman, dini hari. Wanita yang sering disapa—Kasih itu mengembuskan napas terakhir di sebuah rumah kosong.

Motif pembunuhan disebabkan oleh unsur balas dendam dari rekan satu kerjanya. Rumor yang beredar hingga penjuru daerah mengatakan, bahwa kedua netra—Kasih telah hilang dari wajahnya.

"Teman-teman, Kasih telah pergi untuk selama-lamanya. Saya harap, kalian tidak pernah melupakan jasa-jasanya dalam membantu kita."

"Selamat jalan, Kasih. Kau adalah inspirasi terbesar dalam hidup kami."

Duka mendalam masih menyelimuti keluarga Kasih terutama ibunya yang sejak tiga hari lalu tak nafsu makan, wanita beranak dua itu terkena gangguan jiwa hingga membuatnya tinggal sendirian dalam pasung ruang bawah tanah. Kasih adalah anak yang ceria dan menjadi tulang punggung keluarga, akan tetapi ironi berkata lain pada jalan hidupnya.

"Ibu ...." Terdengar panggilan lirih ditimpali tangis mendayu-dayu.

"Kasih, apakah itu kamu, Nak?" tanya wanita paruh baya yang kala itu dipasung oleh saudara-saudaranya.

"Bu ... Kasih rindu, Kasih ingin peluk Ibu saat ini."

"Nak, pulanglah ... ibu sangat merindukanmu, tolong ibu sekarang."

"Selamatkan Kasih, Bu." Tangisan pun terdengar pasih di telinga wanita paruh baya itu.

"Kasih ...!" teriaknya.

Lima belas tahun kemudian ...

Pagi yang indah bersama semburat arunika menjilat bumi semesta, setelah beberapa minggu diguyur hujan, Kota Kisaran kembali terik ditimpali kicauan burung-burung yang tengah bersenandung. Hari ini, Jefri Adriansyah akan mengajak keluarganya untuk berlibur ke kampung halaman, terletak di Kabupaten Asahan, Provinsi Sumatra Utara.

Bersama dengan sang istri dan anak-anaknya, mereka pun bersiap untuk mengunjungi orang tua. Jefri yang saat ini bekerja sebagai direktur pada sebuah Bank Swasta di Kota Medan, membuatnya harus menempuh perjalanan jauh untuk sampai di tanah kelahiran.

Menggunakan mobil sport berwarna putih, dia dan keluarga kecilnya akan pergi ke kampung halaman. Dari dapur rumah kontrakan, terdengar hiruk pikuk seperti ada yang tengah memasak. Padahal, dia tidak pernah mempekerjakan pembantu di rumah tersebut. Sementara sang istri masih berkutat di dalam kamar bersama kedua anaknya.

Rasa penasaran menghujaninya. Lamat-lamat, pemuda berusia 29 tahun itu beringsut untuk mengecek. Setibanya di dalam ruangan berukuran minimalis itu, dia tertegun seraya membuang tatapan heran menuju nampan berisikan gelas bekas minuman. Yang mampu menarik perhatiannya adalah, gelas kosong bekas susu telah berisi kembali.

"Mama ...!" soraknya seraya celingukan sejurus ke ambang pintu kamar.

Sang istri tak menjawab sama sekali, suara anak-anaknya juga hening setelah sebelumnya sangat berisik. Pagi itu, listrik mati secara tiba-tiba, ditimpali kecipak terdengar dari dalam kamar mandi. Dengan napas tak lagi netral, kerlingan pun spontanitas dia buang menuju samping kanan.

"Siapa itu ...!" teriaknya.

Tepat pada posisi tatapan, terlihat sebuah bunga berwarna putih kekuningan berserak di depan pintu. Dengan langkah sedikit gontai, Jefri pun beringsut dan bersimpuh menuju lokasi. Menggunakan tangan kanan, dia mengambil sekuntum bunga yang belum mekar itu.

Pengantin KutukanWhere stories live. Discover now